Newcomer Guide

Headphone? Headset? Earphone???????????
Di antara kita kerap masih ada yang bingung, apa perbedaan headphone, earphone, headset, dan lain sebagainya. Awal mulanya sih dari earphone, yaitu alat yang dapat mengubah energi listrik menjadi gelombang suara yang ditempelkan dekat ke lubang telinga. Ayo kita bahas..
Earphone:
Earphone
Sudah dijelaskan sebelumnya, earphone adalah alat yang dapat mengubah energi listrik menjadi gelombang suara yang ditempelkan dekat ke lubang telinga. Earphone saat ini dibagi menjadi earbud dan IEM

Earbud
Earbud adalah earphone yang penempatannya ada di bagian luar rongga telinga, tepatnya di mulut dari lubang telinga.
Kelebihan : ringkas, portabel, harga relatif lebih terjangkau
Kelemahan : isolasi suara jelek

IEM (In Ear Monitor)
IEM adalah earphone yang peletakannya masuk ke dalam lubang telinga
Kelebihan : ringkas, portabel, isolasi suara bagus
Kelemahan : tidak semua orang nyaman memakainya

Earclip
Biasanya driver dan housing berukuran besar, hampir sama dengan ukuran headphone portabel. Pemakaiannya menggunakan clip yang dilingkarkan ke atas telinga
Kelebihan : portabel, ringkas, biasanya (bukan berarti semuanya) Anda akan mendapatkan headphone-like sound
Kelemahan : tidak nyaman untuk pemakaian dalam waktu yang lama
Headphone:
Headphone
Headphone adalah earphone yang memiliki bando yang dilingkarkan ke kepala. Headphone sendiri banyak jenisnya, dibagi berdasarkan bentuk pad dan desain cup (penutup driver).
Berdasarkan bentuk padnya, headphone dibagi menjadi headphone supra-aural (on ear) dan circumaural (fullsize)
Supraaural (on ear)

Pad dari headphone menempel di daun telinga, biasanya digunakan oleh headphone-headphone portabel, karena bentuknya bisa menjadi kecil dan tidak terlalu menyita tempat ketika dibawa-bawa
Kelebihan : biasanya (bukan berarti semuanya) ukuran tidak terlalu besar
Kelemahan : kurang nyaman untuk pemakaian dalam waktu yang lama

Circumaural (fullsize)
Pad dari headphone mengelilingi daun telinga
Kelebihan : nyaman digunakan untuk waktu yang lama
Kelemahan : biasanya ukurannya besar, kurang portabel

Berdasarkan desain cupnya, headphone dibagi menjadi headphone openback, semiopen, dan closeback.
Openback

Bagian belakang earcup/penutup driver dari headphone berventilasi atau hanya ditutupi mesh, sehingga suara yang dihasilkan oleh driver bergerak bebas melewati earcup. Bagus untuk digunakan di dalam ruangan atau lingkungan yang sepi.
Kelebihan : biasanya (bukan berarti semuanya) suaranya lebih open dan airy
Kelemahan : isolasi jelek, noise dari lingkungan bisa terdengar oleh Anda, dan suara musik yang Anda dengar pun bisa terdengar dengan keras oleh orang sekitar

Closeback
Bagian belakang earcup/penutup driver dari headphone berbahan solid dan tertutup rapat.
Bagus untuk monitoring, atau penggunaan di lingkungan yang berisik.
Kelebihan : isolasi suara bagus, biasanya (bukan berarti semuanya) detailnya lebih bagus (karena faktor isolasi yang bagus)
Kelemahan : biasanya (bukan berarti semuanya) less airy dibanding openback

Semiopen
Pada dasarnya desainnya sama dengan closeback, hanya saja diberi ventilasi udara. Karakteristiknya lebih mendekati ke openback headphone.

Neckband:
Neckband
Merupakan modifikasi dari headphone, dimana bando penghubung kanal kanan dan kiri dilingkarkan ke leher atau bagian belakang kepala, bukan ke atas kepala. Biasanya banyak ditemukan pada headphone yang membawa embel-embel sport.

Headset:
Headset
Headset merupakan perpaduan headphone dan mic. Banyak digunakan untuk keperluan komunikasi atau gaming


Burn-in
Burn-in burn-in dan burn-in.
"Earphone baru sebaiknya diburn-in 50 jam, 100 jam, 500 jam, sepanjang tahun@$##%"
"Burn-in dulu biar enak"
Mungkin kita sudah sering mendengar kata-kata dan ungkapan di atas ketika bermain di forum audio. Memang apa sih burn-in itu? Emangnya ngaruh?
Burn-in:
Apa itu "Burn in" ?? sumber
Sebelum kesana, sekali lagi saya tidak pernah bosan mengingatkan kalau efek burn-in itu antara mitos atau fakta. Jangan terlalu dianggap serius, gw pribadi hanya menganggap "formalitas" saja. Toh burn-in tidak menyebabkan kerugian bukan, kecuali kitanya saja yang kelewat bego nyetel di volume yang terlalu tinggi sampai drivernya jebol. Hhe

Oke lanjuut

Dalam konteks earphone, "burn in" adalah istilah yang digunakan untuk penyesuaian terhadap diaphragm dari earphone, agar sesuai dengan rancangan aslinya. Secara fisik, proses burn-in ini akan mengendurkan diaphragm sampai akhirnya mencapai keadaan akhir yang diharapkan.

Mirip seperti saat kita "meng-gber" motor/mobil yang baru kita beli supaya mesinnya jadi enak & halus. Atau saat kita melekuk-lekukkan sepatu/sendal yang baru kita beli supaya elastis dan nyaman dipakai.

Mengapa orang-orang memilih utk mem"Burn-in" earphone-nya setelah baru beli?
Earphone & headphone yang masih baru dari kemasan, biasanya suaranya tidak seenak/senyaman earphone yang sudah sering dipakai sesuai rancangan designer di pabriknya. Seringkali, orang-orang ingin agar earphone nya bersuara seperti yang diharapkan secepat mungkin. Mereka tidak mau menunggu selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan setelah pemakaian reguler, sehingga memilih untuk mem-burn-in earphone nya agar bersuara lebih enak dalam satu minggu pertama setelah pembelian.

Bagaimana cara membakar Earphone baru?
Secara sederhana, proses burn-in dilakukan dengan menyalakan musik melalui earphone terus menerus. Sebagian orang lebih suka menggunakan "Pure tone", "Sine Wave Sweeps", "Pink Noise", atau "AM/FM Static". Sebagian lain merekomendasikan untuk menggunakan music yang suara bass nya berat. Yang pasti, semua metode-metode di atas tidak bergantung terhadap model maupun manufaktur pabriknya.
(nb: untuk definisi suara2 di atas, bisa Agan cari sendiri gan, di google)

Metode mana yang paling efesien?
Tidak ada bukti ilmiah yang dapat menunjukkan metode yang satu lebih baik dari metode yang lainnya. Silahkan pilih metode manapun yang Agan sukai & mudah untuk Agan.

Trus selama proses pembakaran (burn-in), Earphonenya Ane apain gan?
Agan boloeh meletakkannya di meja, di dalam laci, dibawah bantal, atau sambil mendengarkannya. Semua terserah Agan.

Apakah Earphone harus dibakar dulu sebelum boleh didengarkan?
Tidak. Agan boleh langsung menggunakan earphone Agan, persis setelah pembelian. Di burn-in dulu atau tidak adalah pilihan Agan. Selama penggunaan, mungkin Agan akan merasakan perubahan sedikit demi sedikit pada earphone Agan. Sebagian orang memilih untuk melakukan burn-in dan mendengar earphone nya secara periodik untuk lebih merasakan perubahannya, sedang sebagian yang lain memilih untuk tidak mendengarkan sama sekali sampai proses pembakaran selesai.

Memang seberapa besar sih pengaruh Burn-in terhadap Earphone?
Sebagian orang bilang, efeknya sangat besar dan drastis! Sebgaian lagi bilang, efeknya sedikit, atau bahkan tidak ada efeknya sama sekali. Biasanya besarnya pengaruh burn-in ini sangat bergantung terhadap model Earphone itu sendiri. Kalau earphone nya bagus, hasilnya bisa amat sangat nyaman buat di telinga Agan.

Berapa lama proses Burn-in harus dilakukan?
Banyak orang merekomendasikan selama kurang lebih 100 jam untuk kebanyakan earphone. Sebagian merekomendasikan hingga 200 jam atau bahkan lebih. Setiap earphone membutuhkan waktu yang berbeda satu sama lain untuk mencapai tahap "selesai", tidak ada ketentuan yang pasti soal jumlah waktu yang tepat untuk burn-in. Cara yang terbaik adalah dengan menggunakan kenyamanan telinga Agan untuk menentukan kapan proses burn-in telah selsai.

Jadi kapan sebenarnya proses Burn-in itu selesai? Mungkin nggak terjadi "over" burn-in?
Ide utama melakukan burn-in adalah untuk mencapai sebuah kondisi dimana perubahan suara pada earphone tidak terjadi lagi. Dan Agan akan mendapatkan hasil suara yang pas, yang tepat sesuai kemampuan earphone tersebut. Pada keadaan itu, penggunaan earphone secara reguler tidak akan menyebabkan perubahan suara yang signifikan selama bertahun-tahun nantinya. Sampai mungkin earphone Agan telah mencapai batas usianya.

Namun, sebagian orang berpendapat bahwa proses burn-in tidak akan selesai. Argumen mereka bahwa penggunaar reguler dalam jangka waktu yang lama tetap akan membuat diafragma earphone terus mengendur dan mempengaruhi suaranya. Yang pasti, masih cukup aman untuk mengatakan bahwa saat diafragma earphone mencapai kondisi yang sesuai rancangan aslinya setelah di burn-in, penggunaan reguler tidak akan menghasilkan perubahan suara yang signifikan untuk didengar pada earphone.

Apakah bisa terjadi kesalahan dalam mem-Burn in?
Earphone Agan akan beresiko untuk rusak setiap saat jika Agan menyetel volume yang sangat keras saat mem-Burn in. Sebagian orang merekomendasikan untuk menyetel volume sesuai tingkat yang nyaman untuk di dengar secara normal. Sebagian yang lain menyarankan agar disetel sedikit diatas normal. Jika Agan mendengar distorsi suara, atau suara "kresek2" saat volume keras, berarti telah terjadi kerusakan pada earphone Agan. Namun perlu diingat juga bahwa menggunakan volume yang terlalu kecil/pelan saat burn-in juga tidak akan efektif. Jadi pastikan Agan menyetel volume yang normal & nyaman untuk didengar, atau sedikit saja diatasnya.

Jadi sebenarnya Burn-in itu beneran nggak sih?
Sebenernya sih ide tentang proses Burn-in ini selalu menjadi hal yang kontroversial. Sebagian orang berpendapat bahwa banyak bukti-bukti yang dapat menunjukkan keberhasilan dari Burn-in, dan sebagian lain berpendapat bahwa banyak juga bukti-bukti yang menunjukkan Burn-in tidak berpengaruh apa-apa.

Sebagian orang mengatakan bahwa fenomena ini cuma persepsi psikologis saja, sedang yang lain mengatakan bahwa memang terjadi perubahan fisik pada earphone. Namun yang pasti sebagian besar orang tetap percaya bahwa keduanya benar. Jadi memang ada kombinasi antara keadaan fisik pada earphone & psikologis pada diri pendengarnya yang membuat mereka merasakan perubahan suara pada earphone. Agan boleh percaya maupun skeptis terhadap hal ini, silahkan tentukan sendiri untuk diri Agan.

Ada hal lain yang perlu Ane ketahui gan?
Subjek tentang Burn-in ini sebenarnya tidak terlalu kompleks & membingungkan gan, dan juga bukan merupakan hal yang benar2 harus diperhatikan ataupun merupakan ilmu pasti. Pendapat, metode, dan hasilnya sangat bervariasi untuk setiap orang, setiap model earphone, dan setiap sistem. Jadi Agan tetap harus cobain & eksperimen sendiri!


DAC dan Amplifier
Jika kita bermain di forum audio, atau kumpul-kumpul dengan audio enthusiast, dua benda ini pasti tidak asing lagi. Ayo kita bahas apa sih DAC dan amplifier ini
DAC:
DAC
DAC (Digital to Analog Converter) adalah rangkaian elektronik untuk mengubah informasi digital dalam bentuk kode biner menjadi sinyal elektrik analog. Bingung?
Gini, file musik seperti MP3, FLAC, WAV, dll itu adalah informasi digital, dia berupa kode-kode biner. Telinga kita tentu tidak bisa mendengarkan kode-kode biner bukan? Dibutuhkanlah alat untuk mengubah informasi digital tersebut menjadi sinyal elektrik analog, kemudian oleh earphone sinyal elektrik tadi diubah menjadi sinyal akustik (suara), barulah kita bisa mendengar suara musik tadi.

Kapan kita butuh DAC?
Jika kita memutar musik melalui DAP (Digital Audio Player), di dalamnya pasti sudah ada DACnya. Kok masih perlu ditambah DAC eksternal lagi? Sebenarnya bukan ditambah, tapi DAC internal DAPnya dibypass ke DAC eksternal, sehingga pemrosesan suara dilakukan di DAC eksternal. Untuk orang-orang tertentu, DAC internal DAPnya bisa jadi kualitasnya kurang memuaskan, hingga dia membutuhkan DAC lain yang berkualitas lebih oke.
Jika kita menggunakan PC/laptop untuk memutar musik, dan soundcard PC/laptop kita kurang oke, kita bisa menggunakan DAC eksternal yang dihubungkan melalui USB, sehingga mendapatkan kualitas suara yang lebih baik.

Apa bedanya DAC dengan Soundcard?
Sebenarnya sih secara fungsi sama saja, DAC lebih akrab disebut di dunia para penghobi audio, sedangkan soundcard lebih populer di telinga awam dan para gamers.
Namun orang-orang sekarang menggambarkan soundcard itu adalah sebuah perangkat yang memiliki DAC, ADC (Analog to Digital Converter), dan (biasanya) ada amplifier. Fungsi ADC itu biasanya pada jalur mic, suara yang ditangkap oleh mic, diubah menjadi sinyal elektrik, kemudian oleh ADC diubah menjadi sinyal digital sehingga bisa diproses oleh PC/laptop. Singkatnya, soundcard itu DAC+ADC. Sedangkan DAC digambarkan perangkat yang 100% fokus pada fungsi DAC saja.

Jadi, lebih baik beli DAC atau soundcard? Ya kembali ke kebutuhan Anda. Pertimbangan lain, jika di dalam PC Anda sudah terpasang soundcard high-end berkualitas, misalnya Onkyo SE300, tentu tidak perlu lagi beli DAC entry level seperti PCM2704/Muse X5, kalau ingin meningkatkan kualitas yaa belilah DAC high-end juga yang kualitasnya di atas soundcard Anda.

Jenis DAC
berdasarkan sumber energinya, DAC di pasaran dibagi menjadi tiga, DAC desktop, USB DAC, dan portable.
1. DAC desktop tenaganya berasal dari listrik rumahan, kemudian menggunakan adaptor. Tidak bisa hidup jika tanpa listrik rumahan. Contohnya Topping D20
2. USB DAC sumber tenaganya dari slot USB yang juga berfungsi sebagai jalur data. Contohnya Fiio E10k.
3. DAC portable tenaganya dari baterai yang tertanam di dalamnya, sehingga bisa dinyalakan tanpa listrik rumahan atau PC/laptop, contohnya fiio E07k DAC/amp.
Amplifier:
Amplifier
Pada dasarnya, amplifier adalah penguat suara. Sinyal eletrik keluaran dari DAC akan dikuatkan oleh amplifier hingga dayanya mencukupi, kemudian masuk ke earphone untuk diubah menjadi suara.

Kapan kita butuh amplifier
Sama seperti DAC, di dalam DAP biasanya sudah ada amplifiernya. Mengapa butuh amplifier eksternal lagi?
Pernahkan Anda mendengarkan earphone, volume sudah 100%, tapi suaranya masih pelan? Hal itu bisa karena dua hal, DAP Anda yang kurang powerful, atau sebenarnya DAP Anda sudah cukup besar powernya, namun earphone Anda yang impedansinya besar dan/atau sensitivitasnya rendah, sehingga power yang ada tidak cukup untuk membunyikan earphone dengan lantang. Disinilah Anda butuh amplifier lagi.

Earphone impedasi kecil, sensitivitas tinggi, tapi kok masih dicolok ke amplifier?
Selain menguatkan suara, beberapa amplifier juga memberi kolorasi. Ada amplifier yang menguatkan di frekuensi rendah sehingga outputnya ngebass, ada yang menguatkan di frekuensi tinggi sehingga treblenya nge-cring, ada yang terasa netral tidak ada emphasis di frekuensi tertentu.
Selain itu, perbedaan skema dan kualitas komponen juga mempengaruhi kualitas penguatan. Skema dan komponen seadanya bisa jadi kualitas penguatannya seadanya pula, suara tidak rapi, banyak noise, dll. Amplifier tertentu selain menguatkan suara, juga meningkatkan kualitas, sehingga ada yang terasa soundstage lebih lebar, detail lebih terasa, separasi lebih tegas, dll.
Dua hal ini yang diincar para penghobi audio, meski earphone mereka secara spesifikasi teknis tidak butuh amplifier, namun penambahan amplifier bisa meningkatkan output suara hingga mencapai karakter suara yang diharapkan.

Jenis amplifier
Berdasarkan sumber tenaganya, amplifier dibagi menjadi dua, desktop dan portable.
1. Amplifier desktop, asal tenaganya dari listrik rumahan, tidak bisa hidup tanpanya. Contohnya burson HA160
2. Amplifier portable, asal tenaganya dari baterai yang disertakan di dalam amplifier. Contohnya fiio E11k

Berdasarkan komponennya, amplifier dibagi menjadi dua, tube dan solidstate

1. Tube
Pada amplifier tube, rangkaian bagian penguatnya menggunakan vacuum tube. Sebenarnya teknologi ini adalah teknologi lama, namun karena suaranya yang khas (kerap disebut "tubey soundsignature"), beberapa orang tidak bisa lepas dari amplifier jenis ini. Ukuran amplifier ini relatif besar, karena ukuran dari vacuum tube itu sendiri yang cukup besar. Amplifier tabung ini suaranya cenderung warm dan sweet vocal. Para pecinta vokal biasanya sangat menyukai amplifier ini.
Amplifier ini banyak dijumpai dalam bentuk desktop amplifier, karena vacuum tube butuh daya yang besar. Namun ada juga kok tube amplifier yang portable, sumber dayanya dari baterai, tapi tetap ukurannya menjadi cukup besar untuk sebuah perankat portable.

2. Solidstate
Amplilier solidstate rangkaian bagian penguatnya menggunakan komponen dari bahan semikonduktor solid seperti transistor, dioda, dan IC op-amp. Amplifier jenis ini banyak ditemukan dalam bentuk desktop maupun portable, karena ukurannya yang bisa dibuat kecil. Amplifier jenis ini biasanya suaranya lebih "bersih", dengan respon yang lebih cepat dan solid dibanding tube, sehingga cocok untuk lagu yang butuh kegesitan dan attack yang baik. Tidak seperti tube yang bisa dibilang hampir semua jenis tube selalu menambah karakter baru pada suara keluarannya, solidstate bisa bersifat netral, tidak banyak kolorasi suara yang ditambahkan pada keluarannya.

Mana yang lebih baik? Jawabannya adalah sesuaikan dengan selera Anda, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Amplifier tube yang dirangkai dengan baik tentu bersuara jauh lebih bagus daripada amplifier solidstate yang dibuat asal-asalan, begitupun sebaliknya.

Membaca spesifikasi earphone
Setiap kita membeli earphone, kita sering melihat tulisan spesifikasi teknis dari earphone tersebut bukan? Apa arti dari angka-angka yang tertulis di sana? Saya coba sharing sedikit yang saya tahu.
penjelasan:
1. Ukuran Driver/banyak driver
Pada earphone yang menggunakan dynamic driver, biasanya ukurannya adalah diameter driver tersebut. Misal tertulis 9 mm, artinya diameter driver penghasil suara dari earphone Anda adalah 9 mm. Pada earphone yang menggunakan driver BA (Balance Armature), bisanya tertulis menggunakan berapa buah driver, single BA, dual BA, dst.
Apakah semakin besar driver, atau semakin banyak driver, maka suaranya semakin bagus? Logika sederhana mungkin iya, tapi tentu tidak bisa disimpulkan begitu saja. Banyak faktor lain yang memberi pengaruh signifikan, misalnya kualitas bahan, tuningan suara dari pembuatnya, accoustic chamber dalam earphone, dll

2. Impedansi
Bahasa simpelnya, impedansi itu besarnya tahanan (satuan ohm) yg terukur di kutub-kutub jack. Semakin besar impedansi, maka butuh tegangan yang lebih besar pula (pada arus yang sama), imbasnya kita harus menaikkan level volume pada DAP atau amplifier.
Apakah earphone berimpedansi besar suaranya bagus? Belum tentu juga, karena bagus/jelek dalam audio itu relatif. Yang pasti earphone berimpedansi besar butuh DAP yang powerful/amplifier agar bisa bersuara keras.

3. Sensitivitas
Sensitivitas adalah ukuran seberapa efektif earphone Anda mengkonversi sinyal elektrik yang masuk menjadi sinyal akustik (suara). Misalnya spesifikasi earphone Anda 97dB±2dB/mW @1kHz, artinya earphone Anda akan menghasilkan kekuatan suara 97dB jika diberi/ditambahkan daya 1mW dari DAP. Jika Anda menggunakan amplifier berpower sangat besar pada earphone yang sensitivitasnya tinggi, maka akan menghasilkan suara yang sangat keras bahkan bisa hingga merusak driver earphone Anda.

4. Respon frekuensi
Respon frekuensi adalah rentang frekuensi yang bisa diproduksi oleh driver earphone Anda. Misal earphone Anda respon frekuensinya 5Hz-50kHz, maka suara sepanjang frekuensi itu bisa dihasilkan oleh earphone Anda.
Yang jadi masalah, apakah semua suara di rentang tersebut dihasilkan oleh earphone dalam tingkat kekerasan yang bisa didengar? Jawabannya adalah tidak! Earphone Anda bisa menghasilkan hingga 5Hz bukan berarti earphone Anda ultimate basshead, dan jika bisa menghasilkan 50kHz bukan berarti earphone Anda ultrabright.

Di sinilah Anda membutuhkan data lain, yaitu grafik respon frekuensi. Anda bisa melihat, earphone Anda emphasis di frekuensi mana saja, itulah patokan karakter suara dari earphone Anda.
Misalnya, kita lihat grafik Sony XB500 dan MDR 7506.
Dari grafik respon frekuensi, terlihat sekali XB500 emphasis di bass, amplitudenya hingga 15dB. Namun di upper midrange dan treble terlihat amplitudenya lemah. Hasilnya bass jedug-jedug dan treblenya lembut.
Sekarang bandingkan dengan Sony MDR 7506 yang dari bass sekitar 80Hz hingga treble sekitar 10kHz bisa mempertahankan amplitude di ±5dB, walhasil MDR 7506 terdengar relatif flat.

Grafik respon frekuensi membantu kita menebak seperti apa kecenderungan suara earphone kita, dan biasanya pada beberapa headphone high-end grafik ini ikut disertakan. Namun tentu jangan dijadikan satu-satunya acuan dalam membeli earphone, mencoba secara langsung selalu jadi pilihan terbaik.

Kosa Kata Audio
Bingung kalau baca impresi orang-orang? Silakan buka kosa kata dulu
Kosa Kata :
Aggressive - Forward and bright sonic character.

Airy - Spacious. Open. Instruments sound like they are surrounded by a large reflective space full of air. Good reproduction of high frequency reflections. High frequency response extends to 15 or 20 kHz.

Ambience - Impression of an acoustic space, such as the performing hall in which a recording was made.

Analytical - Highly detailed.
Articulate - Intelligibility of voice(s) and instruments and the interactions between them.

Attack - The leading edge of a note and the ability of a system to reproduce the attack transients in music.
Attack (2) - The time taken for a musical note to reach its peak amplitude eg. notes will tend to sound more defined rather than blended with other notes.

Balance - essentially tonal balance, the degree to which one aspect of the sonic spectrum is emphasized above the rest. Also channel balance, the relative level of the left and right stereo channels.

Bass - The audio frequencies between about 60Hz and 250Hz.

Bassy - Emphasized Bass.

Blanketed - Weak highs, as if a blanket were put over the speakers.

Bloated - Excessive mid bass around 250 Hz. Poorly damped low frequencies, low frequency resonances. See tubby.
Burred - Poor transient response. Vague stereo imaging not focused.

Body - Fullness of sound, with particular emphasis on upper bass; opposite of Thin.

Boomy - Excessive bass around 125 Hz. Poorly damped low frequencies or low frequency resonances.
Boxy - Having resonances as if the music were enclosed in a box. Sometimes an emphasis around 250 to 500 Hz.

Breathy - Audible breath sounds in woodwinds and reeds such as flute or sax. Good response in the upper mids or highs.

Bright - A sound that emphasizes the upper midrange/lower treble. Harmonics are strong relative to fundamentals.

Brilliance - The 6kHz to 16kHz range controls the brilliance and clarity of sounds. Too much emphasis in this range can produce sibilance on the vocals.

Chesty - The vocalist sounds like their chest is too big. A bump in the low frequency response around 125 to 250 Hz.

Clear - See Transparent.

Closed - A closed-in sound lacking in openness, delicacy, air, and fine detail usually caused by Roll-off above 10kHz; in contrast to Open.

Congested- Smeared, confused, muddy, and flat; lacking transparency.

Coloured - Having timbres that are not true to life. Non flat response; peaks or dips.

Cool- Moderately deficient in body and warmth, due to progressive attenuation of frequencies below about 150Hz.

Crisp - Extended high frequency response, especially with cymbals.

Dark - A tonal balance that tilts downwards with increasing frequency. Opposite of bright. Weak high frequencies.

Decay - The fadeout of a note, it follows the attack.

Definition (or resolution) - The ability of a component to reveal the subtle information that is fundamental to high fidelity sound.

Delicate - High frequencies extending to 15 or 20 kHz without peaks.

Depth - A sense of distance (near to far) of different instruments.

Detail - The most delicate elements of the original sound and those which are the first to disappear with lesser equipment.

Detailed - Easy to hear tiny details in the music; articulate. Adequate high frequency response, sharp transient response.

Dry - Lack of reverberation or delay as produced by a damped environment. May comes across as fine grained and lean. Opposite of Wet.

Dull - See Dark.

Dynamic - The suggestion of energy and wide dynamic. Related to perceived speed as well as contrasts in volume both large and small.

Edgy - Too much high frequency response. Trebly. Harmonics are too strong relative to the fundamentals. Distorted, having unwanted harmonics that add an edge or raspiness.

Euphonic - An appealing form of distortion that generally enhances perceived fidelity, often ascribed to the harmonic elaborations of some valve amps.

Fast - Good reproduction of rapid transients which increase the sense of realism and "snap".

Fat - See Full and Warm. Or, spatially diffuse; a sound is panned to one channel, delayed, and then the delayed sound is panned to the other channel. Or, slightly distorted with analogue tape distortion or tube distortion.

Focus - A strong, precise sense of image projection.

Forward(ness) - Similar to an aggressive sound, a sense of image being projected in front of the speakers and of music being forced upon the listener. Compare "Laid-back".

Full - Strong fundamentals relative to harmonics. Good low frequency response, not necessarily extended, but with adequate level around 100 to 300 Hz. Male voices are full around 125 Hz; female voices and violins are full around 250 Hz; sax is full around 250 to 400 Hz. Opposite of thin.

Gentle - Opposite of edgy. The harmonics (of the highs and upper mids) are not exaggerated, or may even be weak.

Grainy - A slightly raw, exposed sound which lacks finesse. Not liquid or fluid.

Grip - A sense of control and sturdiness in the bass.

Grungy - Lots of harmonic or I.M. (Intermodulation) distortion.

Hard - Too much upper midrange, usually around 3 kHz. Or, good transient response, as if the sound is hitting you hard. Uncomfortable, forward, aggressive sound with a metallic tinge.

Harsh - Grating, abrasive. Too much upper midrange. Peaks in the frequency response between 2 and 6 kHz. Or, excessive phase shift in a digital recorder's low pass filter.

Headstage - The perception of the Soundstage while listening to headphones.

Highs - The audio frequencies above about 6000 Hz.

High Midrange (High Mids, Upper Mids) - The audio frequencies between about 2kHz and 6kHz.

Hollow - Recessed mids.

Honky - Like cupping your hands around your mouth. A bump in the response around 500 to 700 Hz.

Imaging - The sense that a voice or instrument is in a particular place in the room.

Juicy - Sound that has joie de vivre, energy and life.

Laid-back - Recessed, distant-sounding, having exaggerated depth, usually because of a dished midrange. Compare "Forward".

Liquid - Textureless sound.

Low Level Detail - The quietest sounds in a recording.

Low Midrange (Low Mids) - The audio frequencies between about 250Hz and 2000Hz.

Lush - Very Rich/Full.

Lush (2) - A "lush" sound has a sense of warmth and fullness. Notes are more authoritative and have a sense of life about them. It is a sound free of any sibilance or brightness. It does not mean colored, however. It is an open and inviting sound enveloping the listener into its soundstage. (source: unkown headfier)

Mellow - Reduced high frequencies, not Edgy.

Midrange (Mids) - The audio frequencies between about 250 Hz and 6000 Hz.

Muddy - Not clear. Weak harmonics, smeared time response, I.M. distortion.

Muffled - Sounds like it is covered with a blanket. Weak highs or weak upper mids.

Musical (or musicality) - A sense of cohesion and subjective "rightness" in the sound.

Nasal - Honky, a bump in the response around 600 Hz.

Naturalness - Realism.

Opaque - Unclear, lacking Transparency.

Open - Sound which has height and "air", relates to clean upper midrange and treble.

Pace - Often assoc. with rhythm, a strong sense of timing and beat.

Piercing - Strident, hard on the ears, screechy. Having sharp, narrow peaks in the response around 3 to 10 kHz.

PRaT - Pace, Rhythm and Timing

Presence Range - The presence range between 4kHz and 6kHz is responsible for the clarity and definition of voices and instruments. Increasing this range can make the music seem closer to the listener. Reducing the 5kHz content makes the sound more distant and transparent.

Presence - A sense that the instrument in present in the listening room. Synonyms are edge, punch, detail, closeness and clarity. Adequate or emphasized response around 5 kHz for most instruments, or around 2 to 5 kHz for kick drum and bass.

Puffy - A bump in the response around 500 Hz.

Punchy - Good reproduction of dynamics. Good transient response, with strong impact. Sometimes a bump around 5 kHz or 200 Hz.

Range - The distance between the lowest and highest tones.

Resolution (or Resolving) - See Definition

Rich - See Full. Also, having euphonic distortion made of even order harmonics.

Roll-off (Rolloff) - The gradual attenuation that occurs at the lower or upper frequency range of a driver, network, or system. The roll-off frequency is usually defined as the frequency where response is reduced by 3 dB.

Round - High frequency rolloff or dip. Not edgy.

Rhythm - The controlled movement of sounds in time.

Saturation - The point at which a magnetic tape is fully magnetized and will accept no more magnetization.

Seismic - Very low bass that you feel rather than hear.

Shrill - Strident, Steely.

Sibilant (or Sibilance) - "Essy", exaggerated "s" or "sh" sounds in vocals. Sibilant sounds carry most of their energy through the 4Khz to 8Khz range, but can extend to 10kHz, depending on the individual. Sibilance is often heard on radio.

Sizzly - See Sibilant. Also, too much highs on cymbals.

Smeared - Lacking detail; poor transient response, too much leakage between microphones; poorly focused images.

Smooth - Easy on the ears, not harsh. Flat frequency response, especially in the midrange. Lack of peaks and dips in the response.

Snap - A system with good speed and transient response can deliver the immediacy or "snap" of live instruments.

Soundstage - The area between two speakers that appears to the listener to be occupied by sonic images. Like a real stage, a soundstage should have width, depth, and height.

Spacious - Conveying a sense of space, ambiance, or room around the instruments; stereo reverb; early reflections.

Speed - A fast system with good pace gives the impression of being right on the money in its timing.

Steely - Emphasized upper mids around 3 to 6 kHz. Peaky, non flat high frequency response. See Harsh, Edgy.

Strident - See Harsh, Edgy.

Sturdy - Solid, powerful, robust sound.

Sub-Bass - The audio frequencies between about 20Hz and 80Hz.

Sweet - Not strident or piercing. Delicate. Flat high frequency response, low distortion. Lack of peaks in the response. Highs are extended to 15 or 20 kHz, but they are not bumped up. Often used when referring to cymbals, percussion, strings, and sibilant sounds.

Telephone Like - See Tinny.

Texture - A perceptible pattern or structure in reproduced sound.

Thick - A lack of articulation and clarity in the bass.

Thin - Fundamentals are weak relative to harmonics; bass light.

Tight - Good low frequency transient response and detail.

Timbre - The tonal character of an instrument

Timing - A sense of precision in tempo.

Tinny - Narrowband, weak lows, peaky mids. The music sounds like it is coming through a telephone or tin can.

Tone - The sound of definite pitch.

Transient - The leading edge of a percussive sound. Good transient response makes the sound as a whole more live and realistic.

Transparent - Easy to hear into the music, detailed, clear, not muddy. Wide flat frequency response, sharp time response, very low distortion and noise. A hear through quality that is akin to clarity and reveals all aspects of detail.

Treble - The highest part of music and voice. See Highs. (Most often used when referring to the treble control on amplifiers).

Tubby - Having low frequency resonances as if you're singing in a bathtub. See bloated.

Upper Midrange (Upper Mids, High Mids) - The audio frequencies between 2 kHz and 6 kHz.

Veiled - Like a silk veil is over the speakers. Slight noise or distortion or slightly weak high frequencies. Loss of detail due to limited transparency.

Warm - Good bass, adequate low frequencies, adequate fundamentals relative to harmonics. Not thin. Also excessive bass or mid bass. Also, pleasantly spacious, with adequate reverberation at low frequencies. Also see Rich, Round. Warm highs means sweet highs.

Wet - A reverberant sound, something with decay. Opposite of Dry.

Weighty - Good low frequency response below about 50 Hz. A sense of substance and underpinning produced by deep, controlled bass. Suggesting an object of great weight or power, like a diesel locomotive.

Woolly - Loose, ill-defined bass.

1 comment: