31 August 2015

REVIEW Basic MDX50

Basic strike again!
Saat ini DAP (Digital-or Dedicated- Audio Player) model tertinggi dari Basic adalah Basic M90. Sekarang M90 tidak sendirian lagi di kasta teratas DAP Basic, karena akan ada model baru lagi bernama Basic MDX50. Berbeda dengan Basic M90, MDX50 ini rencananya tidak akan dibundling dengan earphone, alias dijual hanya DAP saja. Rencananya, MDX50 akan dilepas di harga Rp 550.000 - Rp 600.000.

Spesifikasi
Screen : OLED display 1,1"
Connector : 3,5mm audio jack, microUSB for data transfer and charging
Storage : 16GB internal, microSD card slot
Battery : more than 80 hours
File support : MP3, WMA (WMA lossless not supported), FLAC (24 bit not supported), WAV, M4A AAC (ALAC not supported), OGG

Paket penjualan
Akan diupdate kemudian

Desain dan Build Quality
Pertama melihat MDX50 ini, yang langsung terlintas di pikiran saya adalah bentuknya seperti remote AC, remote DVD player, atau remote apapun itu lah. Dari atas terlihat seperti balok panjang dengan tombol-tombol raksasa di atasnya.
Bagian belakang plain, tidak ada pernak-pernik apa-apa kecuali tulisan tipe produk dan tulisan-tulisan kecil lainnya. Maaf jika unit yang saya sudah terlihat tidak terlalu mulus lagi, tapi kenyataannya tidak sehoror itu kok, efek pencahayaan membuat baret pemakaian jadi terlihat berlebihan.
Badan MDX50 ini terbuat dari plastik atau bahan lainnya yang mirip-mirip, namun diberi finishing ala-ala brushed metal. Bobot body MDX50 ini sangat ringan, ketika digenggam bahan plastik ringan yang diberikan memberi kesan "murah" dan "kopong", terasa seperti memegang lego mainan anak. Bagian permukaan yang diberi aksen brushed metal pun mudah terkikis, maklum bahan plastik tidak sekeras metal. Namun disamping itu semua, setidaknya pembuatan body dan tombol rapi, sehingga ketika digenggam dan dioperasikan tetap solid, tidak ada bagian yang goyang-goyang.
Di samping terdapat slot microSD tanpa penutup. Bagian bawah berjejer lubang microUSB untuk data transfer dan jack 3,5mm. Tombol power model geser hinggap di bagian atas sendirian.


UI, Navigasi, Penggunaan
Salahsatu faktor yang saya sangat suka dari Basic MDX50 adalah sisi ergonomisnya. DAP ini sangat nyaman digenggam, pun sangat mudah dioperasikan. Dengan dimensi body yang pas, ditambah dengan tombolnya yang besar-besar, sangat memudahkan kita dalam menjelajahi isi dari MDX50 ini. Tanpa perlu melihat tombol secara langsung, kita bisa mengontrol MDX50 ini dengan sangat mudah. Yaa memang sih tombol besarnya ketika ditekan bunyi "cetak cetak", lagi-lagi memberikan kesan "murah", tapi setidaknya tetap nyaman ketika ditekan.

Layar OLEDnya hanya menampilkan warna hitam putih, namun kontras antara hitam dan putihnya baik sekali, sehingga layar terlihat bening. Dipakai di luar ruangan pun tidak masalah, tampilan menu pada layar tetap terlihat jelas, namun jika direct to sunlight memang menjadi sulit terlihat.
User Interface MDX50 ini sangat simpel, hanya memuat 4 baris tulisan, setidaknya pada menu utama dibuat icon-icon yang cukup keren. Navigasi antarmenu maupun di dalam menunya enak, responsif, tidak lemot, tidak ribet, dan tidak bikin pusing. Saya rasa Anda tidak perlu buku manual. Yang perlu diperhatikan, tekan+tahan tombol back akan memunculkan menu "options" ketika Anda sedang berasa di dalam submenu.

Music Player
Ketika membuka menu musik, kita langsung disapa dengan library. Sorting file cukup bagus, bisa all songs, artist, album, atau genre. Kita pun bisa membuat playlist sendiri, dengan cara sorot file yang ingin dimasukkan ke playlist, kemudian tekan+tahan tombol back, dan pilih menu add to playlist. Disediakan 3 slot playlist yang bisa kita gunakan untuk menyimpan lagu favorit.
Tampilan ketika memutar musik sederhana, namun sudah cukup informatif. Jangan berharap album art dari lagu anda akan muncul di sini. Ketika sedang di menu now playing, kita bisa tekan+tahan tombol back untuk memunculkan opsi tambahan, misalnya play mode (shuffle, repeat), sound setting (Equalizer, playback speed), mengatur sleep timer, dan menambah atau menghapus lagu yang sedang dimainkan dari playlist. Oh ya, equalizer yang diberikan hanya preset saja, kita tidak bisa membuat equalizer sendiri.
File dari microSD pun bisa masuk ke library, akan bersatu dengan file yang disimpan di internal, jadi lagu di memory internal dan eksternal tidak terpisah layaknya di Basic M90. Jika ketika memasukkan microSD lagu-lagunya belum masuk ke library, scan manual dengan cara masuk ke menu musik > card folder, muncul notifikasi "create list or not" pilih YES. Scanning file berjalan cukup cepat.

Sound Quality
Beberapa cans yang digunakan untuk test :
Takstar TS671, Sony XBA100, basic IE200, dan iLuv peppermint
DAP pembanding : Xduoo X2, sansa clip+, laptop with centrance dacport

Power dari DAP standar lah untuk DAP masa kini alias cukup besar. Untuk mendrive TS671, suara sudah nyaman di volume 18 dari skala maksimal 31. Untuk earphone-earphone yang ringan, cukup di volume 10 sampai 12.

Langsung saja colok cans dan memutar lagu. Hal pertama yang saya rasakan, MDX50 ini suaranya warm, berkebalikan dengan saudaranya, Basic M90 yang sedikit bright. MDX50 ini pun terasa lebih musikal dibanding saudara semerknya yang memang sih lebih bening dan detil namun terasa dry dan agak membosankan.

Bass MDX50 ini berbobot dan empuk, impactnya cukup baik dan lebih nendang dari M90. Pukulan bass sedikit lebar, namun tidak luber kemana-mana. Untuk lagu-lagu EDM dan pop modern mainstream, presentasi bass seperti ini terasa nikmat, memberi kesan fun dengan bobot dan impact yang baik. Namun ketika nyetel musik-musik yang banyak dobel pedalnya, batas antargebukannya sedikit kurang tegas. Tidak lambat menurut saya, hanya kurang tight saja jadi kurang jelas batas gebukannya.

Midrange dan vokal dipresentasikan dengan lembut, memberikan kesan relax dan hangat. Penempatan vokal di tengah, tidak ditemukan sibilance di sini. Suara-suara instrumen yang kebetulan sedang main di midrange terasa cukup bersih, meski detailnya tidak wow banget. Tidak ada suara-suara tajam atau kasar yang bikin cepat capek, semuanya terasa lembut dan hangat.

High MDX50 ini smooth tapi jangan dianggap mendem looh. High tidak terlalu sparkling dan terasa kurang extend. Tidak ada suara kasar atau tajam samasekali di high, semua serba lembut dan memberikan kesan relax. Detail di high tidak wow banget, kalau sekedar cis cis dan gemerincing sih terdengar jelas, namun detail detail yang lebih kecil dan juga tekstur simbal terkadang sedikit kurang greget.

Soundstage medium, dibilang luas tidak, dibilang sempit juga tidak. Hal yang cukup menyenangkan dibanding M90 adalah tidak terasa 2D banget lagi, suara-suara terasa lebih menyebar. Separasi cukup baik dan lumayan rapi, untuk suara-suara yang kompleks kadang sedikit kurang tegas sih, namun tidaklah buruk, apalagi kalau kuping kita tidak rewel. Detail biasa saja, tidak terlalu menonjol, namun untuk bermusik santai sih sudah cukup banget .

Fitur Extra
Terdapat beberapa fitur ekstra di Basic MDX50 ini.
Pertama ada Radio FM. Fitur pada radio standar saja, kualitas suara pada radio pun kurang bersih dan sangat sensitif terhadap penempatan kabel earphone. Dibandingkan dengan radionya Nokia E52, suara radio MDX50 masih kalah jernih. Terdapat pula fitur FM recording, file akan disimpan dalam format WAV 16bit, 512kbps, 16khz. Kualitas recordingnya pun biasa saja, bahkan lebih bernoise dibandingkan dengan ketika mendengarkan radio langsung.

Kedua ada voice recorder. Kita bisa memilih mau disimpan dalam format mp3, WAV, atau act. Kita pun bisa memilih bitrate recorder mulai dari 512kbps hingga 1536. Ketika dicoba merekam dengan WAV kualitas tertinggi (16 bit, 48khz, 1536kbps), recordingnya sudah stereo, namun background noise masih cukup besar.

Ketiga, ada book reader. Dengan layar yang hanya memuat 3 baris dari file teks yang kita tampilkan, membuat kegiatan membaca di MDX50 menjadi kurang menyenangkan.

Terakhir ada browser. Dari sini kita bisa memainkan lagu jika malas menggunakan library, atau menghapus lagu-lagu yang tidak diinginkan.

Battery
Saya tidak tahu kapasitas baterai yang diberikan, namun Basic mengklaim baterai tahan hingga lebih dari 80 jam,
Saya test memutar file FLAC dengan layar sebagian besar mati dan sesekali nyala untuk oprek-oprek (kalau dibuat perbandingan, mungkin layar nyala : mati adalah 10 : 90). Earphone yang dipakai iLuv peppermint, volume 11/31. Hasilnya, MDX50 tahan 91 jam. Daya tahan baterainya baik sekali, dan ketika indikator baterai sudah terlihat kosong, ternyata MDX50 masih sanggup memutar lagu selama 24 jam.
Charging timenya cukup lama, baterai baru full dalam 5 jam, menggunakan adaptor 5V 1A. Namun dicharge 3 jam pun, MDX50 sudah bisa memutar musik lebih dari 2x24 jam.

Daya tahan baterai dapat berbeda-beda, tergantung penggunaan, kondisi lingkungan, earphone yang dipakai, dan hal lainnya

Kesimpulan
Jadi, bagaimana kesimpulannya, apakah Basic MDX50 ini layak dimasukkan ke daftar belanja?
Jika Anda hanya fokus ke sound quality, saya pribadi sih lebih menyarankan nabung sedikit lagi, nambah Rp 200.000an ada pilihan yang lebih menarik jika hanya sound quality yang jadi pertimbangan.
Namun jika Anda ingin DAP yang storagenya besar (16GB) plus ada slot memory eksternal, daya tahan baterai bagus (lebih dari 80 jam), bisa memainkan banyak format file, nyaman dipakai plus mudah dioperasikan dan sound quality yang masih lumayan punya tentunya, MDX50 di harga Rp 550.000 bisa dilirik. MDX50 memberikan kompromi yang baik sekali antara sound quality, daya tahan baterai, kenyamanan penggunaan, dan storage di kelas DAP entry level. Komposisi suaranya enak, nyaman untuk berlama-lama mendengarkan musik.
Bahan pembuatan memang kayak mainan anak meski finishingnya keren ala brushed metal, namun dari segi kenyamanan penggunaan harus diacungi jempol.

FAQ
Saya kira bakal banyak yang menanyakan hal-hal di bawah ini, jadi sebaiknya baca dulu yah sebelum bertanya :)
1. Bagaimanakah perbandingan dengan sansa atau xduoo x2?
Arah suara sama, technicality yang berbeda. Baik sansa maupun Xduoo X2 memiliki ekstensi di bass dan treble yang sedikit lebih baik dari MDX50. Separasi mereka pun terasa lebih tegas dan rapi.

2. Kalau dengan ruizu atau M90?
M90 terasa sedikit bright, lebih detil dan jernih, namun terasa kurang musikal, 2D, kalah dinamis, dan membosankan dibanding MDX50. Tentu sebaiknya dicoba langsung karena preferensi telinga tiap orang berbeda, namun bagi telinga saya, untuk bermusik saya jelas lebih memilih MDX50 ini.
Untuk ruizu saya hanya pernah coba X02 dan itupun nyobanya sebentar banget, jadi tidak bisa impresi mendalam, Namun kalau diinget-inget, MDX50 ini lebih rapi, dengan arah suara yang sama, warm-warm gitu juga.

3. Berapa GB kapasitas maksimal microSD yang bisa digunakan?
Tepatnya saya tidak tahu berapa, namun microSD 32GB class 10 yang terisi 80% bisa dilahap dengan baik dan tidak menimbulkan lag pada sistem.

4. Bagaimana kestabilan sistem?
Dengan interface yang simpel dan tidak berjejalan fitur seperti saudaranya, MDX50 ini terasa stabil dan sangat responsif. Namun sebaiknya hindari mengisi file-file yang tidak disupport oleh MDX50 ini.

5. Apa plus minusnya DAP ini?
Sudah saya jelaskan tersirat di kesimpulan, silakan pertimbangkan sendiri

19 August 2015

REVIEW Basic HP-22

Kali ini kedatangan headphone portable entry level dari Basic nih, Basic HP-22. Headphone ini sudah diluncurkan belum lama ini dengan harga Rp 220.000 (Agustus 2015). Seperti apa suaranya?

Spesifikasi
Headphone
Speaker : dynamic driver 40mm
Sensitivity : 104dB
Impedance : 32 Ohm
Frequency Response : 20-20.000Hz
Cable length : 1,2m
Plug : stereo 1/8" (3,5mm)

Mic
Frequency response : 75-16.000Hz
Pick-up system : ohmi-directional
Sensitivity : -42dB
Impedace : less than 2,2 Ohm

Packing dan Paket Penjualan
Basic melengkapi HP-22nya dengan kabel standar with mic dan konverter untuk ke laptop/PC yang jack audio dan micnya terpisah, sehingga mic akan tetap berfungsi ketika dicolokkan ke laptop/PC

Desain, Build Quality, dan Kenyamanan
Mengadopsi bentuk portable headphone, HP-22 ini mengusung tema desain clean look. Tidak ada tarikan garis desain yang agresif/atraktif maupun permainan warna yang dinamis, yang terlihat hanyalah headphone yang desainnya simple dengan warna hanya full hitam atau full putih. Finishing glossy diterapkan pada cup headphone yang membuatnya terlihat elegan sekaligus sangat mudah terkotori jejak sidik jari. Desain seperti ini aman untuk digunakan semua orang, baik tua muda maupun pria wanita, tidak akan terlihat norak ketika memakai HP-22.
Headband dibalut oleh busa tipis yang cukup untuk membuat kepala bagian atas tidak terasa sakit ketika menggunakan Basic HP-22 ini. Clamping (jepitan ke kepala) pas, tidak longgar ataupun terlalu keras. Bahan permukaan pad lembut dan tidak membuat gatal, namun untuk pemakaian berjam-jam cukup panas dan busa pad menurut saya masih agak keras sehingga cukup sakitl di telinga. Isolasi suaranya lumayan, ketika dipakai di luar ruangan noise lingkungan cukup teredam, tidak sebaik IEM (In Ear Monitor) tentunya.
Basic HP-22 ini menggunakan detachable cable, yang asyiknya menggunakan konektor jack 3,5mm sehingga kita bisa bebas berkesperimen gonta-ganti kabel aftermarket atau buatan sendiri untuk meningkatkan kualitas suara atau untuk mendapatkan suara yang lebih sesuai dengan selera. Sisi positif lainnya dari detachable cable adalah, jika kabel bawaan rusak, tidak perlu membeli headphone baru atau menyolder ulang, cukup beli kabelnya saja yang banyak tersedia di pasaran. Hanya saja mungkin untuk varian kabel yang ada micnya masih terbatas ketersediaannya, dan jangan lupa perhatikan ada tonjolan pada earcup yang cukup besar di dekat jack, sehingga hanya jack yang bodynya ramping yang bisa masuk ke female jack headphone dengan baik.
Bicara build quality, Basic HP-22 ini terbilang cukup baik. Headphone terasa kokoh, ketika digunakan terasa mantap di kepala tanpa ada bunyi crack berlebihan. Memang sih ada sedikit bunyi crack ketika headphone direnggangkan, tapi ketika dipakai tidak ada lagi meski kita menggerak-gerakkan kepala atau headbang sekalipun. Finishingnya bagus, cat glossynya mulus dan mengkilap tidak terlihat ada bagian yang kasar, begitupun dengan busa di headband yang terpasang rapi. Lipatan jahitan di pad ada yang kurang rapi, tapi siapa sih yang peduli? Toh tidak mempengaruhi fungsi samasekali.
Bahan kabel yang digubakan cukup tebal dan lentur, jack menggunakan straight plug gold plated. Di Samsung Galaxy S3 dengan pemutar musik poweramp, tombol pada remote berfungsi sebagaimana mestinya. bisa untuk berbagai fungsi telepon seperti menjawab/berbicara/mengakhiri panggilan, bisa juga untuk pengontrol musik (play/pause/next/previous). Fungsi mic pun terbilang baik, suara yang terdengar di lawan bicara terdengar jelas.


Suara

Headphone ini sudah diberikan jam terbang menyetel musik cukup lama, lebih dari 100 jam.
Setup yang digunakan :
1. Laptop Lenovo dengan OS windows 8 dan pemutar musik foobar. DAC/amp menggunakan centrance dacport (ASIO out)
2. Direct to Samsung Galaxy S3, pemutar musik Onkyo HF Player/Poweramp

Bass
Basic HP-22 memiliki bass yang besar dan agak boomy, hentakannya cukup kuat. Untuk nyetel musik bassheavy terasa cukup menggelegar, basshead yang mencari portable headphone entry level harusnya sih bakal suka yah dengan bassnya HP-22 ini. Untuk musik-musik pop modern dan musik-musik yang butuh beat-beat bass pun tidak kalah asyiknya, fun abis. Detail dan kontrol bass agak kurang sip, bass terkadang sedikit melebar ke frekuensi di atasnya, cukup mengganggu ketika nyetel lagu-lagu cadas semacam metal dkk, bassnya agak blepotan dan kurang rapi.

Mid
Saya pribadi suka penempatan vokalnya. Gimana yah, dia tuh sedikit forward tapi tidak jauh dari tengah-tengah, sehingga vokal tidak terlalu nyemprot namun bisa melepaskan diri dari serangan bass. Vokalnya pun terdengar hangat, jelas, lepas, dan haluss sekali tidak ada sibilance. Pada lagu tertentu yang nuntut suara jernih misal lagu-lagu vokal kayak Susan Wong, Yao Si Ting, dkk, kadang ada sedikit dengungan diantara midrange dan bass yang membuat suara berkesan kurang bening. Namun untuk lagu-lagu selain yang sejenis dengan itu sih menurut saya tidak terlalu mengganggu yah. Suara-suara seperti gitar, biola, saxophone, dll yang kebetulan numpang main di midrange cukup bersih namun kurang detailed.

Treble
Highnya pas, tidak terlalu sparkling namun presensi high masih mudah dirasakan, tidak terlalu ditenggelamkan oleh suara-suara lainnya. High tidak terasa tajam samasekali, ini kabar baik bagi Anda yang phobia dengan treble nusuk. High di telinga saya kurang crisp dan juga kurang detailed, namun kalau sekedar suara-suara ciss ciss gemerincing sih masih okelah tidak sulit untuk ditangkap.

Separasi, Soundstage, Detail, etc
Separasinya lumayan, suara instrumen tidak terlalu bertumpuk-tumpuk, hanya saja di telinga saya masih kurang rapi dan tegas. Soundstage medium, dibilang sempit tidak, dibilang luas spacious juga tidak. Untuk harga segini sih saya sudah cukup senang yah, setidaknya suaranya tidak ngumpul ditengah semua. Soal detail yaa gitu deh, tidak impresif, harus berkonsentrasi untuk bisa mendapatkan detail kecil, bukan untuk detail lovers.

Genre
Sebenarnya kalau kita banyak bersyukur dan memaklumi, HP-22 ini cukup asyik sih buat berbagai genre lagu. Bestnya sih di musik-musik bassheavy, buat jedug-jedug joss. Buat musik-musik seperti langganan chart top 40 dan musik-musik pop modern lengkap dengan berbagai variannya pun tidak kalah mantapnya.
Agak kurang untuk musik-musik cadas/agresif, atau musik-musik yang nuntut kerapihan dan detail lebih.

Kesimpulan
Basic HP-22 ini lebih mengedepankan karakter suara yang fun, hentakan-hentakannya terasa menyenangkan tanpa ada suara-suara tajam atau kasar yang membuat cepat fatigue. Karakter bass yang besar namun tidak menenggelamkan vokal dan treble yang tidak ngumpet biasanya sih sangat disukai pasar entry-level, dan mungkin juga banyak orang.
Belum lagi keberadaan mic, sangat mengakomodasi para pengguna smartphone yang tidak ingin kehilangan fungsi call handling ketika mendengarkan musik. Kabel detachablenya pun lebih memberikan keleluasaan pada penggunanya untuk mengganti kabel bawaan ketika dia rusak atau Anda kurang puas dengan kualitasnya.
Namun sepertinya HP-22 kurang memuaskan bagi Anda yang senang memberi perhatian lebih pada detail dan kerapihan suara. Anda pecinta musik-musik brutal sepertinya sedikit cemberut karena bassnya yang kurang sip untuk mengejar permainan dobel pedal cepat dan rusuh.

Salahsatu kelemahan dari portable on ear headphone adalah cukup panas dan agak sakit kalau digunakan berlama-lama, dan Basic HP-22 pun masih terasa demikian. Kalau panas sih headphone portable closed memang relatif panas jika digunakan berlama-lama, namun saya berharap busa bisa dibuat lebih empuk agar tidak terlalu sakit ketika dipakai lama.

Plus
(+) bass besar namun tidak terlalu menenggelamkan sisi lainnya, biasanya sih disukai pasar entry level
(+) desain "aman", siapapun yang memakainya tidak akan terlihat norak dan kesan jelek lainnya
(+) ada mic dan detachable cable

Minus
(-) cukup panas untuk pemakaian lama, masalah klasik portable closed on-ear headphone entry level
(-) kurang cocok bagi Anda yang ingin detail dan kerapihan suara yang baik