30 December 2014

REVIEW Basic M90

Basic striker again!!
Terimakasih pada pihak Basic Indonesia melalui mas Anton Tan yang sudah mengirimkan sample unit Basic M90 ini untuk direview


Setelah meramaikan pasar DAP (Digital/Dedicated Audio Player) entry level melalui Basic K3, kini Basic mencoba merambah pasar penikmat audio yang lebih serius melalui Basic M90.

DAP yang rencananya akan dipasarkan dikisaran Rp 550.000 ini merupakan DAP yang sama dengan Kogan/Ritmix. Kogan/Ritmix sempat nge-hype di forum luar negri, karena katanya sound qualitynya bagus namun harganya sangat miring. Benarkah? Bagaimana dengan performa Basic M90 ini?

Ringkasan Spesifikasi
- Slim and lightweight design
- Memory internal 8GB
- support microSD, tested pakai 32GB dan 64GB, semuanya class 10, semuanya lancar
- layar warna 2,4"
- support file : MP3, FLAC, WAV, M4A (M4A yang lossy, bukan ALAC), APE (file lainnya belum dicoba)
- support lirik (lrc)

Paket Penjualan
Gambar credits to Alan Gustian @introgadget
Isi paket penjualan :
1. unit m90
2. kabel data
3. IEM Basic IE900
4. charger
5. pouch
6. manual book
IEM (In Ear Monitor) bawaannya adalah Basic IE900, rebrand dari Phrodi POD500 namun tanpa mic. Saya bandingkan dengan POD500, suaranya sama kok. Harga IEMnya sendiri Rp 200.000. Paket yang cukup menggiurkan.

Desain dan Build Quality
Tampak depan Basic M90 cukup elegan, bagian depan warna hitam glossy ditemani bezel samping berwarna coklat tua yang akan terlihat seperti hitam di tempat gelap. Bagian hitam glossy ini sangat fingerprint magnet. Terdapat layar berwarna berdiagonal 2,4 inchi, diukur menggunakan penggaris. Hahaha
Di bawah layat terdapat tombol navigasi bulat, ditemani tombol back dan options di sisinya.
Di samping hanya terdapat tombol power ON/OFF. Di bawah terdapat port mini USB, slot microSD, dan jack 3,5mm. Eh, di mana tombol volume, biasanya DAP memiliki tombol volume khusus? Tombol volumenya menyatu dengan tombol navigasi, sedikit menyebalkan. Akan dibahas di bagian navigasi.
Bagian terbaik dari Basic M90 adalah belakang, mirip iPhone 3G, namun lubang kameranya besar. Bagian belakang ini terbuat dari plastik yang dibungkus oleh lapisan kesat, sehingga tidak licin ketika digenggam.
Basic M90 ini ukurannya cukup nyaman digenggam, seperti handphone-handphone medio 2008-an, dengan ketebalan 1 cm.
 
Build qualiy Basic M90 lumayan juga. Meski bobotnya ringan sekali, namun plastiknya terasa padat. Finishingnya pun rapi, tidak ada celah menganga dan tidak ada bagian yang ringkih/terasa goyang-goyang. Bagian mengecewakan sih di tombol-tombolnya yang keras dan bagian muka yang sangat fingerprint magnet.

Layar, Interface, Navigasi, dan Konektivitas
Kualitas layar cukup payah untuk ukuran gadget 2014/2015. Memang sih warna yang tertampil cerah, dilihat di bawah sinar matahari langsung pun masih cukup jelas, namun viewing anglenya sangat buruk. Jika dilihat dari samping, warna langsung pudar. Namun mengingat harga, yaa bisa dimaklumi lah. 

Basic memberikan firmware buatannya sendiri ke Basic M90 ini, sehingga tampilannya berbeda dengan Kogan dkk. Interface responsif, tidak lemot ketika buka menu. Tampilan menunya lumayan keren. Pilihan bahasanya banyak, bahasa Indonesia pun ada.

Total terdapat 12 menu : music, video, photo, recorder, camera, video recorder, FM radio, eBook, Game, Tool, File Navigator, dan Setting. Berikut contoh tampilannya.
Butuh sedikit pembiasaan dengan navigasinya, karena tombol atas/bawah adalah tombol volume. Di system UI manapun, tetap menjadi tombol volume. Untuk bergerak atas/bawah menggunakan tombol kiri/kanan.
Yang menyebalkan, tombol kanan selalu diartikan scroll ke bawah, dan kiri adalah scroll ke atas. Jika UI berganti menjadi landscape, pada kamera misalnya, tetap akan seperti itu. Kadang agak bingung ketika landscape, tekan tombol atas namun di layar malah scroll ke bawah. Hahaha. Untungnya hal tersebut hanya berlaku di system UI, pada game tidak berlaku. Pada game tombolnya menjadi 4 arah biasa.

Bagian yang cukup menyebalkan lainnya adalah navigasi menggunakan tombol-tombolnya. Tombolnya keras dan "cetak-cetek" ketika ditekan.

Konektivitas lalu lintas data hanya menggunakan kabel data, tidak ada konektivitas nirkabel. Transfer data sangat mudah dan cepat, hanya tinggal drag n drop tanpa software khusus. Ketika colok ke komputer, terdapat tiga pilihan mode : power and data, power and play, dan power only.

Fitur
Basic M90 membawa banyak sekali fitur, layaknya sebuah multimedia player. Saya spoiler saja yah, bagi yang ingin baca silakan buka, bagi yang hanya ingin fokus ke musik, langsung lanjut saja ke bawah.

Fitur:
1. Kamera
Basic M90 membekali kamera dengan resolusi maksimal 3,2mp. Terdapat beberapa opsi pengaturan tambahan, diantaranya : white balance, brightness, exposure, dan special effect
Sayangnya, saya melihat kamera ini fake 3,2mp. Terlihat seperti manipulasi digital, seperti diperbesar secara digital sehingga resolusi menjadi 3,2mp padahal hasil kamera murninya lebih kecil.
Kualitas kamera sendiri kurang baik, terlihat kurang fokus, tekstur dan detilnya jelek, dan juga sering overexposure.
Dibawah adalah hasil kamera basic M90 . Klik link ini untuk gambar lainnya agar lebih jelas


2. Video Recorder
Video direkam ke dalam format avi, resolusinya QVGA (320x240) 4:3. Frameratenya berkisar di 22 fps, lumayan lah tidak patah-patah banget seperti handphone kamera jadul yang berkisar di 15fps. Merekam 15 detik video menghabiskan 2MB space memory. Pengaturan dan efek tambahannya sama dengan yang ada di kamera foto.
Hasil rekaman videonya lebih baik dari foto. Warna lebih tajam, meski tetap lack of details and texture. Overall, tetap kurang bisa diandalkan untuk merekam video, apalagi jika standar yang digunakan adalah standar 2014/2015 yang minimal HD 30fps. Merekan dengan video ini seperti balik lagi ke zaman bokep 3GP. Hahaha
Berikut contoh screenshoot full 240x320 video
Klik di sini untuk download contoh videonya (2,3mb)

3. FM Radio
Kualitas radionya cukup baik, terdengar jenih, tidak ada masalah dalam sensitivitas, stasiun radio mudah tertangkap. Tentu saja kabel sebagai antena sangat mempengaruhi kualitas suara. Gunakan autosearch untuk mencari siaran radio, dan kita bisa simpan hinggal 30 channel. Sayangnya tidak bisa direname sesuai keinginan. Gak ada keyboard buat ngetiknya. Hahaha
Oh ya, siaran radio bisa kita rekam juga. Kualitas rekamannya baik, sama seperti mendengarkan langsung siaran radionya. Terdapat tiga pilihan kualitas rekaman (low, med, high), dan lima pilihan gain recording (1-5). Default gainnya di 3.

Beberapa bugs yang ditemui :
1. Misal kita sudah save 30 channel hasil autosearch, sebenarnya yang tersimpan itu 15. Loh kok? Misal channel 1 itu radio X 99,3 MHz
Nah channel 2 nya itu tetep radio X 99,3 (5) MHz
Channel 3 baru stasiun radio yang tertangkap selanjutnya, yaitu radio Y 98,0 MHz
Channel 4 nya tetep radio Y 98.0 (5) MHz
Channel 5 baru radio berikutnya.
Wasting space!

2. Jika kita melakukan aksi terhadap radio, misal kita pindah ke channel berikutnya yang telah tersimpan, atau kita hapus suatu channel, maka radio akan dead silent, gak keluar suara. Untuk menyalakannya kembali, tekan option > mute, kemudian sekali lagi tekan option > play, baru muncul suaranya lagi.

4. eBook
Saya memasukkan tiga format, txt, pdf, dan doc, yang terbaca hanya txt. Maaf saya tidak punya format lainnya


5. Games
Basic M90 bisa memainkan format NES, SFC, GBD, MD. Sudah pre-installed dua game NES, yaitu tank dan tetris. Kabar baiknya, kini tombol navigasi 4 arahnya benar-benar sebagai tombol navigasi atas-bawah-kiri-kanan, bukan atas/bawah=volume dan kanan/kiri=naik/turun layaknya di system UI


6. Sound Recorder
Format rekaman bisa WAV atau MP3, dengan pilihan record gain 1-5 (defaultnya 3). Hasil rekamannya lumayan, cukup bersih dan detil. Dibandingkan dengan hasil rekamannya samsung galaxy S2 sih basic M90 masih kalah yah, hasil rekaman galaxy S2 msh lebih bertekstur dan depth lebih terasa. Kesan jarak lebih gamblang.

7. Tool
Calculator. Sedikit gak berguna, karena makenya males. Selain karena bukan touchscreen dan tidak ada tombol alfanumerik, semua dikacaukan oleh apalagi kalau bukan navigasinya. hanya bisa kanan/kiri sampai kita menemukan tombol kalkulator yang ingin dipencet, atas bawah tidak berfungsi karena kembali menjadi tombol volume. Wasting time, dihitung manual pake otak kayaknya lebih cepat
Calendar. Kalender penunjuk tanggal standar aja. Gak ada hari libur kalender indonesia, sesuatu yang paling dicari. Hahaha
Stopwatch. Selain stopwatch standar, ada juga lap mode
PC camera

8. File navigator
Inilah "windows explorer"nya basic M90, dan bisa menunaikan tugasnya dengan baik! Bisa copy, paste, delete, dan multiselect. Bisa membuka gambar/musik dan file lainnya langsung dari sini.



Musik
Berikut alat perang yang digunakan dalam review ini
Source component pembanding : centrance dacport, samsung galaxy S2, Kogan
Cans : Basic IE900, moxpad X6, Baldoor earbud, ATH IM-02
Ampli : GSH

Sorting lagu cukup lengkap, bisa all music, artist, album, genre, dan juga berdasarkan folder penyimpanan. Tak lupa, kita pun bisa membuat playlist sendiri. Sayangnya library tidak mengupdate file dari microSD, hanya dari internal memorynya saja (akan diupdate bila ketemu caranya). Kalau mau buka file yang tersimpan di microSD, harus masuk ke menu dir list.
File support cukup banyak, MP3, FLAC, WAV, M4A (M4A yang AAC bisa, klo ALAC gak bisa), APE dan sisanya belum saya coba.
Tampilan music player cukup keren, albumart tertampil mini dan ada visualisasi graphic equalizer dibawahnya. Ada menu lyric, ditest menggunakan file lrc bisa tertampil sempurna

Terdapat beberapa preset equalizer, namun tidak bisa custom equalizer. Set EQ ke normal saja, menurut saya sudah paling oke suaranya,
Play mode bisa shuffle, shuffle+repeat, repeat one, repeat all, dan sequence. Namun tidak bisa gapless playback. Akan saya update bila sudah ketemu trik/caranya.

Ada sedikit noise ketika kita jalan-jalan di menu musik dan ketika akan play lagu. Katanya sih Basic M90nya lagi baca memory, menimbulkan noise seperti itu. Pada Kogan pun demikian, jd hal ini bisa dibilang normal. Tidak mengganggu kecuali kitanya lebay atau sengaja dicari.

Pada unit yang saya bahkan terdengar hiss plus noise-noise kecil di background ketika memutar lagu. Namun ketika ditanya ke dua orang pengguna M90 lainnya, mereka tidak mengalami hal yang sama. Katanya ketika musik sudah berjalan, hiss dan noise tidak terdengar. Berarti hanya pada unit saya saja. Syukurlah, saya kira semua unit seperti itu.

Langsung saja kita colok earphone ke jacknya Basic M90..
Kesan pertama saya nyetel musik dengan Basic M90 ini adalah....
Untuk DAP Rp 550.000 suaranya terbilang bersih dan jernih. Tiap tone yang keluar, tiap bunyi-bunyian instrumen yang didendangkan, semua terasa bersih dan jernih. Detilnya pun oke banget, microdetail mudah terdengar, detil-detil tiap instrumen nongol semua. Separasi pun terbilang oke, suara tidak bertumpuk, semua saling lepas. Cakep bener buat DAP yang harga barunya segini.

Kesan kedua adalah, soundstagenya garis doang, imagingnya kurang bagus. Kalau dibilang lebar sih iya terasa lebar, namun kesannya seperti dari kuping kiri ke kuping kanan saja. Imagingnya kurang oke, kesan jarak jauh/dekat kurang terasa. Bahasa kerennya, imagingnya 2D banget.

Kesan ketiga adalah, cenderung datar (kurang dinamis).
**datar disini bukan datar respon frekuensi yah, tapi datar karena kurang dinamis**
Kadang-kadang saya jadi agak bosan nih, kurang semangat suaranya.

Soal warna suara, Basic M90 ini nuansanya secara keseluruhan agak bright.
High nya crisp, kadang terdengar agak tajam, tp gak sampe level mengganggu kok. High tidak terasa buntung, suara-suara gemerincing di high terasa jernih dan detailed.
Midrange dan vokal mengedepankan presentasi jernih dan detil, bukan sweet dan intim. Vokal agak forward dan beningggg, namun menurut saya agak kering, cenderung datar, dan kurang emosional. Sibilance pun kerap muncul menghiasi vokal, meski tidak sampai mengganggu banget. Instrumen-instrumen yang kebetulan numpang main di midrange seperti gitar akustik dan dentingan piano terasa jernih dan detil, hanya saja terkesan datar, kurang dinamis.
Bass Basic M90 ini sedang-sedang saja kuantitasnya. Terasa kurang deep, low bassnya kurang berimpact, dan kurang nge-punch. Bagi Anda pecinta bass nendang sampai sub bass yang geter-geter, Basic M90 ini mungkin mengecewakan Anda. Presentasi bass M90 ini cenderung tight, buat nyetel musik metal dan sejenisnya yang butuh speed cepat, bassnya tidak terasa keteteran. Bassnya bersih dan memiliki kontrol yang baik, tidak bleberan kemana-mana. Good enough, Andai saja low bassnya lebih berimpact lagi, bakal seru nih.

Saatnya coba menggunakan amplifier. Colok langsung ke GSH, hasilnya jadi enak. M90 yang asalnya kering dan kurang dinamis, sekarang jauh lebih sweet, vokal lebih berasa emosinya. Terasa lebih dinamis juga dibandingkan direct langsung ke headphone out M90 yang terasa datar. High jadi lebih kalem, namun cringnya tetap dapet. Depthnya lebih terasa, meski untuk selera saya tetap masih kurang.

Baterai
Untuk memutar file WAV dan FLAC, Basic M90 ini tahan 8 jam. Pemakaian 70% layar mati sambil memutar musik, 30% layar menyala buat oprek-oprek dan ganti lagu. IEM yang digunakan basic IE900, volume level 14 dari 31.
[UPDATE] Test dengan pemakaian 100% musik saja tanpa oprek-oprek, file WAV/FLAC, layar hampir selalu mati, tercatat ketahanan batrenya 12 jam 25 menit
Charging timenya kurang dari satu setengah jam, menggunakan kepala charger 5V 1A.

Bugs dan Beberapa Hal Menyebalkan Lainnya
Hal ini mungkin tidak terjadi di semua unit, tapi setidaknya sudah lebih dari satu unit mengalaminya (di unit saya dan keluhan dari pengguna lainnya)
1. Sebagian kecil tag lagu, terutama file WAV, tidak terupdate ke library, sehingga masuk ke "unknown artist". Padahal di player lainnya terbaca
2. Music library hanya update dari memory internal saja, lagu di microSD tidak masuk ke library
3. noise/hiss saat di menu musik, terutama saat pindah-pindah lagu. Diluar menu musik tidak ada
4. firmware belum 100% stabil (akan diupdate oleh pihak Basic)

Tips and Trick Bagi Pengguna Basic M90
Berikut beberapa tips, trick, tutorial, problem solving, dsb tentang basic M90. Akan diupdate seiring pertanyaan yang masuk mengenai penggunaan Basic M90
tips and trick:
Problem 1 : Basic M90 suka mati sendiri kalau dibiarkan lama tanpa aktivitas dalam kondisi ON, tidak bisa hidup lagi meski sudah pencet tombol sana-sini. Harus direstart kalau mau nyala lagi
By default, idle timenya Basic M90 itu 5 menit. Itu yang membuat M90 kalau didiamkan lama suka mati sendiri, dan anehnya tidak mau hidup lagi meski sudah pencet tombol-tombol.
Agar tidak terjadi seperti itu, masuk ke Settings > power saving > idle time. Ubah idle time menjadi OFF
Jangan lupa, setelah mengubah setting, tekan dan tahan tombol OK (tombol tengah) sampai M90 mati, kemudian tekan+tahan lagi tombol OK sampai menyala. Cara ini harus dilaukan untuk menyimpang settingan yang kita ubah

Problem 2 : Basic M90 suka ngerestart sendiri
Untuk restart ini, ternyata tidak ada hubungan dengan firmware. Ini terjadi karena saklar on off nya kurang connect. Cara mengatasinya sederhana sekali, cukup switch digerakkan on-off secara cepat 20 - 30x

Tips 1 : M90 lemot dan suka restart randomly ketila browse microSD
Biasakan jangan mengisi microSD sampai penuh, idealnya 75%-80%. Kalau memang suka mengisi sampai penuh apalagi microSDnya 32GB ke atas, pakailah microSD dengan kemampuan read/writenya tinggi, disarankan minimal class 6. Saya pakai microSD class 10 sudah sangat baik.
MicroSD terisi 50%, class 10, tapi masih lemot dan restart randomly?
Jangan terlalu cepat dalam navigasi, sabarlah. Ingatlah ini produk entry level tapi dijejali banyak fitur. Jika Anda beli DAP 10 juta tapi lemot sekali, baru silakan protes :D

Tutorial 1 : menampilkan lirik di M90
1. cari file lrc dari lagu yang ingin Anda lihat liriknya. Gunakan aplikasi pencari dan penampil lirik seperti minilyric (PC),  AndLyric (Android) agar Anda mendapatkan lirik yang timingnya sesuai.
2. Masukkan file lrc ke folder yang sama dengan lagu yang ingin diputar di M90. Nama file lagu dan lirik harus sama, kalau belum silakan rename
3. Masuk ke menu Music. Tekan options > display mode > lyric
4. Lirik Anda akan tertampil di bawah Albumart



Update Firmware
Untuk menyelesaikan bugs dan permasalahan sistem lainnya, Basic memberikan firmware update pada pengguna Basic M90. So, bagi pengguna M90, silakan coba update firmwarenya ke yang paling baru, dan jangan lupa selalu berikan masukan pada Basic untuk update berikutnya
Update Firmware:
Siapkan dulu bahan-bahan untuk update firmware, yaitu file firmware (*.fw) dan software product tool
Update 25 Matret 2015
- fixed generating playlist stuck

Langkah update :
1. Install Product Tool ver 5.46
2. Setelah selesai, restart computer anda
3. Jalankan Batch Tool
4. Import Firmware, dan pilih file firmware, lalu klik Replace
5. GESER POSISI SAKLAR KE OFF - COLOK KABEL USB KE PLAYER*
(a) Pada saat player terdetect, Windows akan mendeteksi hardware baru, harap di arahkan ke : c:\program files\media player product tool 5.46\Driver
(b) Bila install driver failed, harap masuk ke device manager, cari unknown device lalu update driver, sampai terdetect Action HS Chipset
(c) Bila windows tidak mendetect hardware baru, lompat dulu ke langkah nomor 7
6. Found total 2 USB device : 2 disk , 0 ADFU
7. Klik Download - tunggu sampai selesai
8. Bila status belum succeed ulangi langkah dari nomor 5 sampai succeed
9. Sesudah succeed, tutup program batch tool, cabut kabel USB
10. GESER POSISI SAKLAR KE ON, Generate playlist, tunggu. Lalu tekan play lama untuk off. Setelah masuk ke menu, anda langsung dapat colok lagi kabel USB (posisi saklar on) untuk mulai transfer lagu

Catatan :
1. Saat anda mengcopy lagu ke dalam player, harap posisi player selalu posisi ON, karena saat kabel dicabut, player akan otomatis generate play list, untuk membuat menyusun library.
2. MATIKAN player dengan cara TEKAN TOMBOL PLAY LAMA DULU, JANGAN LANGSUNG SAKLAR SWITCH ON OFF, agar library ter-save. Untuk berikutnya player tidak akan "generate playlist" lagi, sampai bila anda mengisi atau merubah isi lagu lagi. Selain itu juga posisi lagu terakhir juga terekam.
2. Saat mencabut kabel dari USB pastikan lakukan "safe remove hardware"
3. Untuk pengisian lagu, jangan sekaligus banyak, diisi per 2 GB saja secara bertahap.

Kesimpulan
Sebagai sebuah proper DAP, dalam artian DAP yang memiliki tombol navigasi memadai dan layar informatif untuk membantu memilih lagu, Basic M90 saya rasa worth to buy. Basic M90 ini cocok bagi Anda yang suka karakter bright.
Basic M90 memberikan suara yang bersih dan detil, very nice untuk sebuah DAP entry level. Untuk ukuran IEM bawaan DAP, IE900 bisa dibilang sudah bagus kualitasnya, meski orang-orang yang lebih serius tentu lebih memilih IEM favoritnya masing-masing.

Kekurangan utamanya menurut saya sih suara datar, kurang dinamis, agak kering, dan imaging yang 2D. Penggunaan amplifier mungkin akan menambal kekurangan tersebut, silakan bereksperimen sendiri cari sinergi yang pas

Extra features? Ah overrated menurut saya. Toh kualitas kamera, video, game, dkk nya juga tidak bagus menurut saya.

Plus :
- suara bersih dan detil
- ada layar warna yang cukup besar, fasilitas pemutar musik lumayan lengkap, bisa menampilkan Albumart dan lirik
- banyak fitur tambahan yg sialnya gak optimal juga sih
- IEM bawaan lumayan, Basic IE900 alias rebrand dari phrodi POD500. Kalau gak suka tinggal jual/lelang aja

Minus :
- tombol navigasi keras, navigasi menu pada awalnya bikin tanggung. Butuh pembiasaan
- suara datar (kurang dinamis) , agak kering, imaging 2D
- firmware kurang stabil (akan diupdate oleh Basic)

07 November 2014

REVIEW Fostex TE-02 waterproof in ear monitor

Sebenarnya ini bukan IEM baru, tapi menyusul makin maraknya gadget tahan air terutama handphone high-end, gak afdol doong kalau earphonenya gak tahan air juga. So, saya coba sharing salahsatu pilihan IEM tahan air dengan harga Rp 420.000. Versi barunya (TE-02n) dijual Rp 550.000. Harga dipantau pada November 2014

Fostex TE-02 diklaim sudah memiliki 2 standar ketahanan internasional, yaitu IPX5 dan IPX7.
IPX5 : Tahan terhadap semburan air - Air disemprotkan dari segala arah dengan diameter nozzle 6.3 mm pada debit air 12.5 liters/min dan tekanan air 30 kN/m2, selama 3 menit dari jarak 3 meters.
IPX7 : Tahan direndam selama 30 menit pada kedalaman 1 meter

Sounds promising? Yes...
Jika ketahanan terhadap airnya sudah terlihat oke, bagaimana dengan suaranya?

Spesifikasi
Type : Dynamic
Frequency Response : 20 - 15 KHz
Impedance : 16Ohm
Sensitivity :93dB/mW
Max.Input :50mW
Plug : 3.5mm Stereo Mini
Cable Lenght : 1.2m
Accessories : Eartips (XS, S, M, L)

Paket Penjualan dan Aksesoris
Tidak ada yang menarik di paket penjualan. Hanya sebuah IEM dan 4 pasang eartips

Desain, Build Quality, dan Kenyamanan
Fostex TE-02 memberikan dua pilihan warna : putih dan hitam. Dua warna yang paling "aman", dibanding warna pink, kuning, dkk yang hanya disukai kalangan tertentu saja.
Housing seluruhnya terbuat dari plastik glossy yang rigid, tidak terasa murahan dan ringkih. Coating kabel berbahan karet yang kesat, sayangnya kabel ini bahannya "bouncy" alias mentul-metul, jadi kalau lama digulung akan meninggalkan bekas lipatan. Jack berbentuk L (L-shaped) dan gold plated.
Beralih ke desain, bentuk Fostex TE-02 ini cukup bagus, tidak hanya bulat membosankan seperti kebanyakan IEM.
Dengan bentuk yang seperti itu, saya rasa lebih keren kalau dipakai over ear. Sayangnya jika ingin nyaman dipakai over ear, memakainya harus dibalik antara speaker kanan dan kirinya, kadang menimbulkan imaging yang aneh ketika didengar.
Nozzle Fostex TE-02 berukuran cukup besar, tips seperti sony hybrid dan ukuran universal lainnya bisa masuk, hanya harus sedikit dipaksakan.

Soal kenyamanan, yaa rata-rata lah. Sangat mudah mendapatkan fitting dan seal yang sempurna, hanya saja untuk pemakaian dalam waktu yang lama terasa agak mengganjal di dalam telinga.

Suara
Hardware yang digunakan untuk test :
1. DAC centrance dacport. Karakter sangat netral, minim sekali kolorasi. Cukup baik untuk dijadikan acuan. Player yang digunakan foobar 2000.
2. Hifiman HM601 slim. Karakternya warm, midrange tebal, vokal forward.
Semua lagu dalam format WAV dan FLAC

General Character dari TE-02 menurut subjektivitas saya :


Low
TE-02 termasuk IEM yang agak pelit bass, kuantitasnya tidak banyak. Begitupun impactnya, tidak bergitu kuat menendang gendang telinga. Seperti ada cut off di frekuensi sangat rendah, sehingga jangan harap akan muncul getar-getar sub bass. Soal kualitas bass sendiri cukup oke laah, kontrolnya oke, tidak ada yang meleber dan menutupi frekuensi lainnya, jernih, dan detil.

Mid
Ini sisi superspesial dari TE-02, terutama vokalnya. Vokalnya sangat intim, jernih, bening, mengalun dengan sangat-sangat emosional di tiap untaian kata-kata yang keluar dari bibir penyanyi. Sangat-sangat lepas, dan seperti memiliki "dimensi". Gunakanlah DAP yang warm (misal hifiman HM601), vokal menjadi sangat-sangat baik untuk harga segini.

High
High terdengar sparkling dengan kuantitas yang banyak, terkadang ada peak yang tajam, namun tidak terlalu mengganggu karena kemunculannya juga jarang-jarang. Mungkin untuk suara-suara simbal, kerap terdengar tajam dan kurang bertekstur, namun masih bisa dimaklumi lah.

Separasi, soundstage, detail
Separasi bagus, semua saling lepas, tidak ada yang lengket, dan rapi.
Soundstage cukup unik. Bicara ukuran stage, terasa tidak terlalu luas, hanya diatas rata-rata. Namun, suara seperti mengelilingi kepala 360 derajat, kesan 3Dnya terasa sekali.
Detail baik, detil yang kecil-kecil terdengar dengan mudah.

Genre
TE-02 sangat spesial di genre vokal, tidak pernah saya menemukan vokal segila ini pada IEM dibawah 500.000, bahkan dibawah sejuta sekalipun. Coba dengarkan Yao Si Ting file lossless, padukan pada DAP yang warm, dan rasakan keintiman vokalnya yang luar biasa.
Sahabat TE-02 lainnya adalah genre slow, tidak agresif. Misalnya pop, jazz, atau classic.
Untuk musik agresif seperti rock. metal, terasa kurang semangat, terlalu lembut, meski speed tidak keteteran

Kesimpulan
Fostex TE-02..
IEM dengan teknikaliti biasa saja untuk ukuran Rp 420.000. Namun paduan kedasyatan vokal dan karakter soundstage uniknya, membuat IEM ini akan memiliki penggemar tersendiri. Presentasi vokal yang mengalun dengan sangat indah seperti TE-02 ini tidak bisa saya temui pada IEM dibawah 500.000 lainnya.

Bass yang lemah dan high yang terkadang tajam tidak memberikan penilaian jelek TE-02 di kuping saya, karena saya benar-benar teralihkan oleh vokalnya.

Fitur ketahanan terhadap air? Bagi saya sih hanya gimmick tambahan saja.. Karena.. Lagi-lagi saya teralihkan oleh vokalnya yang indah..

Plus :
+ outstanding vocal performance
+ fitur tahan air

Minus :
- teknikaliti biasa saja, karakternya tidak mudah diterima semua orang

Should I buy this one?
Jika Anda penggemar vokal dan suka karakter sedikit bright, tidak mendambakan bass yang nendang, TE-02 is very recommended

01 November 2014

[IMPRESSION] Basic K3 Digital Audio Player - Indocomtech 2014

Salahsatu yang saya ingin coba dari Indocomtech 2014 pada bulan November ini adalah unit basic K3. Maklum, sangat jarang DAP (Digital/Dedicated Audio Player) dengan harga Rp 300.000 dengan kualitas yang oke. Nah, bagaimana dengan basic K3 ini?

Kelengkapan
- Basic K3
- IEM Basic IE-70HD
- Charger
- Shirt Clip
- Pouch
- strap

Desain
Bentuk kubus dengan dimensi 2,5x2,5x2,5cm, basic K3 terlihat sangat identik dengan DAP The cube, hanya saja K3 menyempilkan layar mini di salahsatu sisinya sebagai pemberi informasi lagu, menu, dll. Warna-warna yang ditawarkan sangat beragam, colorfull, terlihat cocok dengan kaum muda energik, dan akan terlihat norak bila dipakai om-om berusia diatas 35 tahun. Bahan full plastik yang kualitasnya biasa saja, membuat K3 ini terkesan seperti mainan anak, kurang ada kesan feel "mahal" ketika disentuh.
Kabar baik, K3 tidak lupa memberi tombol-tombol kontrol musik yang lengkap plus enak disentuh dan dioperasikan. Tercatat ada tombol next/previous, play/pause, back, dan volume. Tombol volume menyatu dengan tombol next/previous, tekan sekali untuk next/previous dan tekan+tahan untuk adjust volume.
User interface dari K3 ini sangat friendly, saya rasa Anda tidak perlu membuka buku manual untuk mengoperasikannya. Kecerahan layar sangat memadai, dengan font yang mudah dibaca. Sayang scrolling text pada layar terlihat patah-patah, sehingga UI terkesan murahan.

Fitur
Selain pemutar musik, K3 memberi extra fitur antara lain radio dan voice recorder. Cukup oke lah untuk sebuah DAP sekecil ini. Kualitas radio standar, sedangkan perekam suara tidak saya coba.

K3 ini support file FLAC, MP3, WAV, dan WMA, terbilang sangat oke untuk harga segini. Basic K3 menggantungkan kapasitasnya pada memory eksternal (microSD) sampai 32GB. Sudah cukup lega, namun Anda harus menyiapkan uang tambahan karena microSD tidak disertakan dalam paket pembelian.

Suara
IEM yang diberikan cukup berkualitas, yakni Basic IE-70HD alias jimbon yang sudah sangat terkenal bagi kalangan audio kere-hore :D
Secara keseluruhan, Basic K3 memberikan nuansa suara yang warm, jernih, tidak ada hum/hiss/noise seperti DAP kelas low end murahan.

Sektor low terasa sedikit boomy, ekor bass agak panjang namun tidak terlalu mengganggu. Bass terasa empuk dan memiliki body yang cukup, sehingga terasa sangat fun.
Vokal terasa pas di tengah, tidak forward maupun laidback. Kualitasnya biasa saja, tingkat kejernihan sudah baik, namun terasa datar.
High cenderung sopan, tidak tajam dan agresif. Presentasinya smooth, tidak tajam dan tidak tertutup bass. Crisp simbal cukup oke, ekstensi high biasa saja, dan seperti ada sedikit roll off di frekuensi tertinggi.
Separasi baik, suara tidak ada yang bertumpuk. Soundstage standar, tidak bisa dibilang luas namun tidak sempit juga. Detail lumayan, meski microdetail sulit terdengar, namun untuk kenikmatan bermusik sudah lebih dari cukup.

Baterai
Basic mengklaim baterai bisa digunakan untuk 7 jam non stop. Standar lah.

Kesimpulan
Dengan harga Rp 300.000, Basic K3 mungkin bukan DAP dengan sound quality yang superb. Namun, jika Anda mencari DAP yang sudah "tinggal pakai" alias sudah dapat earphone yang enak di paket pembelian, saya rasa dengan harga Rp 300.000, Basic K3 merupakan best deal. Apalagi support beberapa format lossless seperti FLAC dan WAV, plus didukung slot memory, semakin menambah kekuatan Basic dalam merebut pasar low end.

Plus :
- format file banyak : WAV, MP3, FLAC, WMA
- bentuk simpel, ada layar, tombol ergonomis
- earphone bawaan oke
- sound quality cukup bagus
- slot memory external

Minus :
- soundstage kurang luas
- very cheap build

01 September 2014

[SHORT REVIEW] ISK AT2000 dan ISK AT3000

Short review?
Yap, biasanya barang yang saya review didapat dengan membeli sendiri atau dipinjami selama beberapa waktu sehingga saya bisa memberi penilaian sedetil mungkin sampai ke desain dan build. Namun kali ini karena barang bukan punya saya, jadi saya akan menitikberatkan review pada suaranya dibanding sisi lainnya.

Sudah lama rasanya kita tidak melihat headphone circumaural (fullsize) kisaran Rp 300.000 yang kualitasnya top. Dulu sih ada jajaran superlux, namun sejak menggilanya dollar maka menggila pula harganya bahkan sampai melambung diatas Rp 500.000.
Namun kini muncul ISK, sebenarnya bukan pemain baru sih. Karena segmen dia lebih sering ke studio monitoring/recording, maka gaungnya kurang terdengar di kalangan pecinta headphone musik.
Terimakasih untuk mas Sandya Maulana atas ISK AT2000nya, dan mas Ryan Anugrah atas AT2000 dan AT3000nya.

ISK AT2000 dihargai Rp 250.000, sedangkan AT3000 dihargai Rp 350.000. Harga dipantau pada September 2014. Menarik sekali bukan?

Desain, Build Quality, dan Kenyamanan

ISK AT2000
Bentuknya sekilas sangat dekat dengan Superlux HD661. Seluruh body terbuat dari bahan plastik yang cukup tebal dan kokoh, tidak ada suara crack ketika digunakan. ISK AT2000 hanya memberikan satu pilihan warna yaitu hitam. Pad berbahan pleathernya berbentuk oval dengan ukuran yang pas-pasan, sehingga bagi Anda yang bertelinga agak besar jika menggunakan AT2000 dalam jangka waktu yang lama akan terasa panas.

ISK AT3000
Bentuknya sekilas sangat mirip dengan superlux HD681 series. Sama seperti AT2000, seluruh body terbuat dari plastik yang cukup kokoh dan hanya ada pilihan warna hitam. Perbedaannya adalah, AT3000 menggunakan pad berbentuk lingkaran dengan diameter yang sedikit lebih lebar, sehingga lebih nyaman digunakan berlama-lama dibandingkan dengan AT2000.

Suara
Seperti biasa, saya mengandalkan laptop dan DAC centrance dacport dalam sebagian besar review yang saya tulis. Begitupun dengan ISK AT2000 dan AT3000 ini. Oh ya, mereka relatif enteng didrive, tidak butuh amplifier yang powerfull agar bersuara nyaring.
ISK AT2000
ISK AT2000 memiliki suara yang warm, relatif flat dengan sedikit emphasis di low frequency. Namun emphasis di low ini tidak serta merta menjadikan AT2000 sebagai headphone yang basshead atau overcoloured.
Bass memiliki kuantitas yang cukup besar dan sangat berkualitas, dimana punch impactnya baik sekali, sangat terkontrol, rapi, dan tidak beleberan. Diajak menyetel musik bertempo cepat pun tidak terasa keteteran.
Midrange dan vokal terdengar bersih dan lepas, cenderung flat, kurang sweet dan emosional. Sepertinya AT2000 lebih mengedepankan akurasi suara ketimbang kolorasi yang membuat vokal terasa sweet. Tidak ada kesan kasar dan sibilance disini, semua terasa smooth.
Treble terasa cukup sparkling namun dalam kadar yang pas, sama sekali tidak terasa tajam dan overbright. Detail-detail kecil sangat terasa disini, seperti pukulan simbal yang terasa real bertekstur.
Soundstage terasa biasa saja, tidak terlalu luas namun tidak terlalu sempit juga. Imagingnya baik, meski tidak luas namun terasa sekali darimana arah datangnya suara. Separasi pada awalnya terasa agak bertumpuk, namun jika sudah burn-in diatas 50 jam maka tidak terasa bertumpuk lagi. Detail terbilang oke, tidak ada komentar disini, detail-detail kecil mudah tertangkap.

ISK AT3000
ISK AT3000 sebenarnya memiliki sound signature yang mirip dengan ISK AT2000. Namun dengan harga yang terpaut Rp 100.000, ISK AT3000 memberi beberapa peningkatan dibanding ISK AT2000.
Pertama, respon frekuensi AT3000 terasa lebih flat, tidak terasa ada emphasis pada low frequency seperti pad AT2000. Bass pada AT3000 terasa lebih tight, kuantitas tidak sebanyak AT2000, namun impactnya masih terasa oke. Kualitasnya meningkat, dimana bass terasa lebih terkontrol dan detil.
Kedua, soundstage yang lebih megah. Lebih terasa width dan depthnya. Imaging instrumen lebih terasa jelas di AT3000.
Ketiga, separasi dan detail yang lebih baik. Sekarang semua instrumen terasa saling lepas dengan detail yang baik sekali di kelas harganya.
Selain ketiga hal tersebut, saya rasa AT3000 memiliki karakter yang mirip dengan AT2000. Midrange dan vokal bersih dan open namun tidak sweet, serta high memiliki sparling yang cukup dan tidak terasa tajam atau overbright.

[UPDATE] Amplifying?
Pada setiap test saya selalu menggunakan source sejujur mungkin, yang sangat minim kolorasi. Bagaimana jadinya jika AT2000 dan AT3000 ini diberi amplifier tambahan?
Amplifier yang saya coba gunakan :
- fiio E6 (basshead amp)
- bengkel macro V4 MK II (menambah kuantitas high, low dan mid lebih rapi, soundstage wide)
- Moeny (warm, sweet, wide soundstage, very good separation)
- Bravo ocean (very warm, very sweet, smooth high)

Menggunakan fiio E6 membuat AT2000 terasa berlebihan bassnya, menjadi lebih boomy. Pada AT3000 responnya lebih baik, bass lebih berisi tanpa ada rasa berlebihan dan bleberan. Memang kondisi standarnya AT3000 bassnya lebih tight.

Lain halnya ketika menggunakan bengkel macro V4 MK II, AT2000 yang asalnya soundstagenya tidak luas menjadi lebih luas, terasa lebih melebar dengan positioning yang lebih oke. High terasa lebih lepas, sedikit lebih bright highnya tapi tidak menjadi tajam, justru menjadi lebih rapi sparknya. Pada AT3000 pun demikian, high terasa lebih sparkling dan rapi tapi tidak membuat tajam, soundstage hanya sedikit melebar tidak seimprove AT2000. Detil kecil menjadi sangat mudah ditangkap.

Bagaimana dengan amplifier  moeny, yang warm and sweet? Moeny memberikan improvement yang oke sekali bagi AT3000. Midrange terasa menjadi lush and sweet, beda dengan colok langsung dacport yang cenderung rata. Soundstage lebih berbentuk, lebih terasa 3D dan imajinasi tata letak instrumen semakin bagus. Pada AT2000 pun sama, memberi kesan sweet namun improvementnya tidak seWOW pada AT3000. Sinergi dengan AT3000 baik sekali.

Bravo ocean juga memberi improve yang baik pada AT3000, sweet mid semakin menjadi-jadi, high cenderung "soft" tanpa mengurangi kuantitasnya. Pada AT2000 malah terkesan agak mendem dan dull, menjadi terlalu warm. Saya pribadi kurang impresif jika kedua headphone ini diberi tube amplifier, berbeda dengan superlux atau takstar yang semakin menggila jika bertemu dengan tube..

So, kesimpulannya, AT3000 memberikan improvement yang oke sekali ketika ditambahkan amplifier, terutama jika bertemu dengan amplifier yang warm and sweet seperti moeny. Midrange menjadi indah, vokal lebih terasa emosinya. Sedangkan AT2000 lebih oke jika diberi amplifier yang improve di high dan soundstage, seperti bengkel macro V4 MK II.

vs Takstar HD2000?
Mungkin jika membahas headphone dibawah Rp 500.000, Anda akan langsung membawa takstar HD2000 sebagai benchmarker. Melihat kelas harga, AT3000 lah yang menjadi lawa sepadan, dimana AT3000 lebih murah Rp 100.000 dari takstar HD2000.
Sual suara, HD2000 unggul dalam hal-hal teknis, seperti detail yang jauh lebih yahud, dan soundstage+imaging yang lebih mantap. Akurasi posisi dan imaging HD2000 levelnya sudah diatas AT3000, sense of space pada HD2000 terasa lebih megah dan besar dibanding AT3000.
AT3000 unggul pada keseimbangan respon frekuensi, dimana from low to high komposisinya pas, tidak ada emphasis berlebihan. HD2000 terasa lebih bright dengan high yang agak peaky dan impact bass yang tipis, tidak se-empuk dan senendang AT3000.

Kesimpulan
Kedua seri ISK ini sangat layak masuk daftar belanja Anda yang mengidamkan headphone berkualitas dengan harga terjangkau.
ISK AT2000 dengan harga Rp 250.000 memberikan suara yang balance dengan sedikit emphasis di bass sehingga terasa lebih fun.
ISK AT3000 dengan harga Rp 350.000 memberikan suara yang sangat balance dari low hingga high, tidak ada emphasis berlebihan, serta soundstage yang lebih besar dan megah dibanding AT2000.

Keduanya sama-sama memiliki kelemahan di midrange dan vokal yang cenderung flat, kurang sweet. Pengecualian bagi AT3000, jika diberi amplifier yang warm and sweet midrange improve signifikan.
Bisa dimaklumi, mengingat headphone monitoring biasanya dituning agar lebih flat akurat dibanding sweet dan musikal.

Antara AT2000 dan AT3000, mana yang lebih worth to buy? Dua-duanya sangat wothed, beda Rp 100.000 sangat sepadan dengan peningkatan suara yang diberikan. So, silakan disesuaikan dengan budget Anda.

29 July 2014

REVIEW dasetn MC5

Dasetn strike again..
Kali ini dasetn mengeluarkan earbud seharga $10. Untuk menambah daya tarik, housingnya dibuat transparan, jadi kita bisa melihat isi di dalam earbud ini.
Seperti apa performa earbud yang banyak dihargai Rp 150.000 (Juli 2014) oleh penjual dalam negri ini?

Paket Penjualan
Agar sesuai dengan tema "transparent earbud", dasetn pun membuat packing dari mika transparan berbentuk silinder. Di dalamnya terdapat earbud MC5, 3 pasang sponge (2 full sponge, 1 donut sponge), sebuah shirt clip, dan satu penggulung kabel berbentuk tulang ikan. Tidak diberikan hardcase, namun Anda bisa menggunakan wadah silindernya sebagai hardcase saat bepergian.

Design, Build Quality, Kenyamanan
Desainnya sih sudah tidak asing : housing sejuta umat. Namun dengan dibuat menjadi transparan, saya rasa ini menarik sekali. Saya pribadi lebih suka ide seperti ini daripada melapisi semua body dengan chrome seperti Tingo TG38s . Lubang keluarnya suara pun modelnya full merata di permukaan earbud, bukan pola melingkar mengelilingi bagian tengah yang tertutup. Desain seperti ini memungkinkan efek penggunaan donut sponge menjadi maksimal.

Sama seperti Dunu Trident, dasetn tidak memberikan indikator left dan right pada housingnya. Sebagai gantinya, digunakanlah indikator warna. Titik berwarna biru adalah left, dan titik merah adalah right. Lihat pada gambar untuk lebih jelasnya.
Jack sudah gold plated dan bentuknya straight, dengan profil ramping dan badannya terbuat dari karet, sehingga tidak licin layaknya Tingo TG38s
Build quality dan kenyamanan baik, standar housing sejuta umat lah yang rata-rata plastiknya solid dan sambungan housingnya rapi. Dipakainya agak-agak besar mengganjal tapi masih nyaman kok.
Saya suka sekali dengan bahan kabelnya. Tidak meninggalkan bekas tekukan ketika digulung, dan juga tidak "bouncy", sehingga kabel selalu terlihat rapi, apalagi diberi tambahan tulang ikan penggulung kabel. Ditambah lagi keberadaan shirt clip, semakin membuat MC5 ini nyaman digunakan.

Suara
Dasetn MC5 sudah melalui proses burn-in selama 100 jam.
Setup yang digunakan seperti biasa, laptop dengan DAC centrance dacport

General Character MC5 menurut subjektivitas saya :

Low
Kuantitasnya banyak alias bassnya besar namun bukan tipikal menghantam kuat menggelegar, dia tipikal tebal smooth. Baik midbass maupun lowbass sama-sama berisi, membawa efek low frequency terasa berbobot. Punch dan impactnya cukup oke, hentakannya agak kurang deep sih, tapi kontrolnya cukup baik tidak banyak yang meleber ke lower midrange. Speed medium, tidak lambat samasekali, hanya saja jika untuk musik yang banyak dobel pedalnya terdengar agak muffled.

Midrange
Disinilah kekuatan utama MC5. Midrange terdengar warm, smooth, dan tebal. Posisi vokal agak maju, presentasinya tebal berbobot dan intim. Claritynya bagus sekali, jernih dan lepas, dan tidak lupa no sibilance at all. Cocok sekali bagi Anda pecinta vokal. Lagu-lagu genre vokal terasa intim dan hidup.
Biasanya di earbud low end berkarakter very warm, saya sering merasa vokal kurang jernih.. Tidak dengan MC5 ini, dia begitu jernih, tebal, dan intim.

High
Alakadarnya saja, namun tidak mendem! Bedakan high mendem (muffled/blanketed) dengan high yang smooth dengan kuantitas sedikit. High masih terasa kok presensinya, hanya saja presentasinya smooth sekali, tidak sparkling dan kurang crisp. Namun dibandingkan dengan highnya dBe PR10 rev II, MC5 ini lebih baik, tidak berkesan tertutup atau kurang lepas layaknya PR10 rev II.

Separasi, Soundstage, dan Detail
MC5 tidak bisa banyak bicara di sisi ini. Separasi terasa biasa saja, cukupan saja. Sudah baik dalam menjabarkan tiap instrumen, namun terkadang masih ada yang bertumpuk dan kurang tegas.
Soundstage pun tidak luas, hanya sedang-sedang saja. Tidak terlalu impresif untuk sebuah earbud.
Detail biasa saja, banyak detail kecil yang hilang atau terasa seperti jauh sekali di belakang. Namun untuk kenikmatan bermusik sih sudah cukup.

Genre
MC5 cocok sekali bagi Anda penggemar vokal dan jazz, pokoknya bagi Anda yang suka midrange tebal dan intim.
MC5 kurang oke jika bertemu musik yang speednya cepat sekali, atau musik yang suara instrumennya kompleks dan ribet yang membutuhkan separasi dan detil yang oke.

Kesimpulan
Sekali lagi Dasetn menghadirkan earbud yang unik dan valuenya bagus. Kekuatan utamanya di low dan mid, dimana terasa tebal dan berbobot namun tetap mempertahankan kesan bersih dan jernih. Vokal paling mencuri perhatian, tebal, intim, dan agak forward, menyenangkan sekali bagi Anda pecinta vokal.
Segi kosmetik pun tercatat apik mulai dari desain transparannya, hingga kabel yang bahannya oke, tidak mudah kusut dan tidak meninggalkan bekas lipatan ketika digulung.

MC5 lemah dalam hal high, separasi, staging, dan detail. Earbud ini memang cocok untuk mendengarkan musik sambil bersantai, bukan untuk menganalisa musik.

Plus
+ desain transparan yang bagus dan kualitas coating kabel prima.
+ midrange dan vokal tebal dan intim, cocok bagi Anda penggemar vokal.
+ banyak aksesoris : shirt clip, 3 pasang sponge yang salahsatunya donut sponge, dan penggulung kabel tulang ikan

Minus
- Detail, separasi, dan soundstage biasa saja. Performanya di sisi ini kurang impresif.

Should I buy this one?
Jika Anda suka dengan karakter dark, you will love it

27 July 2014

REVIEW Tingo TG38s

Yap, kita kedatangan earbud asal Tiongkok lagi : Tingo TG38s.
Merknya asing di telinga, harganya kisaran $15 dan di Indonesia pada bulan Juli 2014 bisa ditemui dengan harga Rp 170.000-250.000.
Namun, tingo akhir-akhir ini banyak mencuri perhatian. Memangnya kenapa sih? Seperti apa kualitas suaranya?

Packing and Accessories
Tingo kelewat pelit dalam membungkus barang dagangannya. Hanya diberi hardcase tanpa dus samasekali. Memang sih dus jarang terpakai dan lebih sering dibuang, namun kerap menjadi indikator "keseriusan" suatu brand.
Di dalamnya ada earbud plus tiga pasang sponge. Lumayan lah spongenya diberi banyak, lebih berguna daripada dus. Hhe

Design, Build Quality, and Comfort
Ketika membuka hardcase, muncullah earbud dengan chrome di sekujur tubuhnya. Chrome ini cukup untuk menutupi kesan murahan akibat desain housing sejuta umatnya. Apalagi chrome sekarang seperti menjadi idola bangsa Indonesia, apapun yang dilapisi banyak chrome dianggap mewah, sampai-sampai mobil keluaran terbaru banyak chrome dimana-mana. Mungkin tahun 2020 ban dan jok ikut dilapisi chrome. Hha. Malah OOT.
Saya pribadi kurang suka dengan chrome disekujur tubuh seperti ini, kesannya norak, berlebihan dan pedas di mata. Apalagi desain bodynya tidak menarik. Sama seperti wanita yang tidak dianugrahi wajah semenarik selebritis, tapi dia dandan berlebihan sekali agar terlihat seperti selebritis.
Kenyamanan yaa standar earbud housing sejuta umat lah, agak besar dan mengganjal namun masih nyaman digunakan.

Jack sudah gold plated, sayangnya permukaan bodynya licin, sehingga ketika mencabut dari jack kalah tidak hati-hati malah kabelnya yang tertarik. Salah-salah kabelnya putus di dalam atau solderannya lepas.

Suara
Earbud ini sudah burn-in 100 jam. Cukup lama lah yaa..
Source yang digunakan seperti biasa, laptop dengan DAC centrance dacport. Kali ini ada tambahan iPod classic 4th gen.

General character tingo TG-38s menurut subjektivitas saya :

Low
Kuantitasnya tidak banyak, sedang-sedang saja, lebih banyak main di midbass daripada lowbass. Responnya tight dan impactnya cukup bagus sehingga meski tight tapi tendangan punchnya masih terasa. Bass kurang berbody, sehingga kesannya agak "kurus". Sangat tidak direkomendasikan bagi penggemar bassheavy.
Speednya oke, bisa melahap musik-musik beritme cepat tanpa masalah, detil batas gebukan dobel pedal di musik metal disajikan dengan jelas dan rapi sekali. Kontrol di low frequency ini terbilang excellent, tidak pernah sekalipun meleber ke midrange.

Mid
Agak tipis untuk selera saya, penempatan vokalnya forward dan sangat clear. Untuk lagu-lagu vokal, jujur saja saya merasa bosan, terlalu cold dan kurang berbobot. Jika dipair dengan classic 4th gen, baru vokalnya lebih punya bobot, namun bagi saya masih terasa kurang. Setidaknya pair dengan iPod classic 4th suara instrumen dan vokal jadi lebih hidup, tidak seperti pair dacport yang terasa tipis.
Kekuatan utama TG38s ini memang di clarity sih, terasa bersih dan bening sekali midrangenya. Centrengan gitar akustrik terasa sharp dan detil. Efek gitar elektrik pun terasa mantap, jernih sekali. Bagi Anda pecinta musik rock, metal, dan yang sejenisnya, Anda akan dipuaskan oleh kejernihan dan agresivitas raungan gitar yang disajikan TG38s ini.

High
Kuantitas high banyak, agresif, sparkling dan cring sekali, terkadang agak tajam namun bagi saya sih tidak masalah. Suara simbal cukup crisp sayang kurang weight jadi seperti terlalu ringan dan kurang bertekstur. Ekstensi high baik, lepas dan sangat airy, tidak ada kesan terkungkung sedikitpun.

Separasi, staging, detail
Disinilah TG38s berjaya. Separasinya oke punya, rapi dan semua saling lepas, tidak ada yang terasa bertumpuk. Staging terasa luas, megah, dan lively. Detail pun oke punya, detil-detil kecil mudah terdengar. Tidak perlu dibahas secara panjang lah yaa, semuanya mantap.

Genre
TG38s cocok sekali untuk musik agresif dan cepat seperti rock, metal, dan yang mirip-mirip, hanya saja midrangenya terasa kurang tebal.
Untuk akustik pun clarity dan detailnya juara.
Genre lain seperti pop dan jazz pun oke.
Hanya agak kurang di vokal-vokal sih, meski clear tp agak kurang berbobot. Dan juga untuk bassheavy music, bassnya terasa tipis, kurang berbody.

Kesimpulan
Tingo TG38s, earbud harga miring yang mencuri perhatian dengan suaranya yang jernih dan agresif, ditambah dengan detail, staging, dan separasi yang oke.
Anda penggemar lagu-lagu agresif dan cepat seperti rock, metal, dan yang mirip-mirip, atau Anda pecinta akustik, ada baiknya tidak melewatkan earbud yang satu ini. Hanya $15 lagi harganya. Really bang for buck! Don't miss it!

Namun TG38s adalah musuh utama bagi Anda yang tidak suka suara yang agak tajam, dan Anda yang gemar suara tebal-tebal di vokal dan low pun sebaiknya hindari ini.

Plus
+ tampilan full chrome banyak disukai orang
+ jernih dan detil
+ technicality mantap untuk ukuran earbud
+ price to performance ratio mantap

Minus
- Jack licin
- Terkadang overbright, Anda yang suka suara natural/weighty mungkin akan sedikit mengeluh. Sebaiknya pair dengan DAP/amplifier yang warm atau yang midrangenya tebal.

Should I buy this one?
TG38s memiliki high yang bright dan cenderung agak tajam. Pastikan Anda menyukai karakter tersebut, karena kalau tidak, TG38s akan membuat telinga Anda cepat lelah.