19 March 2014

REVIEW Cowon SE2

Cowon, sebuah brand asal korea yang cukup dikenal oleh audio enthusiast.
Kali ini saya akan bahas tentang earbud bawaan mostly DAP cowon, yaitu cowon SE2.
Earbud ini dijual juga secara terpisah, seharga Rp 85.000 Rp 95.000 (updated on 02/06/2014). Murah bukan? Untuk itu, mari kita coba suaranya seperti apa!

Spesifikasi
Driver Unit 15.4 mm
Impedance 22 Ohm
Rated Power 3 mW
Max Power 20 mW
Sensitivity 120 dB ( at 1mW )
Frequency Range 22 Hz to 22000 Hz
Cord length L - 905 mm, R - 1160 mm
Plug 3.5 mm


Packing dan paket penjualan

Berhubung SE2 yang saya miliki adalah bawaan DAP cowon i9, maka saya ambil gambar packingnya dari google aja yah.
Terlihat sangat sederhana, hanya mika transparan warna putih atau coklat (kebetulan di gambar yang warna putih, tp di Indonesia kebanyakan warna coklat, desain sama persis), ketika dibuka hanya ada earbud dan sepasang spons. Yaa cukup lah mengingat harga 85rb saja.

Design, Build Quality, Kenyamanan
Desain earbud ini standar, tidak ada ornamen aneh, namun sentuhan dan finishingnya patut diacungi jempol karenan mambuatnya tidak terkesan murahan. Buildnya rapi sekali.
Ada dua pilihan warna, hitam dan putih. Bagian luar housing, terdapat ornamen terbuat dari plastik namun tekstur dan warnanya dibuat mirip metal. Nice design!

[Update 02/07/2014]
Cowon SE2 last batch (sebelum discontinue) tidak ada lagi sentuhan mirip chrome bertekstur kasar di housing, gantinya hanya plastik biasa dengan cat metalik.


Urusan kenyamanan sih standar earbud konvensional, tidak sestabil earbud sennheiser MX170, jadi busa earphone saya rasa wajib dipakai. Jack sendiri berbentuk straight, gold plated jack. Standar lah.

Suara
Karena bawaan cowon, maka saya pun menggunakan cowon i9 sebagai sourcenya (review i9 menyusul).
Burn-in SE2 ini cukup lama, harus diatas 100 jam baru mantap

Overall, cowon SE2 ini suaranya warm. Kalau digambar graphic respon frekuensi, gambarnya seperti mangkok terbalik, dengan bass yang tight dan fast, mid yang agak forward, serta soundstage yang luas.

Impresi mendetail :
Bass
Kuantitas bass terasa pas, cenderung cukup tebal tapi masih kurang secara kuantitas untuk basshead. Bass sendiri terasa tebal, cukup punch, dan speednya cepat, sehingga tidak keteteran ketika nyetel musik rock/metal. Detail bass cukup, namun tekstur bass agak kurang, karena mid bass lebih menonjol dari low bass, sehingga terasa tidak terlalu deep dan "kurang lengkap" bassnya.

Mid
Seperti saya bilang diawal, suara SE2 ini seperti mangkok terbalik, mid terasa maju dan dekat dengan kita dibanding bass dan treble. Vokal sendiri peletakannya bagus, berdiri sendiri, tidak terganggu bass maupun treble, dan sangat dominan. Posisinya forward dengan sedikit bumbu sweet dan lush, namun teksturnya sedikit kurang seperti vibra vokal kurang terasa getarannya.
Kesan forward dan sweet ini cukup bikin greget di genre vokal, yaa secara teknis seperti tekstur dan artikulasi mungkin biasa saja, namun terasa manis dan menusuk dalam telinga. Detail sendiri cukup, tidak WOW namun tidak ada yang ngumpet juga. Centrengan gitar terasa kurang crisp, soalnya ditampilkan dengan smooth.

High
Presensi high sangat bisa dirasakan meski posisinya sendiri ada dibawah mid. Yap, dibawah mid, bukan tertutup atau lebih kecil dari mid. Jadi ketika vokalis sedang bernyanyi, suara simbal itu cessnya terkesan kearah samping bukan ke atas, vokal masih lebih dominan, memberi kesan seperti berada di lapisan yang berbeda. Ekstensi high baik sekali, lepas, airy, dan smooth. Gemerincing detail bisa didengar dengan baik meski terkadang harus mendengarkan dengan fokus.

Separasi, Soundstage, Detail
Separasi dan soundstage adalah salahsatu kekuatan cowon SE2. Untuk kelas 85rb, separasi yang ditawarkan sangatlah bagus, sangat terpisah dan berdiri sendiri instrumennya dengan tetap mempertahankan kekoherenan suara. Soundstage pun terasa lebar dan tataannya cukup rapi, sayang terasa 2D saja tidak 3D. Detail sendiri cukup, tidak superb namun sudah cukup untuk menikmati lagu secara santai, tidak analitikal.

Genre
SE2 ini allrounder, segala macam genre masuk mulai dari pop, rock, metal, vokal, jazz, blues, instrumental, semuanya asik. Bestnya adalah di K-pop, entah karena cowon berasal dari korea sehingga dimaksimalkan untuk musik dalam negri. Yang jelas suara-suara musik pop-elektronik ala korea dengan berbagai kerumitannya terasa menyenangkan ketika didendangkan dengan SE2.
Mungkin untuk genre heavy basshead agak kurang, karena bassnya yang tight dan kurang deep.

Simpulan
Dihargai 85rb, saya pribadi tidak bisa komplain dengan kualitas teknik yang ditawarkan. Antimainstream dengan meninggalkan karakter bass besar yang banyak dicintai pasar bawah, SE2 menampilkan sesuatu yang unik dan jarang ada di earbud kisaran harga segini, yaitu dominan di mid namun bass dan treble tetap terjaga.
Untuk Anda pecinta allrounder, apalagi pop-Kpop, ini adalah must buy earbud versi saya.
Jika teknikaliti seperti low bass yang lebih berisi, tekstur vokal yang lebih terasa dan berbobot, serta detail yang ditingkatkan, maka SE2 bisa menjadi near-perfect under 100k earbud for sure.

Plus
- good allrounder, terutama buat yang doyan mid
- desain tidak terkesan murahan, bahkan dibanding earbud sennheiser sekalipun
- excellent price to performance ratio

Minus
- none for this price
- sentuhan mewah elegan mirip metal bertekstur kasar hilang di batch terakhir

REVIEW MEELECTRONIC M6, Sporty Basshead

Meelectronic.. Sebuah perusahaan audio gadget asal amerika.. Pasti Anda jarang dengar merk ini kan? Memang jarang sih di Indonesia, tapi di forum luar negri sudah terkenal banget sebagai penyedia gadget audio harga miring kualitas tegak.
Saya akan mereview MEElectronic M6, IEM (In Ear Monitor) yang didesain over the ear dan digadang-gadang asyik untuk kegiatan outdoor seperti olahraga, jalan-jalan, dll.
Dihargai Rp 350.000, seperti apa suaranya?

Spesifikasi
Driver : dynamic 9mm
frequency response : 20-20000hz
Sensitivity : 98dB
Impedance : 16 Ohm
Cable : 1.4m, right angle gold plated jack, memory wire

Packing dan Aksesoris
Meelectronic cukup "royal" dalam menyediakan aksesoris pada paket penjualannya. Terbungkus mika transparan, di dalamnya ada 6 set eartips, dan sebuah hardcase. Di harga segini, selain MEE hanya line-up dBe loh yang memberikan hardcase.
6 pasang tips disediakan untuk menjamin kenyamanan fitting, ada single flange S/M/L, double flange (size mirip M), dan 2 ukuran tips triflange, besar dan kecil. Double flange dan triflange bisa dibilang tujuannya bukan untuk menjadikan lebih kedap, tapi lebih ke urusan kenyamanan fitting.
Saya pribadi paling cocok dengan ukuran double flange. Double flange ini adalah tips yang default terpasang, so mungkin MEE sudah memperkirakan kebanyakan orang akan cocok di tips ini.

Build Quality dan Kenyamanan
Masuk ke build quality, MEE M6 terasa kokoh dan rigid, tidak ada crack di body atau ketidakrapihan finishing. Warna hitam glossy sangat elegan sekaligus fingerprint magnet. IEM ini berbentuk over the ear, alias kabelnya dilingkarkan keatas telinga. Terdapat memory wire, ini sebenarnya seperti lapisan karet kaku pada kabel, sehingga ketika kita pasang dan melingkarkan kabel, maka bagian memory wire ini akan kaku dan tetap membentuk lingkaran telinga kita ketika dilepas. Tujuannya jelas, biar tetap stabil di telinga. Jangan khawatir, jika ingin mengubah bentuk dari memory wire ini, cukup tekuk ke arah sebaliknya hingga lurus kembali.

Kenyamanan sendiri average, namun stabilitas di telinga bisa dibilang top. Saya mencoba semua jenis tips agak terasa sedikit mengganjal. Bukan tidak enak, tapi bila dibandingkan IEM over the ear nya Phonak, MEE M6 ini kalah jauh dalam kenyamanan, dimana saking nyamannya phonak bakal serasa tidak pakai IEM ketika menggunakannya. Apalagi buat pengguna awal dan awam, saya rasa butuh sedikit banyak waktu untuk mendapatkan fitting terbaik. 
Jika sudah dapat fitting, saya rasa tidak akan menjadi masalah lagi. Seperti yang sudah dibilang, stabilitas di telinga sangat baik jika sudah mendapat fitting yang pas. IEM tidak bergerak ketika kita menggeleng-gelengkan kepala, bahkan dengan keras sekalipun. Thanks to ergonomic over the ear design dan juga memory wire.
Beralih ke kabel, terdapat shirt clip untuk menjepitkan kabel ke baju. Shirt clip ini sangat krusial buat IEM yang menggembar-gemborkan "outdoor", karena membuat kabel menjadi stabil dan tidak tertarik-tarik.
Bahan kabel sendiri seperti ada lapisan plastiknya, membuat microphonic (suara mengganggu di telinga akibat gesekan antarkabel atau kabel dengan baju ketika bergerak) sangat minim.
Jack sendiri berbahan gold plated right angle, dimana jack angle seperti ini menjadi positif atau negatif bagi beberapa orang. Positif, karena sambungan kabel dan jack relatif lebih aman, negatif karena akan terasa sedikit ribet jika DAP kita dicolok ke M6 ini sambil dimasukkan ke saku celana.
Secara keseluruhan, MEE mendesain M6 ini dengan sangat cerdik dan tepat sasaran, yakni aktivis outdoor.

Suara
Seperti biasa, saya sudah burn-in M6 ini selama 100 jam
Setup yang saya gunakan :
Laptop : lenovo G560, windows 8
Player : foobar2000, wasapi out
DAC : fiio E10
ampli : jdslab O2
interkonek : silvercoated bella audio custom cable

Overall, IEM ini termasuk golongan warm-basshead, berkarakter V-shaped, bass terasa sangat besar dan energik, mid laidback, dan high cring.

Impresi mendetail :
Bass
Bass disajikan sangat besar, basshead pasti puas. Hentakannya dalam sekali, low bass maupun midbass keluar semua, bahkan getar subbass sangat terasa. Tidak ada gejala roll off, hentakannya bisa sampai jauh sekali kedalam. Kuantitas besar dengan tendangan mantap, serta speed yang cukup lincah membuat M6 ini perferct untuk musik basshead yang energik dan ngebeat.
Dari segi kualitas bass, saya rasa lumayan, tendangannya terasa sekali nendang ke telinga, cenderung boomy, namun sayangnya kerap bleberan jika dipaksa membawakan lagu yang cepat dan rumit seperti genre metal. Detail bass average, meski kadang detail terkecil dari gitar bass kerap tertutup hantaman bass drum, namun masih bisa ditoleransi.

Mid
Mid terasa sekali laidbacknya, terasa jauh dibawah bass dan treble. Vokal terasa jauh sekali dari telinga. Mid sendiri banyak terserang oleh bass, jadi jangan berharap Anda akan mendapat desahan emosional atau hembusan napas yang bikin merinding.
Hal terburuknya adalah sangat rentan sibilance, dan banyak peak tajam, terutama di frekuensi 4-8KHz. Tajam di frekuensi segitu sangat membuat fatiguing, sehingga saya sampai harus menggunakan ekualizer untuk menurunkan daya di frekuensi 4-8KHz.
Suara gitar akustik centrengannya terasa kuat dan menyerang, sayangnya terdengar muffled karena sedikit ternoda oleh bass, dan tekstur pun sangat buruk. Gesek-gesek tangan ke senar tidak terasa samasekali.
Detail di mid tidak bisa dibanggakan, banyak detail yang hilang, terutama sih termakan bass dan terganggu oleh peak tajam tadi.
Clarity mengecewakan, tidak terasa lepas dan sangat coloured.
Inilah titik terlemah dari M6

High
High sendiri terkesan seperti sengaja diboost sehingga terasa cring dan sparkling, mungkin untuk mengimbangi bass agar tidak terasa mendem. High sendiri agak grainy, dan keputusan MEE untuk memboost high secara tidak natural membuat kesan airy menjadi kurang dan jauh dari real. Detail di high pun seperti dipaksakan, jauh dari kesan detail yang realistik, seperti sengaja diboost disuruh maju kedepan.

Separasi, Soundstage, Detail
Separasi suara cukup, tidak buruk namun jauh dari baik, masih terasa sedikit lengket. Untungnya soundstage cukup menghibur, dibantu V-shaped sound, kita merasa suara menjadi cukup luas, dan tataannya terasa dinamis mengelilingi kita. Ditandingkan dengan IEM sekelas, soundstage segini terbilang average. Urusan detail memang menjadi minus di M6 ini, detail terasa sedikit kurang, banyak yang tidak muncul dan tertutup bass.

Genre
Jelas, M6 ini menyasar kaum basshead yang butuh tonjokkan bass mantap. Trance, hip-hop, dance, clubbing, semua mantaap, serasa bergetar ingin ikut bergoyang. Untuk pecinta akustik, metal, dan jazz, mendingan lirik yang lain aja deh

Simpulan
Karakter V-shaped dengan bass yang besar dan treble diboost, memang memberi kesan fun, dan memang inilah yang dibutuhkan ketika sedang beraktifitas diluar. Kerap merasa kan, ketika sedang jalan-jalan di mall atau halte misalnya, bass terasa hilang? Kurang nendang, padahal pas di kamar terasa mantap? Tidak lagi setelah Anda pakai M6 ini! MEE memang menempatkan M6 ini ke segmen khusus, yaitu aktivis luar ruangan, yang tidak butuh/belum mampu membeli earphone active noise canceling, dan tidak terlalu aware dengan superb sound quality.
Sayang, kualitas teknis M6 ini pas-pasan sekali, detail yang terasa kurang serta banyak peak tajam yang mengganggu menjadi sandungan utama untuk meraih pasar.
Yaa kalau sudah begini, silakan pilih berdasarkan kebutuhan. Pengen IEM over the ear stylish dengan suara fun energik, M6 adalah pilihan tepat. Namun jika ingin berharap superb sound quality, hindari M6.

Plus
- Bass nendang mantap, cocok buat basshead
- Stabil di telinga dalam keadaan bergerak
- microphonic kecil sekali, perfect for active moving user

Minus
- fatiguing, banyak peak tajam di mid to high (4-8kHz)
- detail kurang

18 March 2014

REVIEW Microlab M200

Microlab..
Ada yang pernah dengar merk ini?
Merk ini sebenarnya di China sono setara dengan edifier, namun ekspansi keluar negrinya tidak seagresif edifier.
Microlab sangat mencuri perhatian para penggemar audio setelah merilis microlab H200. Bermain di kelas 2-3jt, kualitas yang ditawarkan mampu membuat beberapa audio enthusiast berpaling padanya.
Berdasarkan fakta tersebut, saya tertarik mencoba microlab edisi low end yang dihargai Rp 320.000 : Microlab M200.

Spesifikasi
Output power : 40W RMS
Power distribution : 12x2W satelite +16W subwoofer
Harmonic distortion 0,3% (1W, 1kHz)
Frequency response : 35-2000Hz
Signal/Noise ratio : 80dB
Separation : 45dB
Tweeter driver type : 2,5
Tweeter rated power : 12, Watt
Bass driver type : 5
Bass rated power : 16W
Material : MDF/plastic
Color : black
Remote control : 1 (wired volume control)
Output : RCA
Input : 3,5mm
Satellites : 90x90.5x17.5mm
Subwoofer : 156x270x189mm
Product Net weight : 4.3kg

Packing
Kardus dengan busa pelindung di dalam adalah sebuah standar yang wajib dimiliki oleh perusahaan speaker dalam mempacking barangnya. Microlab melakukan hal taersebut dengan baik, dimaka kardus warna putih berukuran besarnya cukup tebal, dengan busa di dalam yang sangat presisi dengan bentuk speaker, serta plastik melindungi satelit maupun subwoofer dari gesekan.
Di dalamnya terdapat set spekaer dan kartu garansi. Dilihat dari alamat service center, sepertinya Anda yang ada di kota besar pulau jawa tidak kesulitan mencari servce centernya.

Build Quality, Accessories
Warna hitam dengan aksen garis merah mendominasi keseluruhan warna speaker ini. Tidak ada versi lain selain warna hitam.
Kita mulai dari satelit dulu. Bagian depan satelit terlindungi oleh kain tipis yang nampaknya sulit dibuka. Bingkai depan terlihat hitam glossy, dengan garis merah di bawah dan tulisan microlab. Terasa sederhana namun kesan elegan sangat didapat. Ukuran yang tergolong besar dan agak berat cukup memberi kesan speaker ini akan bersuara bagus.  
Bagian belakang satelit terlihat polos, dengan warma keseluruhan hitam doff. Bisa dilihat kabel yang keluar dari satelit, tampak permanen dan tidak bisa dicabut sembarangan. Di satu sisi tentu awet, disisi lain akan menghambat jika ingin mengganti kabel dengan kualitas yang lebih baik.
Subwoofer sendiri terbuat dari MDF, standar lah. Ada satu lubang airvent di depan, sayangnya tanpa kassa pelindung di dalamnya, jadi cicak dan kecoa bisa masuk. Namun tenang saja, lubang cukup kecil kok, sehingga saya yakin anak balita tidak akan terjebak dan masuk ke dalam ketika bermain-main dengan speaker.
Bagian muka atas ada kontur sedikit menonjol dengan sentuhan glossy. Karena sayang, maka saya tidak melepas plastik pelindungnya. Hhe
Di pinggir ada pengatur bass dan volume, bersanding dengan tombol power dan output RCA menuju satelit.
M200 dilengkapi pula dengan remote, tempat mengatur volume sekaligus jack mic dan earphone. Bentuknya besar, sebesar telapak tangan, dengan putaran arah horizontal yang halus dan presisi, sehingga cukup menyenangkan mengoperasikannya. Bagian bawah ada tekstur kesat sehingga tidak mudah tergeser di meja, bagian atas warna hitam glossy elegan yang sayangnya sangat fingerprint magnet. Terdapat indikator LED warna merah yang tersembunyi di bagian atas remote, menandakan speaker dalam keadaan aktif, namun tidak cukup informatif untuk menunjukkan skala volume yang sedang dimainkan.
Kabel-kabel power, satelit, dan remote tidak terlalu panjang, namun sangat pas jika speaker ini diletakkan di meja komputer. Sepertinya memang dioptimalkan untuk pengguna PC, sehingga kabel tidak kepanjangan maupun kependekan alias gak mudah kusut. Namun jika digunakan untuk di ruang tamu, saya rasa akan kurang panjang kabelnya.

Secara keseluruhan, M200 dikemas low profile namun mencoba tetap elegan dengan menempatkan beberapa sentuhan glossy.
Sedikit catatan, kabel M200 serbapermanen. Kabel satelit menempel permanen di satelit, kabel power  dan remote menempel permanen di subwoofer. Kabel input 3,5mm juga menempel permanen bersamaan dengan remote. Di sisi lain, konfigurasi ini lebih awet alias panjang umur, namun sisi lainnya cukup menyulitkan ketika akan memodifikasi kabel.

Suara
Hardware test :
Laptop lenovo G460, windows 8, player foobar2000
DAC fiio E10
amplifier SSMH tubehybrid, dirakit oleh mamang ian troopers
Interkonek mini to RCA mogami W2534, jack neutrik yongsheng

Posisi pengujian :

Karakter M200 ini sangat warm dan smooth. Suara sangat halus cenderung mellow, high tidak sparkling, bass punch dan halus.

Impresi mendetail :
Music section
bass
Punch dan smooth. Dua kata yang cukup menggambarkan karakter bass M200. Kuantitas bass ketika knob diputar full, tidak terasa besar meledak-ledak maupun tipis. Terasa pas kuantitasnya, basshead pun saya rasa masih bisa menikmati. Pukulan terasa punch, dengan kontrol bass yang sangat baik, tidak ada kata boomy dan bleber di M200 ini. Punch dan smooth ini sungguh sebuah poin yang sangat langka untuk speaker 300rb-an
Bass tidak agresif, cenderung sangat smooth, memukul secara lembut, tidak meledak-ledak powerfull, dengan speed dan transient yang cukup baik.
Karenanya, meski secara speed memadai, namun karena kelembutannya maka M200 ini terasa kurang galak di musik rock/metal.
Detail bass average, tidak spesial, namun suara gitar bass dan drum bass bisa dipisahkan dengan baik. Sesuatu yang cukup jarang untuk speaker 2.1 kisaran 300 ribu.

Mid
Presentasinya sangat warm, lush dan sangat lembut, namun seperti kurang lepas. Vokal terasa pas di tengah, namun terasa sedikit tipis dan kurang berbobot. Saking smoothnya, suara senar gitar terasa tidak crisp dan seperti muddy. Sedikitpun saya tidak menangkap adanya sibilance. Detail di mid sendiri cukup, tidak istimewa, dan tidak buruk juga.
Istimewanya, mid ini meski presentasinya warm dan cenderung tipis, namun tidak termakan oleh bass. Thanks to well controlled bass and good separation.

High
High terdengar tidak menonjol, atau bahasa awamnya cenderung mendem. Tidak spakling, tidak ada ciss ciss cisss simbal yang crisp. Semua smooth, halus. Bisa dirasakan, namun sulit dicari-cari. Uniknya, meski dalam kuantitas kecil, namun high terasa lengkap. Detil kecil bisa tersampaikan, suara cis-cis meski di belakang tapi bisa tertangkap. Intinya, detail tetap terjaga.

Detail, Separasi, Soundstage
Detail terasa cukup. Dengan presentasi yang sangat warm dan smooth, beberapa orang beranggapan kurang detail, padahal tidak. Jika didengarkan sekali lagi, maka bisa dibilang semua detail yang Anda cari ada disana. Yap, sebuah kesalahan mendasar memang, kebanyakan orang menganggap detail itu harus bernuansa bright dan highnya bagus sehingga terasa lepas dan cring-cring, padahal bukan itu pengertian dari detail.
Separasi baik, subwoofer tidak lebay sehingga tidak menyerang yang lainnya. Mid dan high pun terasa di layer yang berbeda. Suara instrumen sudah terpisah, namun masih dalam jarak yang dekat.
Soundstage average, tidak memberi kesan luas apalagi 3D, namun tidak sempit juga. Layer-layer cukup, tidak istimewa seperti dBe SP88 misalnya.

Genre
Gentre yang cocok adalah yang berbuansa smooth, misal classical, pop, rock jadul, dkk. Lagu bernuansa agresif terasa kurang energik.

Movie and gaming
Untuk movie, tidak ada masalah dalam hal detail maupun dentuman bass, namun sayangnya percakapan terasa kurang jelas dan kurang maju, sehingga harus meninggikan volume sambil sedikit mengurangi bass agar tidak tiba-tiba kaget saat ada ledakan.
Untuk gaming masuknya average, efek-efek terdengar bagus, namun tidak bisa menjabarkan posisi dan jarak dengan baik.

Power
M200 powernya bisa dibilang average, cukup kuat untuk memenuhi dan membisingkan kamar 5x5 meter, namun jika di ruang terbuka misal ruang keluarga saya rasa agak pas-pasan.

Simpulan
Bermain di kelas "keras", microlab M200 ini saya bilang tidak sefenomenal kakaknya, H200. Value yang ditawarkan average, alias M200 hanya menjadi pilihan bila karakternya pas dengan Anda, bukan sebuah must buy item yang disukai semua golongan untuk segala keperluan. Untuk movie dan gaming, M200 gagal unjuk gigi.
Namun, seperti hal nya kakaknya, M200 ini speaker yang sangat musikal. Suaranya sangat smooth dan grainless, dua kata yang sangat sangat jarang ditemui di kelas 300 ribu. Saya pribadi belum menemukan speaker yang grainless seperti ini di kelas 300ribu, kebanyakan speaker lain di high terasa banyak grainnya. Alunannya lembut mendayu, rileks didengar, dan asik diajak bersantai sambil istirahat dari kerasnya kehidupan.
Yaa semua juga ada plus minus bukan? Take it or leave it.

Plus
- smooth and grainless <- dua kata yang sangat jarang ditemui di speaker 300rb
- well controlled bass
- very musical

Minus
- kurang baik untuk movie dan gaming
- terkadang terasa overwarm cenderung "mendem"

REVIEW Sennheiser MX170 earbud

Sennheiser.. sebuah merk yang sangat beken.. Bahkan orang awam menggunakan merk sennheiser sebagai "benchmark" dalam memilih perangkat audio. Jika merknya sennheiser, maka langsung dianggap bagus.
Tidak seperti STAX atau Audez'e yang kurang peka dengan pasar low end, sennheiser dengan agresif meluncurkan earbud-earbud harga miring dimulai dari MX80 yang dihargai 120rb (kurs 1 dollar Rp 12.000).
Kurang tertarik dengan yang "kasta terbawah", maka saya coba yang satu tingkat diatasnya, MX170 yang berbanderol Rp 150.000. Bagaimanakah performanya?

Spesifikasi
Wearing style : earphone earbud
color : black
impedance : 32 Ohm
Frequency response : 22-22000hz
SPL : 109dB
Transducer : dynamic
Cable : 1.2m simetris

Paket Penjualan

Gambar saya dapat dari googling karena yang saya sudah dijual lagi :p
Bisa dilihat, packing tidak ada yang spesial. Hanya mika transparan saja. Tingkat keamanan standar lah, earbud tidak terbanting-banting karena ada plastik pengaman yang bentuknya pas dengan earbud sehingga mantap pada posisinya. 
Ketika dibuka, isinya minim sekali. Hanya ada earbud MX170 dan sepasang busa hitam. Jika dibandingkan dengan phrodi 007 jimbon yang harganya lebih murah, paket penjualan ini teramat sangat pelit.

Build Quality
Sennheiser mengemas produk murahnya dengan kesan low profile. Kombinasi hitam glossy dengan hitam doff cukup membuat earbud ini terlihat kokoh dan sangar, tidak mencerminkan barang yang build qualitynya jelek. Memang benar adanya, ketika disentuh, housingnya sangat rigid, finishingnya pun rapi, dengan kode nama MX170 yang disembunyikan di bagian dalam earbud bersanding dengan penanda kanal L dan R di bagian dalam. Di satu sisi, housing luar jadi terlihat elegan karena tidak ada tulisan atau gambar-gambar "alay", tapi di sisi lain membuat orang lain tidak tahu kalau earbud ini adalah sennheiser, mungkin dianggapnya earbud murahan.
 
Tak lupa busa earbudnya saya lubangi menjadi seperti donat, agar suaranya lepas, tidak muffled.

Suara
Menyesuaikan dengan harga, maka saya pun menyesuaikan setup yang saya gunakan. Kali ini hanya direct dari samsung galaxy S2 (custom ROM+viper4android) dan line out fiio E10.

Overall, MX170 ini signaturenya warm-dark, vokal laidback dengan hentakan bass yang besar dan powerfull.
Berikut impresi mendetil :
Bass
Jargon feel the beat pada kemasan tidak bohong. Setel lagu nge-beat, MX170 siap mengajak anda beranjak dari tempat duduk dan ikut bergoyang. Hentakan-hentakannya dalam, empuk, dan bulat dengan kuantitas bass yang besar. Sangat menyenangkan, terasa energik dan membangkitkan semangat. Bassnya pun lengkap, mid bass maupun low bass sama-sama kuat, sehingga bass terasa lengkap dan full.
Namun jika ditinjau dari segi teknis, bass MX170 ini boomy dan bloated, sering meleber ke mid, dan detil bassnya kurang. Soal speed sendiri medium, untuk musik metal sebenarnya tidak keteteran, namun presentasinya yang boomy membuat pukulan dobel pedal tidak jelas batas gebukannya.

Mid
Sudah rahasia umum apabila karakter sennheiser adalah mid yang cenderung laidback dan mellow. Sayangnya, karakter laidback dan melow hanya enak pada kasta atas sennheiser, karena pada kasta bawah separasinya kurang sehingga malah terkesan tertutup.
Itulah yang terjadi di MX170. Mid terasa laidback, vokal terasa dibelakang suara lainnya. Makin diperparah sering terserang oleh bass yang meleber, sehingga tidak bisa mendengarkan detil mid dengan baik. Alunan vokal terdengar jauh, dan kualitasnya biasa saja, tidak mendayu emosional.
Sisi positifnya, tidak ada sibilance maupun peak mengganggu, jadi Anda bisa menyetel lagu dengan volume tinggi tanpa takut muncul suara tajam.

High
High MX170 tidak terlalu menonjol, sangat warm dan alakadarnya saja. Ekstensi dan kesan airy bagus, tidak seperti terkungkung, namun karena kuantitasnya yang kecil yaa kesannya jadi agak "mendem". Detil high pun tidak istimewa, simbal hanya terdengar ciss ciss saja tanpa ada kesan real.

Detail, separasi, soundstage
Detail MX170 biasa saja, average. Namun jika bandingannya earbud bawaan handphone ya jelas MX170 ada dua tingkat diatasnya. Microdetail banyak tertutup bass, sehingga kurang terdengar, harus volume tinggi baru muncul dan itupun sedikit.
Separasi cenderung kurang saya rasa, masih terasa bertumpuk disana-sini, musik-musik dengan suara instrumen yang ribet terasa menyatu dan berkumpul semua.
Soundstage bagus, terasa luas, dan memang kita seperti diposisikan agak jauh dari panggung. Kesan kanan-kiri terasa jelas, namun depan-belakang-atas-bawah masih kurang. Positioning average, meski belum baik namun bisa menunjukkan darimana arah datang suara.

Kesimpulan
MX170 ini sepertinya membawa kesan fun, dimana karakter ini sangat dicintai orang awam yang memang kurang peduli terhadap teknikaliti suatu earphone. Bass yang dalam, empuk, dan menghentak kuat, dilengkapi dengan tidak adanya suara-suara tajam di mid dan high, membuat MX170 ini asik dipakai headbanging. Setel musik ngebeat, tinggikan volume, dan ikutlah bergoyang.
Dengan harga jual 150rb, sennheiser seperti memangkas aspek teknikaliti. Detail dan separasi adalah yang paling parah. Namun yaa seperti pada kalimat pertama, kelas bawah sih tidak banyak yang mempedulikan teknikaliti, yang penting fun to listen.

Plus
- bass powerfull dan fun
- tidak ada suara-suara tajam di volume tinggi
- murah untuk ukuran brand besar, upgrade yang bagus dari earbud bawaan handphone

minus
- kualitas sangat teknis pas-pasan, seperti detail dan separasi yang kurang baik dan bass yang bleberan

15 March 2014

REVIEW dBe NS77, Underrated Speaker

dBe..
Sebuah merk lokal yang perlahan tapi pasti diakui kualitasnya di jajaran gadget audio.
Produknya beragam, mulai dari earbud, IEM, headphone, amplifier, DAC, portable speaker, hingga multimedia speaker.
Tonggak keberhasilan dbe pertama kali adalah di jajaran IEMnya : PR18 dan PR20 yang begitu menyita perhatian, serta speaker dBe SP88 yang sudah discontinue namun hingga kini masih diburu bahkan dibeli dengan harga yang lebih mahal dari aslinya, karena kualitasnya yang luar biasa.
Sayang memang, dBe tidak 100% membuat produknya sendiri, namun kebanyakan pesan dari china,direbrand, dan dimodifikasi.
Kali ini muncul dBe NS77, speaker 2.0 USB powered. Dihargai 180rb di tahun 2014, membuatnya masuk jajaran speaker murah meriah. Apakah kualitasnya juga meriah?

Spesifikasi
Output power : 3,5Wx2
Speaker unit : 2" 4 Ohm
THD : 10% @ 1kHz
Frequency response : 96Hz-20kHz
SNR : >86dB
Sensitivity : 600mV
Power : USB 5V 1A
Weight : 0,9kg

Packing
dBe membungkus speakernya dengan sangat rapi, dus putih dengan aksen khas dBe, di dalamnya banyak busa yang melindungi speaker dari goncangan dan benturan. Sangat aman buat kirim-kirim.
Setelah dibuka, muncul 2 buat speaker terbungkus plastik, lengkap dengan kartu garansi dBe 1 tahun.



Desain dan Build Quality
Desain NS77 "gaming" banget, perawakan besar dengan bentuk sudut ala berlian, mencerminkan gairah muda nan energik. Body depan hitam glossy, dan belakang hitam doff. Grill depan berwarna silver, terbuat dari semacam plastik elastis namun kuat, yang sayangnya dilem dengan tidak rapi. Yap, belakangan ketahuan Quality Control dBe menurun, banyak yang protes dapat barang yang tidak rapi, salahsatunya saya.


Terlihat bukan pada gambar pertama, lem grill nya tidak rapi? Bagian sisinya menganga. Bandingankan dengan gambar dibawahnya, speaker yang satunya terlihat rapi.

Bagian sisi, terdapat passive bass port. Dia bukan speaker, hanya seperti membran pasif untuk resonansi, sehingga teorinya bass lebih mantap

Bagian belakang, terdapat volume kontrol mini dan jack 3,5mm, seperti gambar dibawah
Volume kontrol cuman garis kecil yang ada rodanya saja, posisinya dibelakang pula, sangat merepotkan. Saya selalu set 75% saja, sisanya kontrol dari laptop.

Ada yang ketinggalan? Ya, dimana tombol ON-OFF? Jawabannya ketinggalan di pabrik :D
NS77 tidak ada tombol ON-OFF, yang artinya speaker nyala terus! Solusinya adalah ketika tidak dipakai, volume di nol kan. Eh, volume kontrolnya kan dibelakang, ribet! Yauda, klo gak dipake cabut aja kabelnya! Repot memang. Hha

Tersedia kabel input jack 3,5mm yang sialnya kabelnya berhimpit menempel dengan kabel power USB. Kenapa sial? Karena dengan desain ini, NS77 secara tidak langsung menyuruh kita memakai power dari USB laptop/PC yang biasanya posisinya memang tidak jauh dari jack 3,5mm laptop/PC. Padahal terutama bagi saya, USB laptop sudah penuh dicolokkan ke DAC, flashdisk, mouse, dan modem, so untuk NS77 saya pake kepala charger 5V 1A. Mau gak mau pakai kabel USB ekstensi deh agar bisa mencapai sumber listrik :(

Overall desain gairah muda nya tidak diimbangi dengan perencanaan tata letak dan fungsionalitas yang baik

Suara
Hardware yang digunakan
Laptop : lenovo G460 windows 8
Player : foobar 2000
DAC : fiio E10
Amplifier : objective O2
interkonek : custom cable silvercoated bella audio

Tentu speaker ini sudah burn in selama 100 jam.
Karakter dasar speaker ini adalah cenderung bright, dengan bass yang mengejutkan bisa keluar dengan besar, dan soundstage yang apik.

Impresi mendetailnya :
bass
Mengejutkan! Satu kata ketika dengar bass NS77. Ketika kita mendengar kata "speaker 2.0 USB powered", pasti yang terbesit di telinga kita adalah sebuah speaker cempreng yang bassnya duk duk duk doang, biasa dipake di warnet game online murah.
Tidak dengan NS77! Dengan driver yang berkualitas dan fungsi bassport yang optimal, bass menjadi sangat terasa! Ya tentu jangan disamakan dengan speaker yang ada subwoofernya yah.
Bass tidak asal duk duk duk saja, tapi memang terasa getaran dan pukulan empuknya. Saran saya, letakan NS77 diatas meja kayu yang datar dan rata, lalu dengarkan sambil taruh tangan anda diatas meja. Getaran-getaran bass dari NS77 menjalar ke tangan anda, and that's so fun!
Biasanya di speaker 2.0 USB powered murah, bass drum dengan bass gitar menyatu, namun tidak di NS77 ini. Suara "dem dem dem" dari bass gitar berbeda dengan "dug dug dug" dari bass drum. Singkat kata, detail bass NS77 mantap!
Speed bass sendiri average, kurang cocok menghandle musik metal, namun sudah baik kalah hanya rock dan yang lebih slow.
Saya terkejut dengan apa yang diberikan NS77 disini, jauh melebihi ekspektasi saya terhadap speaker USB powered 2.0. Ya sekali lagi, jangan bandingin sama 2.1 yah!

Mid
Mid NS77 forward dan paling dominan dari semua frekuensi suara, terasa padat dan penuh serta memiliki bobot, jadi tidak ringan cempreng. Suara vokal terasa menonjol dibanding yang lain, sayangnya sedikit kurang berbodi. Detail mid cukup menawan, suara gitar akustik terasa crisp namun memang kurang berbodi. Satu nilai minus adalah grainy yang agak mengganggu terutama di dentingan piano, terdengar agak kasar.

High
Membawa karakter bright tentu presence high sangat terasa. Suara simbal meski kurang real namun sudah sangat baik, lepas dan ringan tanpa kehilangan bobot. Sayangnya disini terdengar beberapa suara yang grainy. Kadar tajam di high pas, tidak bikin sakit dan tidak terasa tumpul.

Separasi
Untuk ukuran speaker murah USB powered, separasi NS77 terbilang cukup. Sudah bisa membedakan suara, namun posisinya memang masih ada yang bertumpuk sih.

Staging
Inilah salahsatu poin kuat NS77. Tulisah "3D sound" di kardus tidak bohong! Staging terasa luas, dan jelas positioningnya. Dipakai di laptop terasa sekali suara seperti keluar dari monitor, bukan dari speaker yang letaknya di kanan kiri monitor, posisi center-kanan-kiri ketika mendengarkan lagu jelas sekali. Saya belum pernah menemukan yang sebaik ini di harga 180rb.

Detail
urusan detail, NS77 sudah cukup baik. Tidak semua detail keluar, jangan harap mendengar desahan napas emosional, gesekan greget tangan dan senar gitar. Namun semua yang disajikan sudah baik mengingat kelas harganya. Sudah sangat cukup untuk easy listening.

Genre musik
NS77 bisa menghandle semua genre musik, kecuali metal dan bassheavy. Bassheavy sebaiknya pakai konfigurasi 2.1. Bestnya di genre pop, pop-rock, dan jazz. Dengar Lenka dan maroon 5 eargasm sekali saya.

Movie dan gaming
Urusan ini juga bisa dihandle dengan baik. Suara ledakan dan percakapan terdengar apik. Yaa apik untuk speaker 2.0 tentunya. Jika Anda gamer berat, akan merasa sedikit kurang oke dengan NS77, soalnya dia bisa mendeteksi arah datang tapi tidak dengan jarak. Tapi saya tanya, adakah yang lebih baik dari ini di harga 180 dengan konfigurasi sesama 2.0? Saya jawab dengan mantap, TIDAK

Kesimpulan
Speaker 2.0 USB powered seharga 180rb, memiliki bass dan soundstage yang secara mengejutkan sangat baik, membuat NS77 layak jadi primadona di kelasnya. Beli lah, daripada dengerin speaker cempreng laptop, bagusan NS77 kemana-mana. 180rb saya rasa sangat terjangkau kok.
Adanya grain memang sebuah minus mengganggu, tapi yaa apa sih yang diharapkan dari speaker murah? Dont expect too much!

Plus
- bass dan soundstage sangat baik
- murah
- performa keseluruhan menakjubkan, mengingat ini speaker USB powered 180rb

Minus
- QC jelek (come on dBe, perusahaan Anda bukan perusahaan kecil lagi)
- posisi volume kontrol dan jack, serta tidak ada tombol power

Rating : 9/10

REVIEW Objective O2 (JDSlab2) Headphone Amplifier

Headphone amplifier? Headphone kok pakai amplifier? Mungkin itu pertanyaan yang sering terucap dari mulut orang awam.
Amplifier dibutuhkan ketika power yang disajikan DAP tidak bisa mendrive headphone kita dengan baik. Kerap terjadi di headphone dengan impedansi diatas 80 ohm. Selain suara kecil, kualitas sang headphone tersebut pun jadi tidak maksimal kalau tanpa ampli.
Namun seiring berkembangnya zaman, ampli dipakai tidak hanya jika kekurangan power, namun juga untuk meningkatkan kualitas suara atau ingin mendapatkan karakter suara khusus.
Objective O2, sebuah amplifier yang didesain oleh nwavguy, dan diassembled (diproduksi massal dan didistribusikan) oleh jdslab dengan nama JDSlab2, menawarkan amplifier yang digadang-gadang memiliki kuailtas teknis terbaik di kelasnya, dengan banderol $129 (silakan dirupiahkan sendiri). Seperti apa itu?

Spesifikasi
Objective O2 adalah amplifier rancangan nwavguy, dimana penekanannya adalah kualitas teknis terbaik, semisal low noise, good dynamic range, low THD, dll.
Untuk spesifikasi, silakan berkunjung ke JDSlab dan nwavguy , karena sangat panjang.
Kit dan komponen amplifier ini dijual terpisah, so kita bisa merakit dan memodifikasi sendiri.

Fisik
Barang yang saya miliki adalah objective O2 rakitan sendiri, so ada perbedaan penampilan dengan buatan JDSlab, terutama di plate depan yang pakai mika. Namun seluruh komponen dan spesifikasi sama persis.
Dipromosikan sebagai portable amplifier, saya tidak sepenuhnya setuju, karena volume amplifier ini 10,8cm x 8cm x 2,95cm, bahkan sedikit lebih besar dari 6x ukuran galaxy S2 (galaxy S2 ditumpuk dengan formasi 3x2)! Sangat mengganggu di saku tentunya. Saya lebih suka amplifier ini disebut transportable.

Hal yang unik, seluruh port input output, power, gain selector, dan volume, semua ada di depan. Membuatnya menjadi penuh sesak ketika digunakan.
Sebuah desain yang agak aneh, mengingat saya juga baru pertama kali lihat ada amplifier yang semua portnya di depan. Bisa diliahat pada gambar, dari kiri ke kanan : power input, tombol power, 3,5mm headphone out, lampu power indicator, pengatur volume, pengatur gain, line input 3,5mm.

Objective O2 ini bisa bekerja dengan baterai 2x 9V atau dengan AC adaptor. Saya sendiri lebih memilih menggunakan AC adaptor, karena batre 9V mahal harganya. Sialnya, harga AC adaptor yang tidak disertakan dalam pembelian ini tidak kalah mahalnya, 200-300rb!
Jeroan O2 bisa dilihat pada gambar diatas. Terdapat ruang yang besar untuk baterai. Padahal dengan ukurannya yang sebesar ini, saya rasa lebih baik amplifier ini didesain jadi desktop amplifier saja, membuang space yang seharusnya untuk baterai, sehingga bisa mereduksi dimensi keseluruhan.

Seluruh op-amp yang digunakan sifatnya rollable, alias bisa cabut pasang tanpa menyolder ulang. Sebuah surga bagi yang suka otak-atik tentunya.

Suara
Berikut hardware yang saya gunakan dalam test ini :
Laptop : lenovo G460, windows 8
Player : foobar2000 with WASAPI out
DAC : fiio E10 USB DAC
Headphone : beyerdynamic DT250/250 dan YUIN PK3
Interkonek : custom cable silvercoated bella audio with neutrik yongsheng jack
File musik : all lossless

Persoalan pertama yang biasa dihadapi amplifier adalah background noise dan hiss. Saya gunakan YUIN PK3 yang impedansinya kecil, tidak terdengar background noise maupun hiss, baik di volume minimal maupun maksimal, baik low gain maupun high gain. Singkatnya, objective O2 dead silent! ketika idle, amplifier benar-benar bersih layaknya dalam keadaan mati. WOW

Karakteristik utama amplifier ini adalah sangat netral, sangat minim kolorasi. Yang sangat terasa adalah peningkatan soundstage, separasi, dan detail.

Berikut impresi mendetail :
Bass
Bass yang disajikan sangat uncoloured, tidak ada pewarnaan ataupun penambahan kuantitas bass, semuanya mengikuti karakter source. Kalau sourcenya bassnya besar, ya tetap besar, kalau source bassnya kecil, yaa tetap kecil.
Mungkin bila didengarkan lebih detil, terasa O2 ini membuat bass sedikit kehilangan punchnya. Namun sangat tidak terasa bila tidak didengarkan secara serius. Kualitas bass top sekali, detil bass, kontrol bass, speed bass, tekstur bass, semuanya perfect!

Mid
Mid O2 terasa sedikit tipis dan vokal agak kurang berbodi. Namun sama seperti bass, harus didengarkan secara serius baru terasa. Kualitas mid baik, detailnya, teksturnya, imagingnya, kesan realnya, pokoknya semuanya bagus. Hanya di vokal kurang tebal saja, terasa kurang berbodi. O2 tidak menambah atau menguransi sibilance. Jika sourcenya sibilance, ya keluaran O2 juga akan sibilance.

High
High O2 terasa lepas, ekstensi bagus, hit-hat simbal lincah, dan lagi-lagi uncoloured. Tidak ada kesan memboost frekuensi teratas agar terasa lepas. Semua natural, apa adanya. Detail high juga patut diacungi jempol, crisp, sangat detail, rapi, dan real.

Separasi
Satu kata : TOP
Semua instrumen terasa terpisah, saling lepas namun tetap koheren. Lagu-lagu yang suaranya ribet sekalipun bisa dipisahkan dengan sempurna.

Staging
Satu kata : Mantap
Berlebihan memang, tapi memang kekuatan utama O2 yang paling diakui adalah stagingnya. Staging yang luas dan 3D, dengan positioning instrumen yang jelas sekali. Tata letak sangat rapi, jelas darimana asal suara keluar. Atas-bawah-kanan-kiri-depan-belakang semua jelas. Headphone yang stagingnya sempit, sangat terbantu dengan O2 ini.

Detail
WOW
Detail yang disajikan O2 sangatlah mengagumkan. O2 tidak memboost detail agar maju kedepan dan mudah didengar, namun detail tertampil sesuai pada tempat dan porsinya. Yang seharusnya terdengar ya terdengar, yang seharusnya terdengar namun kecil ya terdengar kecil. Detail juga terbantu oleh background yang terasa black sekali, tidak ada noise. Dynamic range terasa begitu lebar.

Power
Powernya cukup besar, bisa mendrive beberapa headphone seperti DT770/250 dengan mudah

Kesimpulan
Objective O2 adalah amplifier yang tidak menambahkan kolorasi, namun memperbaiki kualitas teknis. Bagi anda yang sudah suka dengan karakter headphone anda dan tidak mau merubah karakter, O2 ini sangat recommended. Improvement utama ada di staging, separasi, dan detail.
Yap, saya bilang inilah reference class amp untuk harga dibawah 1,5jt
Bagi anda yang akan mereview headphone ataupun amplifier lainnya kelas dibawah 1,5jt, saya sangat merekomendasikan O2 sebagai referensi "netral"nya.

Kelebihan
- perfect technicality on it's class
- uncoloured sound, bagus untuk referensi/benchmarking, mixing, atau monitoring
- dual source : batre dan AC adaptor
- sebagai desktop amp, ukurannya kompak, tidak memakan ruangan

kekurangan
- mid agak tipis kadang membuat jadi kurang musikal
- semua port dan kontrol ada di depan, penuh sesak ketika pengoperasian
- terlalu besar untuk ukuran portable amplifier
- tidak banyak tersedia di Indonesia

Rating : 9.7/10*
Penjelasan rating
10/10 : excellent price to performance. Must buy!**
9/10 : recommended
8/10 : good
7/10 : average
6/10 : try another things first
5/10 : leave it, not worth to buy!
*perlun diingat, ini adalah rating price to performance, bukan rating untuk menempatkan posisi barang ini dalam jajaran gadget audio dari kualitas tertinggi sampai terendah. Contoh kasus misal earbud A seharga 50rb dapat rating 10/10 bukan berarti kualitasnya lebih baik dari earbud 10jt yang dapat rating 7/10, namun earbud A memiliki excellent price to performance di harga 50rb, sedangkang earbud B hanya average saja di kelas 10jt
**must buy maksudnya tentu jika karakternya cocok dengan preferensi Anda

10 March 2014

REVIEW dan KOMPARASI Apple Earpod vs YUIN PK3

Sebelum melangkah lebih jauh, jika Anda belum mengetahui kosakata dalam dunia audio, silakan buka kosakata audio dulu, agar tidak bingung

Yap, kali ini saya tertarik untuk mengkomparasi dua earbud yang fenomenal di bidangnya masing-masing. Apple yang sering "dihina" karena dianggap tidak pernah bisa membuat earbud kualitas baik, merombak total earbud terbarunya ini, mulai dari desain hingga jeroan. Apple pun mengklaim, "they beat out headphones that costs hundred more". Sebuah pernyataan yang tentu sangat percaya diri sekaligus arogan dari sebuah produsen yang terkenal gak becus dalam membuat earbud.
Di lain sisi, YUIN PK3 punya reputasi yang sangat mentereng untuk earbud di harga $50 kebawah. Disain khas earbud tradisional, namun diakui menyajikan kualitas yang sangat menakjubkan, dan kerap dijadikan referensi bagi para reviewer. Motto YUIN "heavenly sound" banyak diakui kebenarannya, tidak hanya jargon iklan saja.
Apple earpod dihargai $29, sedangkan YUIN PK3 sedikit lebih mahal yaitu $33. Harga resmi di Indonesia, apple earpod dijual Rp 399.000, sedangkan YUIN PK3 seharga Rp 440.000. Harga yang sangat berimbang bukan? Ayo kita dengarkan, apakah benar earpod beat out headphones that costs hundred more?

Pada komparasi ini saya menerapkan 2 teknik, yaitu mereview secara kualitatif dan kuantitatif. 
Kualitatif, yaitu penilaian berdasarkan apa yang saya lihat dan dengar, semua saya tuliskan panjang lebar.
Secara kuantitatif, penilaian kuantitatif ini memberikan poin +1 pada earbud yang berhasil mengalahkan rivalnya di tiap segmen penilaian.

Langsung saja kita mulai..

Paket Penjualan
Sebelumnya, untuk meminimalisir hardware incompability, maka earpod yang saya gunakan adalah earpod bawaan iPod touch 5th gen. Suaranya sama kok, hanya saja tidak ada remote dan mic. Keberadaan remote dan mic memang kerap menjadi sandungan bagi sebagian DAP (Digital Audio Player). Jadi untuk paket penjualan, saya gunakan referensi dari engadget

Apple mengemas produknya cukup mewah, seperti biasa. Warna putih mendominasi, terdapat dua lapisan kotak. Kotak luar terbuat dari kardus dengan mika transparan di depannya. Masuk ke dalam, terlihat kotak mika keras didalamnya. Kotak mika sendiri terdapat mekanisme pengulung kabel didalamnya, sehingga memudahkan sekaligus aman untuk dibawa kemana-mana. Nice design, kita tidak perlu membeli hardcase lagi, hardcase gratisan ini sudah sangat mumpuni baik dari segi keamana maupun style.
Paket penjualan yang sangat ekslusif sekaligus ergomis, sangat bermanfaat kotaknya

Tidak mau kalah, YUIN PK3 mengemas kotaknya tidak kalah unik. Dari luar hanya tampak seperti kotak karton tipis biasa, berlogo YUIN dan ada motif seperti "awan kinton". Namun ketika disentuh, terasa sangat kokoh dan keras. Ternyata karton luar hanya hiasan saja, ketika kita geser, muncul sebuah kotak kayu. Yap, KOTAK KAYU, saya tidak salah tulis. Dan di dalam kotak kayu, masih ada plastik berbentuk silinder yang sangat keras dan kuat, tidak penyok meski diremas tangan. Di dalam silinder barulah muncul YUIN PK3, lengkap dengan sepasang spons warna hitam. Tak lupa, diberi pula konverter jack 3,5mm ke 6,3mm, menandakan produk yang sangat serius di bidang audio. Packing seperti ini sangat luar biasa aman untuk kirim-kirim, tidak perlu packing kayu lagi untuk mengamankan kiriman. Good job YUIN! Dan hardcase berbentuk silinder juga bisa digunakan sebagai case saat kita pergi keluar, yaa meski tidak se-stylish apple.
Packing spesial dari YUIN

Dilihat dari segi keamanan, asesoris, fungsionalitas, kemanfaatan, dan desain, saya rasa YUIN PK3 berhak dapat +1 disini. 
Skor sementara 0-1

Desain, fitting, kenyamanan
Apple merombak seluruh desain earbud lawasnya dengan yang baru. Terciptalah earbud yang unik, bentuknya berbeda dari earbud tradisional. Berperawakan besar dan berlapis plastik putih glossy, earbud ini memiliki lubang suara di pinggir housing, tidak ditengah layaknya earbud tradisional. Fitting di telinga secara mengejutkan sangat nyaman dan stabil, meski dipakai bergerak aktif. Saat memasukkan ke telinga pun tidak perlu diputar-putar untuk mendapatkan posisi terbaik. Engineer Apple pasti sangat bekerja keras untuk menciptakan desain yang sangat ergonomis seperti ini. Ditambah dengan iming-iming ketahanan terhadap air yang lebih baik, membuat earbud ini seperti memiliki banyak fitur namun tetap dalam koridor earbud tradisional.
Sedikit catatan, di tiap channel terdapat lubang suara utama yang besar, dan juga lubang kecil di sampingnya. Banyak penjual bilang, lubang besar adalah tempat keluar bass, sedangkan lubang kecil tempat treble. Saya bilang, SALAH BESAR. Ini bukan dual-driver earbud, lubang kecil hanya berfungsi sebagai airvent saja, driver di dalamnya hanya ada satu.

YUIN PK3 hanya berbentuk earbud tradisional. Berlapis plastik hitam glossy, berperawakan cukup mungil dengan airvent yang terlihat besar di balik housingnya. Tidak ada yang menarik. Fitting sendiri baik, standar earbud konvensional lah, tidak terlalu sulit untuk mendapatkan posisi terbaik. Dibandingkan dengan earpod, PK3 saya bilang kalah telak untuk urusan fitting dan kenyamanan. PK3 jauh lebih mudah lepas dan kehilangan posisi terbaik. Penggunaan foam sangat dianjurkan.



ke bagian jack, cukup unik. Earpod bawaan iTouch yang saya pakai jacknya memiliki garis 3, yang artinya dibuat untuk mic, padahal tidak ada mic disana. Mungkin apple malas membuat jack baru, menekan cost juga. Pertanyaan yang terlintas adalah, kenapa iPod touch tidak diberikan earpod with mic and remote juga? Bukankah iPod touch adalah multimedia player mumpuni, dengan beragam fungsi? 
Jack yang digunakan berwarna silver, entah silver asli atau nikel, atau metal biasa. Yang pasti saya sangat yakin itu bukan jack bahan rhodium, untuk iPod touch saja mic sudah dikebiri, mana mungkin apple rela memberi jack rhodium pada produknya.
YUIN PK3 sendiri menggunakan jack gold plated, dimana bahan emas sudah bukan rahasia lagi merupakan salahsatu konduktor terbaik di bumi.

Keduanya memiliki jack yang ramping, so bagi anda pengguna case tambahan pada gadget tidak perlu risau jack ini akan kepentok case.


Pada segmen ini, earpod bisa dibilang unggul jauh dari YUIN PK3. Skor menjadi 1-1

Sound
banyak alasan orang dalam memilih earbud, namun tidak perlu mengelak alasan utama Anda pasti kualitas suara bukan?
Demi menjamin kualitas terbaik, saya pun menggunakan setup terbaik yang saya miliki dalam review ini :
Player :
Laptop lenovo G460, windows 8. 
Software music player menggunakan foobar 2000. 
Output optional,  digunakan bergantian : WASAPI atau viper4windows
sound :
DAC : fiio E10, kabel USB standar, output via line out
Amplifier : JDSlab Objective O2, AC adaptor powered, resistor gain standar (2x dan 6x), Op amp dirolling bergantian : burrbrown OPA2227p dan standar JRC 2068D
Interconnect : custom cable silvercoated bella audio, dengan jack neutrik yongsheng


Secara general, PK3 lebih bright dibanding earpod.

Bass
Kesal dengan suara earbud apple generasi sebelumnya yang tipis kering kayak krupuk? Pastikan Anda membeli earpod, karena earbud apple teranyar ini memiliki bass yang besar. Bass earpod memiliki kuantitas yang cukup besar, tidak sampai meledak-ledak, namun Anda yang basshead saya rasa tidak akan merasa kekurangan bass. Kualitas respon bass sendiri cukup baik, dimana low bass hingga mid bass semua tersaji apik dan berimbang. Tidak banyak rumble sub bass terdengar, namun bisa diterima mengingat ini adalah earbud. Speed bass bisa dibilang cukup cepat, tidak keteteran menghandle lagu beritme cepat dan energik. Pukulan bass yang punch, bulat, dan begitu fun membuat earpod ini bakal banyak disukai orang. Yaa meski minusnya bassnya kerap meleber ke mid meski sedikit dan bisa ditoleransi.

Di sisi lain, YUIN PK3 menampilkan bass yang cenderung kecil dan sangat tight dibandingkan earpod. Kuantitas bass kalah jauh dibanding earpod. Begitupun tekstur bass, YUIN PK3 yang lebih banyak main di mid bass dibanding lowbass membuat tekstur bassnya kalah dari earpod dan seperti "kurang lengkap" suara bassnya. Namun, YUIN PK3 memiliki detail bass yang jauh lebih baik daripada earpod, dimana PK3 bisa membedakan mana drum bass dengan gitar bass secara gamblang, sedangkan earpod terasa menyatu. Dari segi speed, karena lebih tight maka PK3 terasa lebih lincah, namun earpod masih bisa mengimbangi kalau urusan speed.

Untuk segi bass, saya rasa +1 bagi earpod dengan pertimbangan lebih banyak yang suka tipikal bass seperti ini dan secara kualitas teknik kalah tidak terlalu telak dari PK3.
Skor menjadi 2-1

Mid
Bersinar di bass, tidak membuat earpod juga berjaya di mid. Mid earpod tidak ada yang spesial, bahkan vokal terasa tipis, tidak berbodi dan berbobot. Sedikit kerap terserang bass menjadi nilai minus berikutnya. Sisi positifnya, tidak ada sibilance dan peak tajam disini. Clarity dan detail mid terasa biasa saja.

YUIN PK3 memanfaatkan kesalahan earpod ini dengan baik untuk menyamakan skor. Mid PK3 terasa clear, cukup sweet, dengan vokal yang lebih berbobot dan berbodi dari earpod. Clarity di mid sangat baik, artikulasi vokalis sangat jelas, begitupun vibra vokal terasa getarannya. Detail mid tidak kalah baiknya, suara-suara gitar terdengar lebih tegas dan crisp, detail senar tersaji apik.

Kali ini earpod bisa dibilang kalah sangat telak sekali, skor menjadi imbang 2-2

High
sektor yang biasa disebut treble ini, lagi-lagi earpod tidak menunjukkan kualitas mengagumkan. Saya sampai bingung mencari sisi apa yang bisa dijadikan unggulan bagi earpod di segmen ini. High earpod kuantitasnya cukup banyak dan sangat terasa, so jauh dari kata mendem. Detail high biasa saja, simbal hanya terdengar "ciss ciss" saja tidak ada kesan real nya. Ekstensi high pun tidak begitu baik, meski sudah terdengar lepas, tidak seperti teredam atau terkungkung. Kesan airy cukup.

YUIN PK3 lagi-lagi bersinar disini. High terasa jauh lebih banyak dari earpod, namun tetap tidak terdengar tajam. Suara simbal jauh lebih real "cess" nya, dengan detail yang juga jauh lebih baik. Hit hat terdengar lebih lincah dan koheren. Ekstensi sangat baik, lepas keudara, dan sangat airy.

Skor berbalik menjadi 2-3

Detail, Separasi dan soundstage
Disini saya memberi poin maksimal +2, karena aspeknya sangat banyak dan sangat berpengaruh ke performa keseluruhan. Dan sialnya semuanya dimenangkan oleh YUIN PK3. 
Detail PK3 unggul dari earpod, terasa cukup signifikan bedanya namun tidak terlalu unggul jauh juga. Detail-detail PK3 lebih terasa, banyak detail di earpod yang termakan bass.
Salahsatu kunci detail pada PK3 adalah separasi yang jauh lebih baik. PK3 bisa memisahkan suara insrumen dengan sangat baik, tidak ada yang terasa bertumpuk. Lain halnya dengan earpod yang seperti bertumpuk di tengah semuanya sehingga ada yang saling menutupi.
Baik PK3 maupun earpod bila dipandang secara general meiliki soudstage yang baik, dalam artian keduanya terasa spacious. Namun jika didengar lebih detail, tentu ada perbedaan. Baik wide maupun depth PK3 berhasil mengungguli earpod. Yang telak adalah soundstage depth, PK3 unggul jauh dari earpod. Ini pula kunci PK3 bisa membedakan suara bass drum dan gitar bass dengan baik daripada earpod. Psotioning (tata letak instrumen) dan sebaran suara PK3 pun lebih baik, lebih dinamis dan jelas kanan-kiri-depan-belakang-atas-bawah dibanding earpod yang terasa ditengah semua.

PK3 menjauh, skor menjadi 2-5

Pricing
Earpod Rp 399.000 sudah plus remote dan mic vs PK3 Rp 440.000 hanya "plain earbud", mana yang lebih murah? tentu earpod dong. Meski beda harga tidak terpaut jauh, namun Rp 40.000 lumayan buat 4x makan di warteg dengan lauk yang cukup mewah.

+1 untuk earpod, 3-5

Komparasi lagu
Agar lebih mudah menyesuaikan dengan selera dan genre musik, saya coba memberi impresi dengan beberapa genre musik. Semua file FLAC/WAV
Armin van Buuren - Intense (trance) : Earpod menginjak-injak PK3 disini. Bass yang lebih powerfull adalah kuncinya. Meski PK3 memberi pemisahan suara yang lebih baik, namun apa yang disajikan earpod tidaklah menyecewakan dalam memisahkan suara.
Maroon5 - One More Night (pop-electro) : Disini keduanya bisa dibilang imbang, memberi karakter dan warna tersendiri. Earpod memberi kesan fun dengan hentakan bass yang lebih terasa. PK3 memberi vokal yang lebih sweet, serta sebaran suara yang lebih baik dan dinamis. Kalau sudah begini, sesuaikan sama selera saja. Saya pribadi lebih ke earpod, dimana lagu ini adalah lagu semangat, butuh kesan fun yang mengajak kita ikut menggoyangkan kepala dan badan.
Avenged Sevenfold - Thick and Thin, bat country (heavy) : Disini earpod memberi kesan powerfull, namun keseluruhan masih enak PK3. PK3 bisa memisahkan suara-suara yang rumit sehingga semua detail terdengar. Juga speed bass yang mempuni membuat tidak terasa keteteran.
Bonnie Tyler - total eclipse of the heart (Classic Rock) : Lagu legendaris dari nenek bonnie tyler, sangat tepat bila dibawakan oleh PK3. Vokal adalah kunci utama, dimana PK3 lebih emosional dan berbobot dari earpod. Serak-serak suara lebih terdengar di PK3. Begitupun efek gemuruh dan gema yang banyak mewarnai lagu, soundstage PK3 yang mantap membuatnya terasa lebih real.
Alesana - To Be Scared By an Owl (Sreamo) : Lagu-lagu yang butuh speed cepat dan pemisahan instrumen yang baik memang enaknya pakai PK3. Earpod terasa bertumpuk disini, jadi kurang asik. Belum lagi bass yang kadang berlebihan.
Noah - Separuh Aku (pop) : Earpod asik disini, hentakan bass yang bulat dan empuk cukup untuk mengantarkan Anda ke alam galau. PK3 terasa agak membosankan disini, terdengar datar.
Depapepe - One, kitto mata itsuka, start (akustik) : PK3 unggul lagi disini, centrengan senar terasa jauh lebih crisp dari earpod
Kenny G - forever in love (jazz) : PK3 lebih asik disini, saxophone terasa tebal, seperti beneran ada udara ditiup. Earpod cuman teet teeeet doang, gak ada emosinya.

Simpulan
Saya menyoroti klaim apple "they beat out headphones that costs hundred more". Jangankan hundred more, lawan PK3 saja selain kenyamanan dan bass, sisanya dibantai habis oleh PK3. Yap, bukan klaim resmi sih, hanya joke atau biasalah bahasa marketing, tapi tentu untuk orang yang maniak audio seperti saya itu sangatlah arogan.
Tidak perlu sakit hati, karena musik adalah selera. Kalau Anda suka yang bassnya besar, jangan ambil PK3, begitupun jika Anda pecinta vokal dan kualitas teknik, jauhilah earpod.

Skor akhir 3-5 untuk kemenangan PK3 hanyalah gambaran umum saja, saya lebih menyarankan Anda mempercayai review secara kualitatif bukan kuantitatif :)

Earpod over PK3
- bass
- kenyamanan dan fitting
- price and features (399rb dapet remore dan mic)

PK3 over earpod
- mid
- high
- separasi
- soundstage
- detail