11 April 2015

REVIEW LG Quadbeat 2

Cerita ini berawal dari terjualnya bluetooth headset saya, Sony MW1 beberapa waktu yang lalu. Performa MW1 sangat memuaskan, tapi karena fiturnya terlalu banyak dan banyak yang tidak terpakai juga oleh saya, sehingga saya merasa mubazir. Selagi menunggu tabungan membengkak untuk mencari bluetooth headset yang lebih pantas buat saya, saya mencari IEM  (In Ear Monitorwith mic yang memiliki volume control. Tentu saja budget yang dianggarkan sangat minim, mengingat ini hanya sementara saja. Akhirnya mata saya tertuju pada LG Quadbeat 2 loosepack yang kisaran harganya Rp 60.000-Rp 100.000 (April 2015)

LG Quadbeat 2 aslinya adalah IEM bawaan smartphone high-end nya LG, yaitu LG G2. Namun entah mengapa kok banyak yang jual loosepacknya, baik itu di online store lokal maupun internasional seperti eBay.
Apakah loosepack ini benar-benar barang original? Entahlah, dan jangan tanya saya juga, soalnya saya belum sempat membandingkan dengan Quadbeat 2 yang bawaan smartphone LGnya.

Sebenarnya ini kurang pantas disebut sebagai review LG Quadbeat 2, selain saya belum mencoba yang asli benar-benar asli dari LGnya, tidak ada jaminan apakah barang yang saya terima akan sama dengan yang Anda beli. Jadi, ini hanya sharing-sharing saja yaa :) 

Spesifikasi
Earphone Type: IEM
Driver : Dynamic Unit
Maximum rated power : 20mW
Sensitivity : 97dB (at 3mW)
Frequency band: 20Hz ~ 20kHz
Impedance : 24 ohm
Jack : 3.5 mm
Buttons : 3 Key (calls, volume control)

Kelengkapan
Karena barang loosepack, maka kelengkapan hanya ada IEM dan eartips saja. Sialnya, eartips yang diberikan hanya sepasang saja, ukuran M. Untungnya bentuk dan ukuran nozzle Quadbeat 2 ini tidak aneh-aneh, sehingga sangat mudah untuk mencari tips yang cocok dengannya. Tips dBe, basic, sony hybrid, spinfit, ortofon, dll bisa digunakan untuk Quadbeat 2 ini

Desain, Build Quality, dan Pemakaian
Lg Quadbeat 2 menggunakan desain angled nozzle seperti keluarga Phrodi (POD007, 300, 500, M201, dll).
Bahan utama penyusun housingnya adalah perpaduan metal ringan berwarna putih dengan plastik hitam berkualitas. Terlihat elegan sekali, tidak ada kesan murahan di sini. Bobotnya pun terasa sangat ringan, sehingga tidak mengganggu kenyamanan ketika dipakai.
Urusan build quality, di harga segini saya bilang sih top notch. Bahan berkualitas plus finishingnya sangat rapi, mengalahkan Moxpad X6 dan Auglamour AG-R1 yang terlihat tidak rapi finishingnya.

Beralih ke kabel, Quadbeat 2 menggunakan kabel pipih ala kwetiau. Model kabel seperti ini sedang digemari, karena tidak mudah kusut atau meninggalkan bekas lipatan yang berlebihan.
Pada Y-splitter terdapat logo LG dan dibaliknya ada keterangan made in Indonesia. Tumben, biasanya made in China, apakah ini benar-benar barang dari distributor r LG Indonesia? Entahlah :D
Quadbeat 2 menggunakan jack L-shaped dan sepertinya nickel plated 
Soal fitting dan kenyamanan, saya tidak menemukan masalah pada Quadbeat 2 ini. Fitting terbilang sangat mudah, isolation pun bagus. Namun yang perlu diperhatikan adalah nozzle angle nya, pastikan ketika memasukkan ke telinga dalam sudut yang tepat, atau mungkin di dalam telinga perlu sedikit diatur lagi posisinya agar mendapat suara yang terbaik, karena kalau tidak suara seperti bocor
Kualitas eartips bawaan lumayan, tidak terasa kasar, meski tentu urusan kenyamanan jangan dibandingkan dengan sony hybrid, spinfit, ortofon, dll. Yang jelas buat IEM harga segini, terhitung nyaman banget. Andai saja seller lebih berbaik hati memberikan tips ukuran lainnya, tidak hanya M.
Oh ya, Quadbeat 2 ini defaultnya sepertinya didesain untuk digunakan secara straight down. Namun ketika digunakan over ear pun tidak masalah, tidak ada gangguan kenyamanan yang timbul.
In-Line Mic, Call Handling, dan Volume Control
Quadbeat 2 yang sejatinya merupakan sebuah handsfree bawaan handphone, sudah tentu wajib memiliki fitur call handling dan mic, plus ada bonus volume kontrol. Posisi mic dan tombol-tombol ini ada di dekat left channel, di atas Y-splitter, jadi ketika IEM dipakai, posisi mic otomatis berada di dekat mulut.
Dicoba digunakan pada Samsung Galaxy S2, semua fitur berjalan dengan baik. Kualitas micnya bagus, suara terdengar jernih. Volume kontrol memudahkan kita untuk menaik-turunkan volume music player kita. Tombol call handling bisa berfungsi untuk mengontrol lagu, tekan sekali untuk play/pause, dua kali untuk next song, dan tiga kali untuk previous song.

Suara
Quadbeat ini sudah burn-in sekitar 100 jam
Setup yang digunakan :
- laptop + centrance dacport
- Samsung Galaxy S2

Secara keseluruhan, LG Quadbeat 2 ini suaranya warm

Quadbeat 2 memberikan kuantitas bass yang cukup besar, saya yakin Anda tidak akan kekurangan bass. Oh ya, pastikan fittingnya sudah pas ya, terutama sudut nozzlenya, karena kalau tidak pas impact bass menjadi tipis.
Bassnya agak boomy, terkadang sedikit muffled dan kurang detail. Untungnya bass masih cukup rapi, tidak gedebak-gedebuk belepotan gak jelas.
Quadbeat 2 ini asyik diajak nyetel musik yang banyak beat bassnya seperti pop dan RnB modern, beat-beat bassnya oke. Bagaimana dengan musik cepat seperti rock/metal? Keteteran sih tidak, namun karena agak boomy dan sedikit muffled, detail batas gebukannya jadi kurang tegas.

Mid dan vokal Quadbeat 2 yaa "just right", tidak ada hal yang menonjol dan membanggakan. Posisi vokal berada di tengah menurut saya. Midrange cukup jernih, detailnya biasa saja. Tidak bisa banyak komentar saya, yang jelas tidak jelek dan saya bisa menikmati kok. Just sit back and enjoy your music. Kalau mau dicari-cari sisi bagusnya sih, LG Quadbeat 2 ini tidak pernah mengeluarkan suara-suara yang membuat fatigue seperti sibilance, tajam, dan sejenisnya. Benar-benar smooth dan tidak bikin capek.

Treble pada Quadbeat 2 ini halus tapi tidak mendem. Suara-suara simbal dan gemerincing kecil tetap terdengar ditengah riuhnya bass dan midrange. Yaa memang sih kurang detail, tapi menurut selera saya sih masih cukup lah. Tidak ada kata tajam samasekali, sangat enak untuk didengarkan dalam waktu yang lama.

Separasi terbilang cukup, kadang masih ada yang sedikit bertumpuk tapi mengingat harga masih sangat bisa dimaklumi.
Soundstage menurut saya tidak luas, mirip-mirip dengan jimbon. Sedikit bertumpuk di tengah suaranya namun sedikit lebih baik dibandingkan jimbon.
Detail biasa saja, untuk kenikmatan bermusik santai sudah cukup banget laah

Genre
LG Quadbeat 2 asyik-asyik saja sih diajak untuk berbagai jenis lagu. Bestnya sih di sejenis pop modern yah kalau menurut saya. Buat lagu-lagu EDM pun asyik, hentakan-hentakannya mantap.
Untuk sejenis akustik atau lagu-lagu keras seperti rock, metal, dll sedikit kurang greget, gebukan bass kurang detail, dan treblenya kurang crisp, centrengan gitar akustik kurang detail.

Kesimpulan
Hmmmm
Untuk sebuah IEM yang ada mic dan volume controlnya, dan jika kita membelinya dengan selembar uang Rp 100.000 masih bisa ada kembalian* yang cukup untuk beli paket nasi+ayam+minum di KFC dan bahkan masih ada sisa buat bayar parkir dan beli snack di Indomaret, saya pikir saya tidak bisa banyak komplain tentang LG Quadbeat 2 ini.

Buat berbagai macam genre masih oke-oke saja. Desainnya bagus, build qualitynya oke, ada mic dan volume control pula. Worth to buy laah, terutama bagi Anda yang handsfree bawaan handphonenya hilang atau bahkan tidak diberikan handsfree dalam paket penjualannya.

Segi teknikaliti memang biasa saja, nothing special. Soundsignaturenya lebih ke arah fun, nyaman untuk didengar lama, main aman, dan mainstream. Yaa semua kembali ke Anda, dan saya rasa Anda tidak membayar terlalu mahal untuk IEM ini**

Plus :
- nyaman dipakai
- sama nyamannya ketika digukan straight down ataupun over ear
- tidak ada suara-suara sibilance, terlalu tajam, dan suara yang membuat cepat lelah lainnya

Minus :
- teknikaliti biasa saja
- loosepack, tidak ada jaminan barang yang saya dan Anda dapat adalah sama

Keterangan :
* : harga pada seller-seller tertentu
** : jika Anda membeli loosepack-an nya

REVIEW Abingo S100i

Terimakasih buat om Andika yang sudah memasukkan IEM ini ke pasar lokal, jadi saya bisa icip-icip :D

Selama ini IEM (In Ear Monitor) with mic di kisaran Rp 100.000 kebanyakan suaranya warm atau basshead, jarang yang suaranya ke arah bright. Abingo S100i hadir sebagai salahsatu pilihan bagi Anda yang suka suara ke arah bright atau yang kurang suka bass besar
Harga yang ditawarkan lumayan miring, Rp 125.000 per April 2015

Spesifikasi
Driver unit : dynamic 10mm
Sensitivity : 112dB
Impedance : 16 Ohm
Max power : 20mW
Frequency response : 20Hz-20kHz
Cable length : 1,2m
Jack : 3,5mm gold plated

Paket Penjualan
Kotak Abingo S100i ini sangat mengingatkan saya pada produk moxpad, baik itu ukuran kotaknya yang besar, penggunaan warna merah-hitam, hingga isi aksesorisnya.
Untuk ukuran IEM 100 rebuan, Abingo S100i tidak tanggung-tanggung dalam memberi aksesoris bawaan. Tercatat ada zipper hardcase yang siap melindungi S100i saat traveling, shirt clip untuk menjepitkan kabel ke baju agar efek microphonic berkurang, hingga 4 pasang tips (warna pink S/M/L, yang putih tidak tahu ukuran apa tapi mirip dengan M)

Desain, Build Quality, dan Pemakaian
Abingo S100i menggunakan desain classic straight down IEM. Bentuknya sendiri lumayan, tidak terlihat terlalu membosankan. Desain demikian bertemu dengan warna pink, jadi terlihat semakin feminim.
Urusan build quality, Abingo S100i memberikan bahan housing terbuat dari metal dengan cat ala krom mengkilat yang mudah tergores-gores. Untuk IEM 100 rebuan, housing metal memang nilai jual lebih tersendiri, mengesankan barang yang lebih durable. Apalagi finishingnya terlihat rapi sekali, tidak ada bekas sambungan yang menonjol ataupun gap yang tidak manusiawi antarpanel housing.
Ketika digunakan oleh pria berbrewok seperti saya, maka akan terlihat hmmmmmm.... *ah sudahlah*
Gunakan tips yang cocok dengan telinga Anda agar mendapat fitting, isolasi, dan kenyamanan yang baik. Kualitas tips baawaannya standar IEM 100 rebuan laah, nyaman sih lumayan namun untuk pemakaian jangka panjang cukup bikin lelah. Kebetulan semua tips bawaannya tidak ada yang cocok dengan saya, untungnya tips dari LG Quadbeat 2 bisa masuk dengan enak di telinga saya
Jack gold plated berprofil ramping tidak akan menyusahkan bagi Anda pengguna case tambahan pada smartphone/DAP, tidak akan kepentok case. Sayangnya lapisan body jacknya licin, mirip dengan Tingo TG38s. Bagi Anda yang tangannya kerap berkeringat, akan terasa licin ketika mencabut jack dari smartphone/DAP Anda, hati-hati jangan sampai terpeleset terus kabelnya yang tertarik agar tidak menimbulkan masalah.

Mic dan Call Handling
Mic bisa melakukan tugasnya dengan baik, tidak ada masalah dalam hal kejernihan maupun kekerasan suara ketika bertelepon.
Tombol call handling pun selain berfungsi untuk angkat/tutup telepon, juga sebagai pengontrol musik pada smartphone Anda. Tekan satu kali untuk play/pause, dua kali untuk next song, dan tiga kali untuk previous song.
Tombol berdimensi kecil plus sedikit keras ketika ditekan dan diperparah dengan profil licin sedikit mengurangi kenyamanan penggunaan, terutama ketika butuh tekan tombol dua atau tiga kali secara beruntun untuk pindah-pindah lagu.

Suara
Abingo S100i sudah menjalani burn-in 150 jam.
Setup yang digunakan untuk pengetesan :
1. Laptop with Centrance Dacport
2. Samsung Galaxy S2, poweramp music player

Karakter utama Abingo S100i ini agak bright dan agak tipis, bagi Anda pecinta suara warm tebal, sebaiknya menjauh

Low
Kuantitas bass yang diberikan Abingo S100i hanya cukupan saja, [update pemakaian 150 jam] bassnya jadi sedang, tidak terlalu tipis dan tidak besar, tetap definitely not for a basshead. Bassnya tight, clean, dan detilnya bagus. Jangan parno dulu ketika mendengar bass yang kuantitas cukupan saja, karena Abingo S100i tidak melupakan lowbass. Yap, lowbass di S100i masih terasa, tidak hilang begitu saja, sehingga bass masih terasa empuk pukulannya dan tidak membosankan.

Midrange
Midrange pada Abingo S100i ini sangat jernih dan detil. Penempatan vokal sedikit laidback, tapi tidak sampai jauh dibelakang. Midrange dan vokal secara keseluruhan terdengar sedikit tipis bagi selera saya, kurang punya bobot. Untungnya meski sedikit tipis namun tidak terasa terlalu kering, jadi vokal masih dapet emosinya, tidak terlalu datar atau membosankan.
Suara-suara instrumen yang nampang di midrange seperti gitar atau alat tiup terdengar bersih dan detil, mantaap

High
Abingo S100i memberi porsi high yang cukup banyak, terasa cring dan sparkling, sayangnya agak "kurus" profilnya. Suara-suara simbal crisp, agak tipis dan kurang bertekstur. High rawan terdengar tajam/metalik apabila bertemu file kualitas jelek atau recordingnya yang tajam, terutama di musik-musik keras semacam rock, screamo, heavy, metal dan kawan-kawannya. Namun bila nyetel musik-musik pop santai, high tidak terasa tajam kok.

Separasi, Soundstage, dan Detail
Separasi terasa bagus, suara-suara tidak terasa bertumpuk.
Soundstage cukup, belum terasa spacious tapi di telinga saya tidaklah sempit. Yang lumayan adalah depthnya, mana yang lebih dekat/jauh atau depan/belakang lebih terasa, sesuatu yang jarang diberikan oleh IEM 100 rebuan. Yaa jangan dibandingkan dengan IEM mid dan high end tentunya.
Detailnya bagus, detail kecil mudah tertangkap, sayup-sayup di belakang bisa terdengar.

Genre
Menurut saya S100i ini enak untuk genre slow, pop, jazz, blues, akustik, instrumental, classic, dan yang mirip-mirip dengan mereka.
Buat EDM, bassnya terasa kurang nendang, kurang fun jadinya.
Buat musik rock/metal lumayan, tidak ada masalah dalam speed maupun detail, hanya saja presentasi suara yang agak-agak tipis di telinga saya jadinya kurang seru.

Kesimpulan
Anda hanya punya budget 100 rebuan?
Ingin IEM with mic?
Tidak suka yang bassnya besar, dan lebih suka yang suaranya agak bright dan detail?
Abingo S100i adalah pilihan yang tepat, masih jarang IEM with mic di kisaran harga 100 rebuan yang karakternya agak bright dengan detail bagus seperti ini.

Presentasi suara yang agak tipis dan terkadang tajam memang merupakan ganjalan bagi sebagian orang, namun bagi Anda bright lovers saya rasa bukan masalah. Malah sepertinya Anda akan sangat menyukainya, apalagi harganya relatif murah :)

Plus :
- good detail
- suara bening, bersih, jernih
- murah

Minus :
- treble berpotensi tajam di lagu tertentu, terutama genre-genre keras
- keberadaan sibilance di beberapa lagu yang mungkin akan dibenci orang (meski bagi saya sih masih bisa ditoleransi)
- jack licin