29 July 2014

REVIEW dasetn MC5

Dasetn strike again..
Kali ini dasetn mengeluarkan earbud seharga $10. Untuk menambah daya tarik, housingnya dibuat transparan, jadi kita bisa melihat isi di dalam earbud ini.
Seperti apa performa earbud yang banyak dihargai Rp 150.000 (Juli 2014) oleh penjual dalam negri ini?

Paket Penjualan
Agar sesuai dengan tema "transparent earbud", dasetn pun membuat packing dari mika transparan berbentuk silinder. Di dalamnya terdapat earbud MC5, 3 pasang sponge (2 full sponge, 1 donut sponge), sebuah shirt clip, dan satu penggulung kabel berbentuk tulang ikan. Tidak diberikan hardcase, namun Anda bisa menggunakan wadah silindernya sebagai hardcase saat bepergian.

Design, Build Quality, Kenyamanan
Desainnya sih sudah tidak asing : housing sejuta umat. Namun dengan dibuat menjadi transparan, saya rasa ini menarik sekali. Saya pribadi lebih suka ide seperti ini daripada melapisi semua body dengan chrome seperti Tingo TG38s . Lubang keluarnya suara pun modelnya full merata di permukaan earbud, bukan pola melingkar mengelilingi bagian tengah yang tertutup. Desain seperti ini memungkinkan efek penggunaan donut sponge menjadi maksimal.

Sama seperti Dunu Trident, dasetn tidak memberikan indikator left dan right pada housingnya. Sebagai gantinya, digunakanlah indikator warna. Titik berwarna biru adalah left, dan titik merah adalah right. Lihat pada gambar untuk lebih jelasnya.
Jack sudah gold plated dan bentuknya straight, dengan profil ramping dan badannya terbuat dari karet, sehingga tidak licin layaknya Tingo TG38s
Build quality dan kenyamanan baik, standar housing sejuta umat lah yang rata-rata plastiknya solid dan sambungan housingnya rapi. Dipakainya agak-agak besar mengganjal tapi masih nyaman kok.
Saya suka sekali dengan bahan kabelnya. Tidak meninggalkan bekas tekukan ketika digulung, dan juga tidak "bouncy", sehingga kabel selalu terlihat rapi, apalagi diberi tambahan tulang ikan penggulung kabel. Ditambah lagi keberadaan shirt clip, semakin membuat MC5 ini nyaman digunakan.

Suara
Dasetn MC5 sudah melalui proses burn-in selama 100 jam.
Setup yang digunakan seperti biasa, laptop dengan DAC centrance dacport

General Character MC5 menurut subjektivitas saya :

Low
Kuantitasnya banyak alias bassnya besar namun bukan tipikal menghantam kuat menggelegar, dia tipikal tebal smooth. Baik midbass maupun lowbass sama-sama berisi, membawa efek low frequency terasa berbobot. Punch dan impactnya cukup oke, hentakannya agak kurang deep sih, tapi kontrolnya cukup baik tidak banyak yang meleber ke lower midrange. Speed medium, tidak lambat samasekali, hanya saja jika untuk musik yang banyak dobel pedalnya terdengar agak muffled.

Midrange
Disinilah kekuatan utama MC5. Midrange terdengar warm, smooth, dan tebal. Posisi vokal agak maju, presentasinya tebal berbobot dan intim. Claritynya bagus sekali, jernih dan lepas, dan tidak lupa no sibilance at all. Cocok sekali bagi Anda pecinta vokal. Lagu-lagu genre vokal terasa intim dan hidup.
Biasanya di earbud low end berkarakter very warm, saya sering merasa vokal kurang jernih.. Tidak dengan MC5 ini, dia begitu jernih, tebal, dan intim.

High
Alakadarnya saja, namun tidak mendem! Bedakan high mendem (muffled/blanketed) dengan high yang smooth dengan kuantitas sedikit. High masih terasa kok presensinya, hanya saja presentasinya smooth sekali, tidak sparkling dan kurang crisp. Namun dibandingkan dengan highnya dBe PR10 rev II, MC5 ini lebih baik, tidak berkesan tertutup atau kurang lepas layaknya PR10 rev II.

Separasi, Soundstage, dan Detail
MC5 tidak bisa banyak bicara di sisi ini. Separasi terasa biasa saja, cukupan saja. Sudah baik dalam menjabarkan tiap instrumen, namun terkadang masih ada yang bertumpuk dan kurang tegas.
Soundstage pun tidak luas, hanya sedang-sedang saja. Tidak terlalu impresif untuk sebuah earbud.
Detail biasa saja, banyak detail kecil yang hilang atau terasa seperti jauh sekali di belakang. Namun untuk kenikmatan bermusik sih sudah cukup.

Genre
MC5 cocok sekali bagi Anda penggemar vokal dan jazz, pokoknya bagi Anda yang suka midrange tebal dan intim.
MC5 kurang oke jika bertemu musik yang speednya cepat sekali, atau musik yang suara instrumennya kompleks dan ribet yang membutuhkan separasi dan detil yang oke.

Kesimpulan
Sekali lagi Dasetn menghadirkan earbud yang unik dan valuenya bagus. Kekuatan utamanya di low dan mid, dimana terasa tebal dan berbobot namun tetap mempertahankan kesan bersih dan jernih. Vokal paling mencuri perhatian, tebal, intim, dan agak forward, menyenangkan sekali bagi Anda pecinta vokal.
Segi kosmetik pun tercatat apik mulai dari desain transparannya, hingga kabel yang bahannya oke, tidak mudah kusut dan tidak meninggalkan bekas lipatan ketika digulung.

MC5 lemah dalam hal high, separasi, staging, dan detail. Earbud ini memang cocok untuk mendengarkan musik sambil bersantai, bukan untuk menganalisa musik.

Plus
+ desain transparan yang bagus dan kualitas coating kabel prima.
+ midrange dan vokal tebal dan intim, cocok bagi Anda penggemar vokal.
+ banyak aksesoris : shirt clip, 3 pasang sponge yang salahsatunya donut sponge, dan penggulung kabel tulang ikan

Minus
- Detail, separasi, dan soundstage biasa saja. Performanya di sisi ini kurang impresif.

Should I buy this one?
Jika Anda suka dengan karakter dark, you will love it

27 July 2014

REVIEW Tingo TG38s

Yap, kita kedatangan earbud asal Tiongkok lagi : Tingo TG38s.
Merknya asing di telinga, harganya kisaran $15 dan di Indonesia pada bulan Juli 2014 bisa ditemui dengan harga Rp 170.000-250.000.
Namun, tingo akhir-akhir ini banyak mencuri perhatian. Memangnya kenapa sih? Seperti apa kualitas suaranya?

Packing and Accessories
Tingo kelewat pelit dalam membungkus barang dagangannya. Hanya diberi hardcase tanpa dus samasekali. Memang sih dus jarang terpakai dan lebih sering dibuang, namun kerap menjadi indikator "keseriusan" suatu brand.
Di dalamnya ada earbud plus tiga pasang sponge. Lumayan lah spongenya diberi banyak, lebih berguna daripada dus. Hhe

Design, Build Quality, and Comfort
Ketika membuka hardcase, muncullah earbud dengan chrome di sekujur tubuhnya. Chrome ini cukup untuk menutupi kesan murahan akibat desain housing sejuta umatnya. Apalagi chrome sekarang seperti menjadi idola bangsa Indonesia, apapun yang dilapisi banyak chrome dianggap mewah, sampai-sampai mobil keluaran terbaru banyak chrome dimana-mana. Mungkin tahun 2020 ban dan jok ikut dilapisi chrome. Hha. Malah OOT.
Saya pribadi kurang suka dengan chrome disekujur tubuh seperti ini, kesannya norak, berlebihan dan pedas di mata. Apalagi desain bodynya tidak menarik. Sama seperti wanita yang tidak dianugrahi wajah semenarik selebritis, tapi dia dandan berlebihan sekali agar terlihat seperti selebritis.
Kenyamanan yaa standar earbud housing sejuta umat lah, agak besar dan mengganjal namun masih nyaman digunakan.

Jack sudah gold plated, sayangnya permukaan bodynya licin, sehingga ketika mencabut dari jack kalah tidak hati-hati malah kabelnya yang tertarik. Salah-salah kabelnya putus di dalam atau solderannya lepas.

Suara
Earbud ini sudah burn-in 100 jam. Cukup lama lah yaa..
Source yang digunakan seperti biasa, laptop dengan DAC centrance dacport. Kali ini ada tambahan iPod classic 4th gen.

General character tingo TG-38s menurut subjektivitas saya :

Low
Kuantitasnya tidak banyak, sedang-sedang saja, lebih banyak main di midbass daripada lowbass. Responnya tight dan impactnya cukup bagus sehingga meski tight tapi tendangan punchnya masih terasa. Bass kurang berbody, sehingga kesannya agak "kurus". Sangat tidak direkomendasikan bagi penggemar bassheavy.
Speednya oke, bisa melahap musik-musik beritme cepat tanpa masalah, detil batas gebukan dobel pedal di musik metal disajikan dengan jelas dan rapi sekali. Kontrol di low frequency ini terbilang excellent, tidak pernah sekalipun meleber ke midrange.

Mid
Agak tipis untuk selera saya, penempatan vokalnya forward dan sangat clear. Untuk lagu-lagu vokal, jujur saja saya merasa bosan, terlalu cold dan kurang berbobot. Jika dipair dengan classic 4th gen, baru vokalnya lebih punya bobot, namun bagi saya masih terasa kurang. Setidaknya pair dengan iPod classic 4th suara instrumen dan vokal jadi lebih hidup, tidak seperti pair dacport yang terasa tipis.
Kekuatan utama TG38s ini memang di clarity sih, terasa bersih dan bening sekali midrangenya. Centrengan gitar akustrik terasa sharp dan detil. Efek gitar elektrik pun terasa mantap, jernih sekali. Bagi Anda pecinta musik rock, metal, dan yang sejenisnya, Anda akan dipuaskan oleh kejernihan dan agresivitas raungan gitar yang disajikan TG38s ini.

High
Kuantitas high banyak, agresif, sparkling dan cring sekali, terkadang agak tajam namun bagi saya sih tidak masalah. Suara simbal cukup crisp sayang kurang weight jadi seperti terlalu ringan dan kurang bertekstur. Ekstensi high baik, lepas dan sangat airy, tidak ada kesan terkungkung sedikitpun.

Separasi, staging, detail
Disinilah TG38s berjaya. Separasinya oke punya, rapi dan semua saling lepas, tidak ada yang terasa bertumpuk. Staging terasa luas, megah, dan lively. Detail pun oke punya, detil-detil kecil mudah terdengar. Tidak perlu dibahas secara panjang lah yaa, semuanya mantap.

Genre
TG38s cocok sekali untuk musik agresif dan cepat seperti rock, metal, dan yang mirip-mirip, hanya saja midrangenya terasa kurang tebal.
Untuk akustik pun clarity dan detailnya juara.
Genre lain seperti pop dan jazz pun oke.
Hanya agak kurang di vokal-vokal sih, meski clear tp agak kurang berbobot. Dan juga untuk bassheavy music, bassnya terasa tipis, kurang berbody.

Kesimpulan
Tingo TG38s, earbud harga miring yang mencuri perhatian dengan suaranya yang jernih dan agresif, ditambah dengan detail, staging, dan separasi yang oke.
Anda penggemar lagu-lagu agresif dan cepat seperti rock, metal, dan yang mirip-mirip, atau Anda pecinta akustik, ada baiknya tidak melewatkan earbud yang satu ini. Hanya $15 lagi harganya. Really bang for buck! Don't miss it!

Namun TG38s adalah musuh utama bagi Anda yang tidak suka suara yang agak tajam, dan Anda yang gemar suara tebal-tebal di vokal dan low pun sebaiknya hindari ini.

Plus
+ tampilan full chrome banyak disukai orang
+ jernih dan detil
+ technicality mantap untuk ukuran earbud
+ price to performance ratio mantap

Minus
- Jack licin
- Terkadang overbright, Anda yang suka suara natural/weighty mungkin akan sedikit mengeluh. Sebaiknya pair dengan DAP/amplifier yang warm atau yang midrangenya tebal.

Should I buy this one?
TG38s memiliki high yang bright dan cenderung agak tajam. Pastikan Anda menyukai karakter tersebut, karena kalau tidak, TG38s akan membuat telinga Anda cepat lelah.

11 July 2014

Cowon EX2 vs Zune V2 vs dBe PR10 rev II vs Sony E9LP

Iseng-iseng ah bikin artikel komparasi earbud < Rp 100.000
Temanya sih The legend vs new comer vs existing

The legend diwakilkan oleh zune V2, karena ini masih bisa ditemui meski sekarang statusnya telah tiada alias benar-benar last item on the market. Earbud seharga Rp 85.000 ini banyak disukai dan diidolakan banyak orang pada masanya. Thanks untuk mas Sandya Maulana atas pinjaman zune V2nya.
New comer diwakilkan oleh cowon EX2, suksesor cowon SE2 ini dibanderol Rp 95.000. Thanks untuk Headphoneku Fammate atas Cowon EX2nya.
Existing diwakilkan oleh dBe PR10 rev II dan Sony E9LP, pertimbangannya adalah kedua earbud tersebut relatif mudah ditemui di pasaran bahkan tidak melulu harus di toko khusus audio, di toko aksesoris dan komputer pun ada, dengan stock berlimpah. PR10 rev II dihargai Rp 95.000, sedangkan Sony E9LP dihargai Rp 100.000
Semua harga merupakan hasil pantauan pada Bulan Juli 2014

Build, Desain, dan Kenyamanan
Zune V2
Zune V2 menawarkan konsep low profile-elegan, bentuk mengotaknya dihiasi sentuhan silver yang cukup untuk menghindarkannya dari kesan murahan dan mainstream. Kenyamanan zune V2 paling top, diameter earbud ini sangat pas di telinga, Anda yang bertelinga kecil pun saya rasa tidak masalah. Zune V2 pun paling stabil di telinga, tidak mudah lepas. Jacknya terlihat menggunakan nickel plated.

Cowon EX2
Cowon EX2 menawarkan konsep yang lebih dinamis, terlihat dari housing yang berlekuk indah dengan bagian bawah yang melancip tanpa sudut-sudut tajam. EX2 hanya menawarkan warna putih, di mana akan cepat kotor bagi Anda yang jorok. Kenyamanan EX2 bagus, hanya kalah oleh Zune V2, dimana tonjolan housing EX2 kadang sedikit mengganjal di telinga. Jack sudah gold plated.

dBe PR10 rev II
dBe PR10 rev II menggunakan housing sejuta umat, saya yakin Anda pasti sering melihat bentuk seperti ini. Agar membedakan dari umat yang lain, dBe menempatkan sedikit sentuhan chrome dan warna hitam yang lebih gelap dan glossy. Earbud ini agak besar, namun masih nyaman digunakan. Jack sudah gold plated.

Sony E9LP
Sony E9LP sangat terlihat menonjolkan gairah muda, terlihat dari banyaknya pilihan warna dan bentuk yang banyak membulat dan lucu. E9LP pun memiliki housing paling kecil diantara semuanya, begitupun dengan diameter earbudnya. Anda yang bertelinga kecil dipastikan tidak akan bermasalah. Namun karena saking kecilnya, E9LP ini cenderung mudah lepas dari telinga, sehingga pemakaian sponge menjadi sebuah kewajban terutama bagi Anda yang bertelinga agak besar. Jack bentuknya L dan sepertinya nickel plated, sama seperti zune V2.
Best build quality : imbang
Best design (subjective) : Cowon EX2 > Zune V2 > Sony E9LP > dBe PR10 rev II
Best comfort : Zune V2 > Cowon EX2 > dBe PR10 rev II > Sony E9LP


Suara
Seperti biasa, setup untuk komparasi ini saya mengandalkan karakter netral dan tidak banyak kolorasi dari centrance dacport, dengan harapan bisa mengetahui karakter dasar dari masing-masing earbud

Bass
Di sini zune v2 paling berjaya. Selain kuantitasnya cukup besar (paling besar dari semua kontestan), impactnya pun bagus terasa paling nendang. Punchnya paling berasa dari semua kontestan. Sayangnya mudah meleber ke mid meski masih bisa dimaafkan.
dBe PR10 rev II ada di posisi dua, kuantitas cukup besar dan tebal, hanya impactnya saja yang kalah oleh Zune V2. PR10 rev II ini attacknya terasa kurang menghentak, sehingga bass kesannya lembut sekali, bahkan terkadang "lemas dan lesu", pukulannya lembut, tidak energik.
Cowon EX2 memberikan bass yang cenderung tight, kuantitasnya pun cukupan saja, tidak begitu deep dan kurang fun. Untungnya impactnya bagus, bulat dan fokus, sehingga tendangan bass masih terasa. EX2 memiliki kontrol bass paling bagus diantara semua kontestan, tidak ada yang meleber ke mid sedikitpun, diajak speed cepat tidak masalah, tetap bulat dan fokus tanpa ada kesan keteteran.
Posisi terakhir diisi oleh Sony E9LP. Bassnya supertipis, impactnya tipis sekali. Meski earbud sudah ditekan oleh jari telunjuk agar rapat dengan lubang telinga, kuantitas bassnya masih kalah oleh cowon EX2.
Peringkat : 
Bass Quantity : Zune V2 > PR10 rev II > Cowon EX2 > Sony E9LP
Bass Quality : Cowon EX2 > Zune V2 > dBe PR10 rev II > Sony E9LP

Mid
Jika hanya mid yang dipandang, E9LP bolehlah menyalip lawan-lawannya. Mid dan vokal bukan tipikal tebal dan berbobot, namun tipikal jernih dan bening sekali. Faktor utamanya apalagi kalau bukan karena absennya bass. Vokalnya maju dan lengkingannya bikin geli-geli, berasa mengajak kita untuk ikut bernyanyi, bukan hanya mendengarkan dia bernyanyi. Untuk musik yang isinya vokal doang asyik nih. Gitar akustik pun terasa sharp dan detil.
Posisi kedua saya suka zune v2. Meski kadang terserang bass dan claritynya kalah banyak dari E9LP, namun saya mendengar artikulasi vokalnya si zune v2 ini paling jelas diantara semua kontestan, terasa sekali pengecapan kata-katanya. Posisinya pas di tengah, gak maju gak mundur. Duh andai saja bassnya lebih terkontrol...
PR10 rev II saya rasa ada di level yang sama dengan EX2, hanya beda presentasinya saja. PR10 rev II menampilkan mid yang warm dan sangat smooth, vokal ada di tengah-agak laidback, seperti ada jarak yang cukup jauh antara kita dengan penyanyi. Vokal mengalun lembuut, enak didengar berlama-lama. Sayangnya seperti kurang lepas, seperti tertutup kain tipis.
Di lain pihak, cowon EX2 presentasinya berkebalikan dengan PR10 rev II, dimana dia lebih mengedepankan kesan open, very clear, dan sedikit forward. Namun EX2 sepertinya tidak dituning untuk mendayu-dayu seperti PR10 rev II, EX2 kesannya flat, dan cold alunannya. Khusus EX2 sebenarnya tidak pantas berada di posisi ini, karena sebenarnya nothing wrong dengan mid dan vokalnya. Hanya saja dibandingkan dengan kontestan lain, EX2 ini mid dan vokalnya paling "plain", kurang berkarakter.
Peringkat : E9LP > zune V2 > Cowon EX2 = PR10 rev II

High
Region high, saya sulit menentukan mana yang lebih pantas di atas, cowon EX2 atau Sony E9LP. Tapi setelah mendengarkan lagi dan lagi, maka saya lebih menyukai Cowon EX2.
Cowon EX2 yang memang agak bright karakternya dibanding kontestan lainnya (hanya kalah bright oleh E9LP), namun hignya tetap enak didengar, tidak ada kesan kering, tajam, atau membosankan. "Cass cess" simbalnya berasa sekali tapi tidak berlebihan, semua terdengar rapi dan cukup detil. Crisp simbal terasa natural, dan sparklingnya cukup tidak berlebihan.
Nah, yang membuat E9LP berada di posisi kedua adalah highnya tidak serapi dan senatural EX2, kadang ada suara yang agak kasar dan berlebihan, sehingga agak kurang nyaman didengar. Padahal secara kuantitas dan detil high, E9LP unggul dari EX2. E9LP pun paling bright diantara semua kontestan.
Ketiga diisi oleh zune v2. Tidak banyak yang menarik untuk dibahas dan diunggulkan. Zune V2 cenderung kurang cring dan kurang sparkling.
Terakhir ada dBe PR10 rev II. Emang sih highnya smooth dan rapi, paling rapi ketiga, namun paling "mendem" dan lack of detail dibanding semua. Jika zune v2 saja kurang cring dan kurang sparkling, maka dBe PR10 rev II ini lebih parah lagi dari itu.
Peringkat : Cowon EX2 > Sony E9LP > Zune V2 > dBe PR10 rev II

Separasi dan detail
Bagian ini saya jadikan satu, karena setelah didengar pada semua earbud, dua poin ini berjalan beriringan.
Cowon EX2 menduduki tempat teratas. Detail yang ditawarkan EX2 paling berasa, sampe ke detil kecilnya paling mudah dijangkau dibanding earbud lainnya. Separasi pun begitu, terasa paling tegas dan rapi pemisahan suaranya.
Posisi kedua ada Zune V2, detil dia cukup bagus. Namun dibanding EX2, Zune V2 kerap kehilangan detil-detil kecil. Separasi juga tidak setegas EX2.
Posisi ketiga diambil alih oleh dBe PR10 rev II. Separasi terasa rapi dan tidak lengket-lengket, namun dibandingkan dengan zune V2 dia kalah tegas. Detil PR10 rev II biasa saja.
Posisi keempat diisi oleh Sony E9LP. Agak disayangkan padahal E9LP claritynya sangat baik tapi separasinya kurang rapi, kadang terasa terlalu berhimpitan antarinstrumennya. Detil di mid dan high sebenarnya bagus, bisa mengalahkan Zune V2 namun tidak dengan EX2. Sayang minimnya kuantitas bass otomatis detil-detil di bass banyak yang hilang, sehingga kesannya tidak lengkap.
Peringkat : Cowon EX2 > Zune V2 > dBe PR10 rev II > Sony E9LP

Staging
Zune V2 paling top, paling berasa 3D dibanding yang lainnya. Kiri-kanan-atas-bawah dan kedalaman paling terasa dibanding yang lainnya. Jarak (dekat/jauh) paling terasa di zune V2 ini.
Posisi kedua ada dBe PR10 rev II, karakteristik soundstagenya mirip hanya 3D effectnya tidak sebagus zune V2. Oh iya, mendengarkan PR10 rev II ini kita berasa mendengarkan konser dari seat agak belakang, seperti ada jarak yang cukup jauh antara kita dengan panggung.
Cowon EX2 mewarisi cowon-cowon sebelumnya, soundstagenya cenderung "garis doang" jika dibandingkan dengan zune V2, height dan depth tidak impresif samasekali. Meski secara wide, EX2 sedikiit lebih wide dari Zune V2.
Posisi terakhir ditempati Sony E9LP, memang sih terasa wide sekali, namun yang satu ini benar-benar garis doang dari kanan ke kiri, lbh buruk dari EX2 yang masih sedikit memiliki height dan kedalaman.
Peringkat : Zune V2 > PR10 rev II > Cowon EX2 > Sony E9LP

Genre Musik
Zune V2 paling bisa diajak memainkan semua genre musik, istilah kerennya sih paling allrounder. Bass yang cukup besar dan paling punch, mid cukup oke dengan artikulasi vokal yang bagus, serta high yang cukupan saja, membuat zune V2 siap melahap berbagai lagu di playlist Anda.
Cowon EX2 sebenarnya tidak masalah dalam memainkan banyak genre, termasuk metal dan musik agresif yang biasanya cenderung memble jika didengarkan melalui earbud entry level. Hanya saja kuantitas bass yang pas-pasan membuat pecinta bass bakal cemberut. Sisi ini yang membuat EX2 kalah allrounder dibanding Zune V2.
dBe PR10 rev II menampilkan bass yang besar namun attacknya lembut, diiringi dengan vokal warm smooth dan high yang agak tumpul, membuat PR10 rev II ini enak buat musik smooth-smooth, namun jika menyetel musik yang energik, PR10 rev II sangat kurang gregetnya.
Sony E9LP sangat dominan di mid dan high, bassnya kelewat pelit bahkan untuk saya yang notabene kurang suka bass besar. E9LP hanya bisa diandalkan jika playlist Anda dominan lagu-lagu vokal dan akustik.

Kesimpulan
Memang tidak salah apabila Zune V2 ini dikategorikan sebagai salahsatu legendanya kerhor, apalagi banderolnya paling murah dibanding dengan seluruh kontestan. Karakternya yang sangat allrounder dan very fun to listen membuatnya siap membawakan berbagai macam genre musik, mau EDM, mau vokal, mau pop hajarr semuaa. Lebih punya greget dibanding existing earbud dan masih mampu bersaing dengan new comer. Kelemahannya sih di high yang terasa kurang cring. Anda yang mencarinya bersiap kecewa karena populasinya semakin langka, dan harganya makin tinggi.

Cowon EX2 sebagai pendatang baru performanya sangat menjanjikan, terutama di hal-hal berbau teknis seperti detil, separasi, kontrol dan kerapihan tone. Mengingat discontinuenya zune V2, gw rasa EX2 siap menjadi salahsatu primadona earbud under 100k. EX2 ini masih oke buat membawakan segala jenis genre, hanya saja dia sangat tidak bisa memuaskan dahaga pecinta bass atau Anda yang suka karakter nendang. Presentasi mid dan vokal yang meski open tapi kurang emosional dan agak cold, membuat cowon EX2 ini sebaiknya dipair dengan DAP yang warm atau yang midrangenya tebal. Cocok sekali ketika dipair dengan sansa clip+ non rockbox, EX2 ini terdengar lebih merdu, mid dan vokal lbh punya warmth. Paling dasyat ketika dipair dengan hifiman HM601, sweetnya meningkat jauh dibanding pair dengan dacport, meski highnya jadi tidak detailed.

dBe PR10 rev II menonjolkan karakter warm dan very smooth, dengan bass yang cukup besar namun attacknya lembut, dan high yang tidak cring dan kurang sparkling. Tipikal earbud untuk mendengarkan musik berlama-lama dan sambil bersantai tanpa terlalu memikirkan aspek teknis. Mid dan vokalnya paling mengalun lembut dan mendayu, sayang kurang open. Anda yang gemar mengabsen instrumen sebaiknya lupakan ini.

Sony E9LP karakteristiknya paling nyentrik, dimana sangat dominan di mid dan high namun bassnya kelewat irit, sehingga earbud ini hanya nikmat jika bertemu genre yang minim bass seperti vokal only atau akustik. Agak unik memang, dimana Sony low end dari dulu terkenal sebagai "rajanya bass".

Jika saya urutkan berdasarkan price to performance :
1. Zune V2
2. Cowon EX2
3. dBe PR10 rev II
4. Sony E9LP

08 July 2014

REVIEW KZ-OMX2 dualmembrane earbud


earbud dual-membrane?
Di IEM (In Ear Monitor) mungkin kita pernah mendengar istilah tersebut, beberapa orang mengatakan JVC pernah mengeluarkan teknologi yang sama untuk IEMnya. Namun untuk earbud? Saya rasa masih sangat-sangat jarang, dan KZ-OMX2 adalah salahsatunya.

Earbud ini menggunakan dua membran, membran utama 15,4mm sebagai main unit, penghasil utama suara, dan membran satunya 6mm sebagai airflow control.
Banderol earbud ini terbilang murah, hanya 39 yuan (kurs jual yuan sekitar Rp 1900). Namun di aliexpress dengan referensi harga dollarnya, IEM ini dijual $14,23. Nah salahsatu penjual lokal ada yang memasukkan Earbud ini dan menjualnya seharga Rp 125.000 (Juni 2014).
Seperti apakah performa earbud ini?

Fitur
- all metal housing
- 15,4mm main membrane, 6mm airflow membrane
- LC-OFC cable
Sangat menarik apa yang diberikan KZ-OMX2 di harga semurah ini. All metal housing tentu tidaklah semurah allplastic body, menjamin kekuatan dan keawetan. LC-OFC cable tentu gradenya lebih tinggi dibandingkan OFC cable yang banyak dipakai earbud seharga. Dan teknologi dualmembran tentu terbilang unik dibanding earbud seharga.

Paket Penjualan
Saya selalu suka packing kardus pada earphone murah, karena di mata saya meningkatkan "level keseriusan" dibanding hanya dibungkus plastik keras transparan. Lihat saja, earphone/headphone kelas jutaan mana yang packingnya menggunakan plastik keras transparan? Selain itu, packing kardus meningkatkan keamanan saat pengiriman.
KZ-OMX2 ini memenuhi keinginan saya, dibungkus dengan dus yang cukup besar berwarna hitam dengan ukuran cukup besar, dihiasi tulisan warna putih "g.k" dengan font seperti huruf sambung, membuat earbud ini terlihat berkelas. Malah packing ini lebih mirip packingnya parfum high-end dibandingkan packing earphone.
Ketika dibuka, muncullah earbud KZ-OMX tersimpan rapi dalam konstruksi plastik pengaman, plus dua pasang earbud sponge. Pabrikan terkenal mana coba yang memberikan dua pasang sponge pada earbud kisaran Rp 100.000? Hal kecil namun cukup berarti bagi saya, karena salahsatu bisa dijadikan donut sponge, dan lainnya tetap full sponge.

Design, Build Quality, Kenyamanan.
Bentuk utama KZ-OMX2 ini seperti stetoskop, lucu juga yah..
All metal body nya benar-benar meningkatkan level prestisiusnya untuk earbud yang hanya dihargai Rp 125.000. Finishing mengkilat hingga bisa memantulkan bayangan sangatlah menggoda dan menarik untuk dijadikan objek fotografi. Andai ukurannya lebih besar, mungkin bisa dipakai untuk bercermin.
 
Kombinasi warna yang ditawarkan pun cukup menarik. Silver mengkilat di housing, hitam doff di lubang suara, dan kabel merah layaknya headphone stylish merk "b" sebelah yang kerap digunakan artis papan atas sebagai teman jalan-jalan untuk dikalungkan di leher :D
~no offense~

Urusan build quality sudah jangan ditanya lagi : TOP. Terlihat "mahal" untuk earbud seharga ini, atau mungkin terlalu mahal. Sangat rigid dan kokoh.
Sayangnya ada sedikit ketidakrapihan di sambungan housing, bisa dilihat pada gambar di bawah. Potongannya agak tidak rata. Namun ini hanya terlihat ketika difoto dengan mode macro dengan jarak ke earbud 5 cm saja, kalau dipakai sehari-hari tentu tidak akan terlihat.
Oh ya, dibalik metal mesh ini bersembunyi membran kedua yang berukuran 6mm. Katanya sih sebagai airflow control dan meningkatkan respon bass.
Terakhir, jack sudah gold plated dengan bentuk L dan profilnya sangat ramping sehingga tidak akan menyulitkan Anda yang gemar memakai case tambahan pada gadget.
Kenyamanan? Enak-enak saja kok. Diameter earbudnya pas di telinga saya, tidak kebesaran. Hanya saja kalau tidak pakai sponge jadi mudah kehilangan seal, mungkin karena bobot housingnya yang lebih berat dari earbud lain yang seharga yang rata-rata bahannya plastik ringan.

Suara
Setup yang digunakan :
- Laptop lenovo G460 windows 8
- DAC centrance dacport
- Foobar2000 music player, ASIO out

Earbud sudah diburn-in lebih dari 100 jam.
Earbud ini memiliki empasis yang kuat di upper midrange sekitar 1,8kHz-3,5kHz, menjadikan karakter earbud ini unik dan sangat menonjolkan suara-suara gitar.
Mari kita bahas lebih mendalam

Low
Kuantitas bass sedang, tidak besar dan tidak kecil. Yang jelas bagi Anda pecinta bassheavy atau suka bass yang tebal berbodi, dipastikan akan kecewa karena akan terdengar agak tipis. Yang menarik adalah attack dan impact bassnya bagus, jadi meski secara kuantitas sedang-sedang saja, namun bass tetap terasa energik dengan pukulan yang berasa. Respon bass tidak terlalu deep, terasa tight dengan speed yang cepat, membuat KZ-OMX2 ini bisa diandalkan untuk musik-musik cepat semisal rock dan metal. Pukulan double pedal disajikan dengan baik tanpa ada kesan keteteran, batas gebukannya baik.

Mid
Sisi mid adalah yang paling mencuri perhatian. Bukan karena kualitasnya yang yahud, tapi karena keunikan karakternya. KZ-OMX2 ini benar-benar memboost upper midrange sekitar 1,8kHz-3,6kHz, yang kadang membuat suara menjadi kurang natural. Posisi vokal memang pas di tengah, open, agak tipis, dan sangat clear, namun terasa kurang natural terutama untuk vokal yang agak tinggi. Ujung atas vokal dan pengucapan huruf tertentu terutama "i", seperti agak-agak "metalik", terasa meninggi dan agak tajam. Begitupun dengan instrumen-instrumen lainnya, ambil contoh piano. Dentingannya seperti tidak rata, kadang seperti ada nada yang tiba-tiba meninggi dibanding nada lainnya. Yap, inilah kerugian dari overemphasized di upper midrange.

Nah, ternyata empasis ini juga memberi keuntungan, terutama bagi Anda yang gemar suara-suara gitar, baik gitar akustik maupun elektrik, karena suara-suara ini terdengar sangat maju dan clear sekali. Ketika nyetel depapepe, centrengan gitarnya berasa sekali tusukannya namun tidak menyakitkan. Untuk efek distorsi gitar semisal di rock atau metal pun demikian, terasa sangat maju dan jernih. Asyik sekali dan benar-benar menggairahkan bagi Anda pecinta rock/metal. Apalagi kebanyakan genre "cadas", vokalnya tidak terlalu tinggi melengking, jadi efek "tidak natural" seperti yang saya ungkapkan di paragraf sebelumnya tidak terasa samasekali.

High
Kuantitas high sendiri cukup banyak, jernih, airy, dan ekstensinya bagus. Tidak ada suara-suara tajam menyakitkan. Sparklingnya cukup, cass-cess nya berasa, ditambah dengan crisp simbal yang cukup oke meski tidak terlalu mendetail dan terkadang agak tipis. Presentasi high seperti ini memang idaman pecinta rock/metal, karena presensinya sangat terasa, tidak mendem, namun tidak terasa tajam.

Separasi, soundstage, detail
Separasi terbilang baik untuk harga segini, pemisahan antarinstrumen maupun antarfrekuensi bagus, tidak ada yang menumpuk. Soundstage kanan-kirinya berasa luas, kanan-kiri berasa jauh, sayangnya kedalamannya kurang sehingga kesannya 2D, hanya garis dari kiri ke kanan saja. Kesan menjauh/mendekat, dan dari atas ke bawah, agak kurang. Detail cukup baik, meski kerap tertimpa oleh suara lain akibat emphasized upper midrange, namun detail-detail kecil masih terdengar.

Genre
Bicara genre, KZ-OMX2 ini spesial di musik-musik yang mengandalkan gitar dan efek gitar, seperti akustik, rock, metal, dll
Selain genre di atas, jujur saja terasa kurang natural, bukan jelek juga, tapi terdengar agak "aneh", overcoloured.
Eh ada lagi, untuk mendengarkan siaran percakapan radio enak, suara penyiarnya jelas dan jernih sekali.

Kesimpulan
KZ-OMX2, sebuah earbud murah penuh keunikan luar-dalam. Menerapkan dual membrance technology yang masih jarang diterapkan pada sebuah earbud dan suara yang dihasilkan pun unik dengan emphasis di upper midrange yang membuat suara-suara gitar berasa maju sekali.
Sayang karakter seperti ini tidak untuk semua orang, kadang saya merasa agak kurang natural ketika menyetel musik selain akustik, rock, metal, dan genre lain yang banyak mengolah dan mempertontonkan efek gitar.

Setelah membaca review suara atau mungkin Anda sudah mendengarkannya sendiri, apakah Anda setuju kalau KZ-OMX2 ini saya bilang sebagai the real "grado"-nya earbud? Karakter seperti ini sangat mengingatkan saya terhadap grado SR80i, hanya saja tentu banyak segi teknis yang disunat mengingat harga yang hanya 1/10nya saja, seperti SR80i memiliki speed dan batas gebukan yang lebih baik, mid dan vokal yang juga coloured namun lebih nyaman didengar dan sweet, serta presentasi high yang mirip : sparkling crisp namun tidak setajam SR60i.

Plus
+ bahan housing full metal, rigid dan kokoh serta berasa mahal dan prestisius, tidak menggambarkan earbud Rp 125.000
+ unique sound, gitar berasa maju sekali, cocok untuk akustik, rock, metal

Minus
- Terasa kurang natural untuk genre selain akustik, rock, metal dan yang mirip-mirip. Paling terasa kurang natural ketika di genre vokal yang mengandalkan suara vokal tinggi. Anda yang menggemari suara natural untuk mendengarkan vokal, pop, classic, dan jazz, saya rasa Anda akan membenci KZ-OMX2
- tidak ada distributor resmi di Indonesia, harga sampai di Indonesia berkali-kali lipat dari harga asli di Tiongkok yang hanya 39 yuan

Should I buy this one?
KZ-OMX2 karakter suaranya sangat unik, emphasis yang kuat di upper midrange. Jika ada kesempatan untuk mencoba langsung, sebaiknya cobalah langsung, karena karakter seperti ini jarang  sekali ada, dan tidak mudah diterima semua orang.

04 July 2014

REVIEW Dasetn Line Up : Dasetn M760, AP8, M1, dan PK3 DIY

Well, ini sebenarnya cuman copy dan pembenahan sedikit kata-kata dari review yang saya post di kaskus, soalnya di blog lebih mudah ditemukan kalau disearch dari google..

Thanks banget untuk om Taufan Mudakir atas pinjaman kolprinya

Line up dasetn ini merupakan earbud DIY (Do It Yourself). Apa itu earbud DIY?
Pengertian menurut saya sih, jadi perusahaan Tiongkok itu membuat komponen internal earbud (magnet, membran, dll) dan mentuning sendiri suaranya, tapi housingnya menggunakan housing "sejuta umat" atau housing earbud yang sudah punya nama besar misalnya sennheiser MX760 atau yuin. Packing dibuat masing-masing, brand juga pakai nama perusahaan pembuat, tidak copy paste punyanya yuin atau sennheiser. Jadi bedakan ini dengan KW replika yah, meski bakal banyak yg bentuknya mirip atau identik dg earbud buatan merk besar
Kalau pengertian ini salah dan menyesatkan, mohon koreksi yah :)

Sebenarnya banyak sekali produsen earbud DIY, selain Dasetn ada juga Knowledge Zenith dan masih banyak lagi yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Apa uniknya earbud DIY? Konon katanya, beberapa tipe dari earbud ini memiliki Sound Quality yang jauh di atas harganya, bahkan jika dibandingkan dengan earbud branded sekalipun. Untuk itu, mari kita cari, mana sih yang memenuhi kriteria di atas?

Source yg digunakan :
Laptop lenovo windows 8
Si batang panas centrance dacport
Player foobar2000, ASIO out, all sound enhancement and EQ : OFF

Harga berdasarkan webnya dasetn per 27/06/2014 dalam satuan US$. Nilai tukar rupiah plus biaya lain yang mungkin muncul silakan hitung sendiri yah, demi menghidari tawuran antar local seller

1. Dasetn M760 ($26)
Housingnya menggunakan sennheiser MX760, yang sudah terkenal fittingnya agak besar namun masih nyaman, cukup stabil di telinga, tidak gampang lepas.
M760 ini karakternya cenderung “mild”, lembut dan tidak agresif. Bassnya tebel dan agak boomy, kurang cocok buat musik cepat. Midnya smooth dan clear, vokal cukup forward, intim, dan berbobot, bagus untuk Anda yang suka vokal. Presentasi high cenderung smooth, tidak agresif dan tidak sparkling, namun crisp simbal masih oke dan high extension bagus.
Separasinya bagus sekali, sangat tegas pemisahan instrumennya. Bagus bagu Anda yang suka mendengarkan secara rinci bunyi-bunyi instrumen. Detil lumayan lah sangat terbantu oleh separasi.
Soundstagenya cukup luas, tapi poin menariknya bukan disitu. Soundstage M760 ini proporsional sekali, widthnya memang tidak meluas sekali ke kanan-kiri, tapi diimbangi dengan height dan depth yang bagus, sehingga kesannya “besar” dan megah. Imagingnya jelas, layer-layernya terasa.
Cocok untuk apa? Musik santai, instrumen, denger musik sambil leyeh-leyeh, vokal-vokalan.
Kurang cocok untuk apa? Musik-musik cepat agresif.
Value? GOOD

2. Dasetn AP8 ($12)
Yang satu ini diameter earbudnya lumayan besar, waspadalah bagi Anda yg bertelinga kecil, dan yang bertelinga besar juga pastikan dapat fitting yang enak agar tidak banyak bocor. Earbud ini cukup mudah "lari" dari telinga soalnya.
Earbud ini tipikal balance-clear. Bassnya berkuantitas sedang dengan body yang pas tidak tipis tidak tebal. Speed medium, lebih baik dari M760. Mid dan vokal sedikit forward, clear dan relax, seperti M760 namun tidak se-emosional M760, lebih tipis juga dibanding M760 yang tebal. Highnya cukup cring, ekstensi cukup tidak sebaik M760. Sisanya biasa aja.
Separasi biasa aja. Staging bagaimana yah, sebenarnya seperti ada space lebih di kanan-kiri, tapi kok instrumen dan vokal malah banyak main di tengah tidak banyak yang dilempar ke kanan-kiri. Ditambah height dan depth yang agak kurang, jadi kesannya garis doang kanan-kiri.
Bagus untuk apa? Allrounder, bersahabat dg banyak genre.
Gak bagus buat apa? Buat lagu-lagu yg nuntut staging dan separasi, misal orkes dan classic.
Value? Biasa aja, mainstream banget

3. Dasetn PK3 DIY ($17)
Ini dia PK3 jadi-jadian.
Housingnya "yuin banget" dengan cat doff bukan glossy, dan banyak finishing yang terlihat tidak rapi, seperti pada sambungan-sambungan housingnya.
Kabelnya merah menyala, dan.... SKULLCANDY!
Suaranya seperti apa? Overallnya memang seperti dituning agar menjadi PK3 versi ekonomis.
Bass adalah bagian yang "PK3 banget". Good impact, punch enough, kuantitas sedang, tapi kurang rapi di lagu brutal. Bukan kurang di speed, tapi kurang di kontrol, permainan bass drum-tom-snare yg cepat dan dinamis agak berantakan. Mid forward, lbh forward dari AP8 maupun M760, sangat nyerang ke kuping. Tapi enak kok, bagi Anda yang suka forward-forward pasti senang. Highnya cukup cring, tapi ekstensinya agak kurang.
Separasi lumayan, urusan pemisahan bagus tapi seperti kurang rapi kontrolnya jd banyak ekor tone yang nyasar. Staging cukup luas, kanan-kirinya lumayan tapi depth dan heightnya biasa aja. Salahsatu pembeda dari original PK3 di sini, depth PK3 ori jauh lebih berasa. Forwardnessnya tidak diimbangi dengan airy yg kuat seperti di PK3 original, jadi rada nyemprot ke muka.
Bagus buat apa? Allrounder bagus, relatif masuk ke semua genre, buat yg demen forward-forward nyemprot bolehlah ini, buat yg budgetnya gagal meraih PK3 bolehlah ambil ini, tuningannya mirip tp SQnya downgrade.
Kurang bagus buat apa? Kurang rapi separasi dan kontrolnya
Value? So-so but good enough kok

4. Dasetn M1 ($15)
Tidak asing lagi lah dengan bentuk ini. Ini fittingnya agak besar, suka keluar sendiri dari telinga seperti AP8, tapi overallnya masih lebih nyaman ini daripada AP8.
Earbud ini cenderung netral, tidak banyak kolorasi. Kuantitas bass pas-pasan, paling kecil diantara semua yang diuji, tapi jika dibandingkan dengan earbud pasaran sih termasuk cukup-cukup saja, tidak terlalu tipis. Attacknya cenderung lembut, tapi impactnya berasa kok jadi jgn dianggap cempreng. Speed medium.
Smooth, clear, dan natural. Mungkin 3 kata itu aja cukup buat mempresentasikan mid. Vokal "natural habit"nya ditengah-agak laidback, put some distance from us, tapi artikulasinya jelas buanget, emosinya dapet banget.
Ekstensi high bagus, lepas, sangat airy. Presentasinya smooth, cukup detail, simbal cukup crispy juga. Cenderung netral tidak banyak kolorasi.
Separasi bagus, rapiiiiiiiihh, detilnya boleh juga loh. Staging luass, widthnya bagus, paling wide dibanding semuanya, height dan depthnya mayan oke loh, hanya bisa dikalahkan oleh M760 (signifikan) dalam perbandingan ini.
Bagus buat apa? Buat yg suka netral-netralan, natural, gak banyak kolorasi, balance
Kurang bagus buat apa? Buat yg nyari forwardness dan keintiman lebih. Karakter netral begini kerap meninggalkan kesan "mana WOWnya?" kalau dengernya cuman sebentar. So, cobalah menikmati beberapa saat.
Value? GOOD

Kesimpulan
Dasetn M760 dan M1 adalah earbud yang paling memenuhi kriteria "Good Sound Quality on low price". M760 harganya lebih mahal dan berkarakter "mild", dengan staging yang proporsional dan separasi instrumen yang mantap, clear sekali. Sedangkan M1 harganya jauh lebih murah dan berkarakter netral-smooth-soft, dengan staging yang wide dan sangat airy.
PK3 DIY mungkin bisa dijadikan pilihan bagi Anda yang kepingin yuin PK3 namun budget hanya setengahnya. Agar bisa lebih menarik calon pembeli, Dasetn mungkin di revisi berikutnya harus sedikit memperbaiki separasi dan kerapihan tone, serta build lebih diperhatikan. 
AP8? Kalau boleh jujur, kurang memenuhi kriteria "Good Sound Quality on low price". Dia hanya masuk ke jajaran "Right Sound Quality on Right Price" alias "mainstream", earbud dengan brand ternama pun bisa menghadirkan Sound Quality yang mirip-mirip dengan harga yang sama.

02 July 2014

earbud sponge : dBe sponge vs basic sponge

Sekali-kali bikin tulisan tentang aksesoris ah. Bukan sembarang aksesoris, karena foam ini cukup berpengaruh terhadap suara dari earbud.

Sebenarnya banyak foam yang beredar di pasaran, namun kebanyakan tanpa merk. Nah, di pasaran saya menemukan dua buah "branded foam", yaitu dBe foam dan basic foam.
Harganya berapa?
Menurut website basic dan dBe per 02/07/2014, basic foam dijual seharga Rp 20.000, dBe foam dijual seharga Rp 30.000.
Saya berharap website dBe ada salah harga (dan semoga memang harganya belum naik), karena di pasaran dBe foam bisa ditemui seharga Rp 20.000.
Untuk harga terupdate, silakan kunjungi store masing-masing :
basic online store

Packing
Basic memberi packing warna-warni ceria, dengan plastik-plastik cembung yang saling terpisah satu sama lain sebagai wadah penyimpan foam. Satu paket berisi tiga pasang dengan tiga warna foam yang berbeda, yaitu hitam, abu-abu, dan putih. Cukup memberi pilihan untuk menyesuaikan dengan warna earbud kita.
dBe sendiri packingnya tidak seceria basic, konstruksinya mirip dengan packingnya microSD. Di dalamnya ada 3 pasang foam dengan warna yang sama, yaitu hitam.
Kalau boleh jujur, warna hitam adalah favorit saya, karena jika digunakan dalam waktu yang lama pun tetap terlihat bersih, berbeda dengan warna putih yang akan terlihat dekil, apalagi kalau tidak menjaga kebersihan telinga dan tempat penyimpanan.

Bahan Sponge
Jika dilihat secara detail, basic sponge memiliki kepadatan dan ketebalan busa yang lebih baik dari dBe sponge. Pengaruhnya? dBe sponge lebih cepat melar dibanding basic sponge. Saya melakukan pengujian dengan memakaikan basic sponge dan dBe sponge pada dBe PR10 rev II selama satu minggu, dengan pertimbangan housing besar PR10 rev II layak untuk dijadikan arena menguji kelenturan dan ketahanan sponge.
Hasilnya bisa dilihat pada gambar di bawah (klik untuk resolusi full 8MP) :
Cukup terlihat bukan bahwa basic sponge memiliki ketebalan dan kepadatan lebih baik dari dBe sponge?

Suara
Apakah dBe sponge dan basic sponge ini memberikan suara yang berbeda signifikan? Jika dibilang signifikan saya rasa tidak, namun saya bisa menangkap beberapa perbedaan.

Pengujian langsung menggunakan dBe PR10 rev II. Basic sponge memberi suara yang sedikit lebih warm dengan bass yang lebih besar dan mid agak muffled dibanding dBe sponge yang terdengar lebih lepas natural. 
Yap, bahan lebih tebal dan padat membuat isolasi suara semakin baik, sehingga suara bass tidak banyak yang bocor, makanya terdengar lebih besar. Namun bahan yang lebih tebal membuat lebih banyak suara yang teredam, akibatnya suara sedikit lebih muffled. 

Yang mana yang harus saya pilih?
Keduanya sama-sama baik dengan plus minus masing-masing. Basic sponge dengan bahan tebal dan padatnya namun kadang membuat muffled, dBe dengan suara yang lebih naturalnya namun bahannya lebih cepat melar.
Basic sponge cukup bagus dalam meredam suara-suara tajam yang mungkin muncul dari earbud yang bright sedangkan dBe sponge dengan suara yang lebih natural cocok-cocok saja buat segala jenis suara.

Impresi di atas tentu bisa berbeda, tergantung dengan kesesuaian antara besar telinga dan besar earbud alias fitting.
Basic sponge cocok untuk earbud yang kecil, misalnya Sony E9LP/yuin, atau Anda yang bertelinga besar. Dia terasa lebih memenuhi telinga dan tidak mudah lepas. Selain itu terutama pada earbud bright dengan bass tipis seperti E9LP, basic sponge cukup bisa meredam suara yang berpotensi menjadi tajam dan bass lebih terasa. 
dBe sponge lebih bersahabat dengan earbud yang besar, misalnya PR10 rev II/sennheiser MX760, atau Anda yang bertelinga kecil. dBe sponge tidak membuat suara menjadi terlalu warm atau muffled, terasa lebih natural dan tidak terasa cepat gerah bagi Anda yang bertelinga kecil.

01 July 2014

REVIEW : Comparison Cowon EX2 vs SE2

YES, kita kedatangan teman baru bernama Cowon EX2. Thanks Headphoneku Fammate :)
Cowon EX2 ini diposisikan sebagai pengganti salahsatu earbud legendaris dari cowon, yaitu SE2 yang sekarang sudah discontinue. EX2 juga merupakan earbud standar dalam paket penjualan DAP (Dedicated Audio Player) terbaru Cowon, yaitu Cowon E3. Harga yang dibanderol juga sama, yaitu Rp 95.000 (Harga per Juli 2014).
Perubahan apa saja yang ditawarkan EX2 dibanding pendahulunya? Mari kita bandingkan mereka dari berbagai aspek

Desain
Ini dia wujud dari teman baru kita, cowon EX2
Cowon EX2 ini hanya diproduksi dalam warna putih. Entah siapa yang memulai, warna putih sepertinya menjadi warna trend 2014.

Ada yang sudah lupa wujud Cowon SE2? Lihat lagi yuk
SE2 yang ini adalah batch terakhir sebelum discontinue, packingnya berwarna coklat dan......tidak ada lagi sentuhan chrome seperti Cowon SE2 bawaan cowon i9 dulu, bisa dilihat pada gambar di bawah
Cukup menyedihkan, mengingat kilauan chrome bertekstur metalik kasar adalah sisi yang membuat SE2 terlihat begitu "mahal" dibanding earbud seharga.

The Difference
Seri penerus tentu wajib membawa perubahan dari seri sebelumnya, minimal dalam hal desain lah. Mari mita lihat
Cowon EX2 bodynya terlihat lebih ramping dan lebih berlekuk dibanding cowon SE2 yang cenderung kotak bersudut. Dari segi kenyamanan dan fitting, cowon EX2 ini relatif lebih enak dan cepat dapat fittingnya dibanding SE2. Berbeda dengan bagian belakang SE2 yang bertuliskan "iAudio", bagian belakang EX2 ini tulisannya "cowon". Pengen pamer brand mungkin. Hhe

Ayo kita lihat bagian belakangnya..
Cowon SE2 yang kiri, EX2 yang kanan. Terlihat sekali bukan perbedaannya? SE2 bentuk lubangnya melingkar, mengelilingi bagian tertutup di tengahnya yang diisi indikator L dan R.
Cowon EX2 lubang suaranya terbuka full, ditutupi metal mesh. Model lubang suara EX2 ini memberi pengaruh signifikan ketika menggunakan donut foam dibanding SE2. Indikator L dan R bergeser ke ujung bawah batang housing. 

Mari kita beralih ke kabel
Cowon EX2 yang bawah (kanan), SE2 yang atas (kiri). Bahan kabel sama persis, warna putihnya pun sama persis, dimana akan cepat kotor jika kita menaruhnya sembarangan. Unit EX2 saya lebih berumur dibanding SE2 yang baru beli, terlihat sekali bukan perbedaan tingkat kekotorannya?
Kabel EX2 berbentuk simetris, sedangkan SE2 asimetris. Terimakasih cowon, karena kabel asimetris pada earbud yang tidak dibekali shirt clip sangatlah menyebalkan.
EX2 menambahkan satu fitur baru, yaitu line holder and splitter, itu looh bagian kecil di atas Y-splitter yang bisa naik-turun.
Adanya fungsi line splitter memungkinkan kita bisa menaik-turunkan batas cabang kabel kiri dan kanan sesuai keinginan, sedangkan fungsi line holder untuk memudahkan menggulung kabel. Contoh penggunaan line holder lihat gambar dibawah (sumber : web cowon. Product : Cowon EC2 with iPhone 4s)
Fitur ini penting gak penting sih, tapi kadang berguna juga.

Kita lihat jacknya
Cowon SE2 yang kiri, EX2 yang kanan. Hanya sedikit beda di bentuk saja, selebihnya sama. Sudah gold plated juga.

Secara keseluruhan, cowon EX2 menawarkan desain yang lebih berlekuk manis, kabel simetris, dan fitting sedikit lebih mudah daripada pendahulunya. Tapi soal fitting ini tentu kembali ke telinga masing-masing yah, sangat subjektif.

Suara
Setup :
Laptop lenovo G460 windows 8
Centrance dacport
Foobar2000 with ASIO out
All songs in FLAC format

Untuk pengujian ini, saya menggunakan foam full bawaan SE2. Digunakan secara bergantian dengan EX2, karena bahan foam pun mempengaruhi suara, sehingga diharapkan mengurangi perubahan suara akibat foam.
Selain tampilan yang berubah, EX2 pun memiliki karakter yang berbeda dengan SE2. Tidak tanggung-tanggung, hampir di semua lini berbeda. Mari langsung bahas satu per satu yuk..

Power driving, EX2 ini sedikit lebih enteng dibanding SE2. Ketika switch dari SE2 ke EX2, saya harus menurunkan volume pada dacport.

dari segi bass, EX2 memberi bass yang lebih tight daripada SE2, bodynya pun tidak setebal SE2. Yang menarik, respon yang dituning lebih tight oleh cowon tidak serta merta impactnya menjadi lemah. Kekuatan pukulan EX2 ini tidak jauh berbeda dengan SE2, benar-benar hanya bodynya saja yang lebih kurus dan responnya lebih tight.

Anda merasa kurang sreg dengan midnya cowon SE2 terlalu didominasi oleh vokal, sehingga terasa tebal, forward, dan dominan banget seolah-olah penyanyi dekat sekali dengan kita? Itu tidak terjadi lagi di EX2.
EX2 menawarkan karakter yang lebih balance dan open. Vokal sedikit lebih mundur daripada SE2, memberikan kesan ada jarak antara kita dan penyanyi, namun jika dibandingkan dengan earbud lainnya EX2 ini masih terasa sedikit forward. Vokal lebih open, tidak setebal dan mendominasi seperti SE2, membuat instrumen-instrumen lain di mid lebih terdengar dan lebih seimbang.

High EX2 secara kuantitas lebih banyak dari SE2, terasa lebih lepas dengan ekstensi yang lebih bagus. SE2 terkadang suara high seperti simbal ada di belakang vokal. Crisp simbal lebih terasa di EX2, cass cessnya lebih jernih dan detail.
Sayangnya EX2 pun lebih berpotensi mengeluarkan suara tajam dibanding SE2 yang smooth abis.

Staging EX2 terasa lebih lebar dari SE2, kanan-kiri terasa lebih jauh, lebih lega rasanya. Separasi pun kini lebih terasa jelas, begitupun dengan detail yang kini lebih muncul dibanding pada SE2 yang kadang dibayangi vokal.

Kesimpulan
Sebagai penerus SE2, EX2 membawa banyak sekali hal baru. Dari segi tampilan, tetap pada warna putih namun lebih ramping dan berlekuk sehingga membantu tercapainya fitting yang lebih nyaman.
Dari segi suara, EX2 menawarkan suara yang lebih balance dan bright dibanding SE2. Bass lebih tight, vokal tidak lagi mendominasi dan lebih open, high yang lebih cling dan extend, separasi, detail, dan staging yang meningkat adalah hal positif yang dihadirkan EX2.

Dengan harga yang dipatok sama dengan pendahulunya, kini SE2 bisa beristirahat dengan nyaman. EX2 siap menggantikan tempatnya dalam merebut pasar earbud dibawah Rp 100.000.
Bagaimanakah performanya dibandingkan dengan earbud dibawah Rp 100.000 lainnya? Simak di artikel Cowon EX2 vs Zune V2 vs dBe PR10 rev II vs Sony E9LP