27 April 2014

REVIEW Edifier H280 In Ear Monitor

Edifier strikes again! Jika sebelumnya Edifier H180 sangat impresif sekali, kali ini saya mencoba salahsatu IEM edifier : H280. Sepintas dari namanya, mungkin Anda mengira ini adalah versi IEM (In Ear Monitor) dari H180. Salah besar, karena selain form factor, ternyata karakternya juga berbeda sekali. Seperti apa sih performa IEM yang dihargai Rp 230.000 ini (harga per April 2014)?


Deskripsi
Edifier H280 earbud is a canal fitting headphone that effectively isolates ambient noise.
Delicately designed headphone driver with 6 micron diaphragm propelled by Neodymium magnet reproduces every detail and dynamic sound.
Acoustically engineered headphone housing with dual mini chambers reinforces the sound experience.
Decorated with anodic oxidated color outfit, this tiny little fashion stuff comes out with symmetric cabling and an elastic cord of 1.3 meter length, providing a very considerate user experience.
Three sets of soft ear cushions offers even more personal care.

Spesifikasi
Frequency Response: 20-20000Hz
Impedance: 32 Ohm
Rated input power: 1mW
Sound Pressure Level (SPL): 100dB
Connector: 3.5mm stereo gold-plated plug
Cable Length: 1.3m

Packing dan Aksesoris
PELIT! Packing mika standar, yang di dalamnya hanya ada IEM dengan 3 pasang eartips dan kertas-kertas tidak menarik.  Di harga yang sama, dBe PR18 memberi tips yang lebih banyak, dan sebuah hardcase!
Ketika dibuka, padahal terdapat ruang cukup besar di bawah yang hanya diisi oleh kertas dan eartips. Ruangan sebesar ini jika oleh edifier dimanfaatkan untuk memasukkan hardcase atau soft pouch tentu akan meningkatkan nilai jualnya di mata konsumen.

Buid Quality
Saya memilih produk berwarna hitam, karena itu warna favorit saya. Hahaha. Terdapat garis silver mengelilingi housing yang membuatnya tampil semakin elegan. Edifier menamai desain ini sebagai dual mini chamber, di mana IEM ini terdiri dari 2 bagian housing. Bagian housing yang kecil, disana terdapat dynamic driver, dengan membran 6 mikron. Bagian housing yang besar, sepertinya sebagai tempat resonansi dan damping.
Desain ini mirip dengan eartips biflange ukuran raksasa bukan?
Mungkin buat yang ukuran telinganya XXXXL, housingnya bisa masuk kedalam telinga. hahaha

Bahan pembuatan sendiri seperti metal, tekstur khas metal sangat terasa dan dingin ketika disentuh. Edifier tidak memberikan keterangan jelas soal ini, sehingga saya tidak menjamin ini 100% metal.

Bahkan mesh di ujung nozzle pun terbaut dari metal.
Bicara nozzle, ukuran H280 ini terbilang mainstream, sehingga cocok dengan beragai tips yang dijual di pasaran misalnya basic tips, sony hybrid, dll. H280 tidak bisa memakai tipsnya shure atau westone yang berdiameter kecil.

Beralih ke kabel, H280 ini agak mengkhawatirkan karena kabel menuju IEMnya sangat tipis, dan tidak terdapat strain relief atau struktur pereda ketegangan pada sambungan kabel dengan housing. Jika kabel digulung dengan tidak hati-hati, besar kemungkinan akan ada masalah di bagian ini.

Satu lagi, desain kabel H280 ini asimetris, dengan kabel kiri lebih pendek daripada kabel kanan. Desain ini bagus karena kita bisa melingkarkan kabel ke belakang leher sehingga lebih rapi, sialnya absennya shirt clip membuat kabel kiri kerap tertarik-tarik ketika bergerak, sehingga menjadi kurang nyaman.

Beralih ke jack, desainnya straight plug dan sudah gold plated. Yaa lebih baik lah daripada apple earpod yang masih menggunakan nikel, karena seperti kita tahu bahan jack "audiophile grade" itu kalau tidak emas, ya rhodium.

Sound Quality
H280 ini sudah melalui proses burn-in selama 100 jam. Setup yang digunakan dalam test :
- handphone samsung galaxy SII
- laptop lenovo G460, pemutar musik foobar 2000

General character H280 menurut subjektivitas saya :

Impresi mendalam :
Bass
Kuantitas bass H280 ini cukup besar, namun tidak besar menggelegar juga. Bassnya deep dan punch, cukup lincah melahap musik cepat, meski di musik yang sangat cepat dan agresif seperti metal terasa sedikit keteteran. Saya suka impact dari H280 ini, terasa kuat menendang namun hantamannya fokus, deep, dan empuk. Kontrol bass sendiri cukup, terkadang agak sedikit melebar kemana-mana namun jarang sekali terjadi dan hanya di musik tertentu saja, misal akustik.

Mid
Mid adalah titik terlemah dari H280. Terasa sedikit tipis dan lifeless, membuat vokal terutama vokal wanita terasa kering dan tidak bergairah.
Claritynya baik sekali, terasa bersih dan lantang, tidak seperti tertutup selimut. Tidak terkesan kasar dan hanya sedikit sekali sibilance.
Kelemahan di mid ini membuat Anda penggemar genre vokal sebaiknya menghindari H280.

High
Kuantitas high terasa banyak, sangat mengimbangi bass. Terasa sedikit menyerang dan agresif, suara simbal seperti dipush agar terdengar crisp. Efeknya, high terutama di simbal terkesan ramai, tebal, dan seru, meski terkadang seperti tidak real, namun bukan masalah berarti. Sebagian dari Anda mungkin akan merasa high H280 ini sedikit tajam, namun saya pribadi merasa masih bisa ditoleransi. Pada kondisi volume kencang, tidak terdengar pecah dan tetap fokus.

Separasi
H280 ini memiliki separasi yang sebenarnya cukup baik dalam memisahkan suara tiap instrumen. Namun ketika menyetel lagu yang recordingnya ramai dan banyak sekali instrumennya, misal genre kpop : SNSD - gee, saya mendapati banyak suara yang agak bertumpuk, tidak terpisah secara jauh. Diluar lagu tersebut, H280 tidak memiliki kendala berarti.

Soundstage
Soundstage H280 terbilang luas, melebar jauh sekali ke kanan dan kiri, sayang depth masih agak kurang. Namun mengingat harganya Rp 230.000, kekurangan di depth sangat bisa dimaklumi, bahkan saya tidak menemukan yang lebih baik dari ini di harga yang sama.
Placing instrumen baik, terasa menyebar ke sekeliling kita, terasa dilempar ke kanan dan kiri secara dinamis, meski posisi real instrumen terkadang sedikit kabur.

Detail
Bicara detail, H280 ini memberikan semua detail yang Anda butuhkan untuk bermusik, namun tidak untuk analytical. Microdetail masih banyak yang hilang, dan ini kaitannya dengan separasi yang kurang perfect sehingga ada microdetail yang tertutup

Genre
H280 bisa memainkan genre apapun dengan nikmat, kecuali :
1. genre yang mengutamakan vokal
2. genre yang membutuhkan bass super besar
Karakternya yang balance, membuat cakupan genre H280 ini luas sekali.

Simpulan
Edifier strikes agan! Itulah kata-kata yang tepat untuk mendeskripsikan H280. Bermain di pasar low end, H280 menyajikan karakter yang balance dan bisa memainkan berbagai genre musik dengan enak. Setelah earbud H180 mengejutkan pasar dengan kualitas prima di harga terjangkau, kini IEM H280 pun berpotensi melakukan hal serupa. Kekurangan di tipisnya mid dan keringnya vokal memang patut dijadikan perhatian untuk kalangan tertentu, namun tidak menurunkan nilai keseluruhan edifier H280 sebagai IEM yang worth to buy di kelas Rp 230.000

Plus
+ Bass deep dengan impact yang baik
+ High agresif, seru, dan menggairahkan
+ Bahan housing baik sekali
+ Soundstage luas
+ Genre musik luas

Minus
- bahan kabel ke housing tipis, dan desain asimetris namun tanpa shirt clip cukup mengganggu Anda yang aktif bergerak
- vokal sedikit kering, tidak cocok untuk lagu yang mengutamakan vokal emosional
- separasi kurang perfect

13 April 2014

REVIEW Grado SR80i (mod woody housing, blue-tak, pad, and punch hole, inside)

Grado, produsen headphone bergaya lawas namun musikalitynya sudah diakui dunia. Seri SR60i sampai sekarang selalu diakui kualitasnya, dan terus menerus memenangkan award sebagai headphone musikal terbaik kelas dibawah 1 juta.
Selain musikalitas, grado terkenal dengan headphone yang modif-able. Mulai dari housing, pad, driver, hingga kabel semua memberikan suara yang berbeda, menjadikannya tidak bosan-bosan untuk diutak-atik.
Saya mencoba seri diatas SR60i, yaitu SR80i yang berharga Rp 1.200.000 (Harga per April 2014). Saya menerapkan beberapa mod, dari housing, punch hole, pad, hingga blue-tak. Seperti apa pengaruhnya?

Build Quality
Grado tidak pernah gagal urusan build quality. Tampilan lawasnya justru memberi kemudahan dalam membuat konstruksi kokoh meski hampir semua bagian terbuat dari plastik, dan sedikit sentuhan kulit di headband.
Desain over ear memang tidak nyaman untuk dipakai long listening, agak fatiguing. Headband kulitnya pun tanpa busa sedikitpun, terasa keras. Overall kenyamanan pun menjadi pas-pasan, jauh dari kenyaman headphone monitoring.
Kontruksi openback membuat SR80i kurang nyaman untuk dibawa keluar ruangan, karena suara dari luar akan masuk ke dalam, begitupun lagu yang kita putar akan bocor dengan keras keluar.
Bagian paling menyebalkan dari mod grado adalah membuka housing originalnya. Harus extra sabar kalau mau hasilnya bagus. Panaskan dengan menggunakan hairdryer sampai lemnya melunak dan akhirnya bisa dilepas. Jangan terlalu panas karena bisa berakibat fatal untuk driver. Jangan dicongkel secara kasar juga, karena jika ada sompel di air chamber akan mempengaruhi suara.

Suara
Dengan impedansi 32 Ohm, SR80i ini tidak sulit didrive oleh player apapun. Saya menggunakan DAC fiio E10 dan centrance dacport sebagai dac dalam test ini.

Suara original SR80i

Grado SR80i memberikan suara yang agak warm, beda dengan SR60i yang sedikit bight. Bass pada SR80i ini punch, pukulannya bulat mantap dengan kontrol yang sangat baik, tidak ada kata boomy sedikitpun. Bass sangat lincah dan gesit meladeni musik beritme cepat. Kuantitas bass sendiri sedang, tidak tipis layaknya SR60i, dan jauh dari kata besar.
Mid SR80i tidak seforward grado pada umumnya, namun jika dibanding dengan headphone lain yaa masih sedikit forward. Midnya masih menganut roh grado, yaitu tebal dan sweet, meski dibandingkan dengan SR60i, SR80i akan terasa sedikit lebih kering. Vokal manis mendayu, dengan aksen unik pada suara serak-serak vokalis band heavy khas grado yang begitu menggairahkan. Begitupun dengan suara raungan gitar elektrik, terasa kering, tebal, detil, dan maju khas grado, membuatnya juara untuk ber-rock dan metal, tidak ada yang bisa mengalahkan sensasi raungan gitar elektrik grado.
High agak menyerang dan agresif khas grado tidak lupa disajikan opleh SR80i. Suara hi-hat simbal begitu lincah dan menusuk. Sangat crisp meski dari segi tekstur sedikit kurang.
Detail sudah cukup baik, tidak ada yang tertutup atau ngumpet. Staging selalu menjadi masalah utama grado low end, dimana stagingnya nyaris nol alias suara seperti disemprotkan ke muka. Ada yang suka, banyak juga yang tidak. Separasi sudah cukup, tidak istimewa namun sudah diatas rata-rata.
Bicara genre, asalkan bukan musik yang butuh bass besar dan staging luas, pasti dibawakan dengan emosional oleh SR80i, dan bagi saya spesialnya di musik agresif seperti rock, metal, dkk dan akustik.

Modifikasi
Nah, bagaimana pengaruh mod yang dilakukan terhadap suara SR80i diatas? Kita bahas satu per satu.
1. Punch hole mod
Jika kita membuka housing, maka akan menemukan driver magnet yang menempel pada kostruksi rumah driver dari plastik. Nah, perhatikan pada gambar, ada selembar kain/kertas berserat tipis warna hitam di sekeliling driver magnet yang menutupi membran speaker. Fungsi dari kain/kertas berserat ini adalah peredam bass, dimana dia akan menyerap pantulan bass yang berlebihan agar sesuai dengan tuningan pabrikan. Jika kita terawang dari arah kain, akan nampak selaput membran driver dan 9 lubang ventilasi.
Jika Anda merasa bass SR80i kurang besar, maka lakukan lah punch hole mod, caranya terlihat di gambar (credit to head-fi ) :
Tusuk kain/kertas berserat tersebut dengan ujung ballpoint, dengan posisi lubang tusukan mengikuti lubang ventilasi yang kita terawang tadi, artinya kita maksimal memberi 9 lubang. Nah, semakin banyak lubang, bass semakin besar. Jika kebanyakan lubang, maka akan terdengar muffled.
So, lubangilah 2 lubang dulu, kalau kurang baru tambah satu lubang lagi. Begitu seterusnya. Saya menyarankan maksimal 6 lubang saja, kalau sudah 6 lubang masih kurang ngebass, saatnya ganti headphone :)
Tipsnya, lubangi secara simetris, misal ingin membuat 2 lubang, maka lubangi lah secara berseberangan, jangan bersebelahan, kalau tidak suaranya akan terdengar aneh. Begitupun dengan 4 lubang dan seterusnya.
Catatan penting, mod ini irreversible alias tidak bisa kembali ke kondisi awal. Meski banyak yang bilang tinggal tutupi saja lubang tadi pakai tissue, kenyataannya suaranya menjadi beda. So, bijaksanalah.
Simpulannya, punch hole ini memberi kuantitas bass lebih, bahkan saya membuat 6 lubang, SR80i saya menjadi mantap buat lagu hip-hop tanpa membuat bass menjadi lelet di rock/metal/ Luar biasa bukan?

2. Pad
Ada beberapa macam pad yang bisa diaplikasikan :
1. S-cush alias pad bawaan SR80i
Pad ini standarnya SR80i, dimana tipenya on ear. Karakternya warm, bass sedang, soundstage sempit.
Terkadang pad ini sedikit dimodifikasi, disebut quarter mod, caranya dengan membolongi bagian tengah pad sesuai diameter lingkar speaker. Hasilnya, vokal lebih forward dan clean

2. L-cush alias bowl pad
Pad bertipe on ear ini memberi soundstage sedikit lebih luas dari S-cushion, dengan bass yang sedikit lebih kecil juga. Soundstage sedikit meluas, namun masih terasa sempit. Kesain airy sedikit muncul disini. Semua efek tadi terwujud mungkin karena ada jarak antara telinga dengan speaker. Pad ini adalah bawaan model SR325 dan Alesandro MS2i

3. G-cush alias Jumbo pad
Pad circumaural ini adalah solusi bagi Anda yang ingin soundstage luas dan kesan airy lebih kuat. Suaranya pun tidak seforward S-cush maupun L-cush, alias lebih santai dan tidak agresif.

4. Sennheiser HD414 pad
Pad warna kuning menyala ini sebenarnya bawaan sennheiser HD414, namun karena diameter housingnya sama, maka bisa dipakai di grado.
Pad HD414 ini karakternya mirip dengan S-cushion, namun dengan bass yang lebih nendang dan soundstage yang lebih sempit. Pada SR80i saya, bagian tengah pad dilubangi agar vokal lebih forward.
3. Blutack mod
Benda yang bentuknya seperti "lilin bentuk" mainan anak ini sebenarnya fungsinya sebagai adhesive tape untuk keperluan stasionary.
Namun, bluetack ini sekarang berfungsi untuk menutupi bagian belakang dari magnet driver. Efeknya, suara lebih rapi dengan attack yang lebih mantap. Lihat di gambar untuk lebih jelasnya (credit to head-fi)
Selain di belakang driver magnet, juga bisa ditenpelkan di dinding sekeliling dari konstruksi penahan driver magnet tersebut, seperti yang saya terapkan pada SR80i saya. Hasilnya sama, suara lebih rapi.

4. Housing
Sebenarnya banyak sekali alternatif housing untuk grado, ada yang terbuat dari bambu, kayu, dan alumunium. Dari kayu pun, berbeda jenis kayu, maka suara berbeda pula. Fyuuhhhh, kebayang bukan betapa asyiknya modif grado ini?
Saya menggunakan kayu mapple, kayu berwarna coklat pucat berharga Rp 350.000 per pasang.
Kayu ini memberikan peningkatan di berbagai sisi, menjadi lebih tight. Namun, yang paling terasa adalah di sektor mid dan high, dimana mid lebih clear dan clean, dan high lebih rapi dan detail. Bass sedikit lebih tight.
Berikut chart dari berbagai jenis housing kayu :

Seperti apa hasil modif yang saya lakukan?
Modif yang saya lakukan :
1. bluetack di sekeliling dinding driver magnet
2. housing kayu mapple
3. punch hole 6 lubang
4. pad sennheiser HD414 yang tengahnya dilubangi
Hasilnya, bass menjadi besar dan impactfull, namun tidak keteteran saat nyetel musik metal, pun tidak terasa muflled dan menutupi mid. Mid terasa lebih rapi dan clean, dengan vokal yang lebih terasa forward. High tidak seagresif standar, namun masih tinggi presensinya. Staging meluas sedikit namun tidak signifikan. Detail meningkat cukup banyak, diiringi kesan airy yang lebih terasa.

Simpulan
Membahas modifikasi grado tidak akan ada habisnya, terus dan terus menyempurnakan suara originalnya yang sudah amat sangat baik.
SR80i original yang bersuara sweet mid, high yang agresif, dan bass punch yang lincah, potensinya akan lebih terangkat oleh mod-mod yang dilakukan.
Generao review mod grado dan pengaruhnya :
punch hole : memperbesar bass
pad : improve soundstage dan kenyamanan
bluetack : kerapihan tone
Housing : karakter keseluruhan

Plus
+ sweet mid, suara khas
+ well controlled bass
+ high musicality
+ banyak opsi modif

Minus
- Soundstage sempit
- Kurang nyaman dipakai lama

Should I buy this? Yes, terutama buat yang suka vokal, akustik, atau musik rock/metal. Soundstage sempit mungkin menjadi deal-breaker bagi sebagian orang

REVIEW beyerdynamic DT250/250 (250 Ohm) original vs recable mod

Beyerdynamic DT250. Ada yang tahu? Salahsatu seri beyerdynamic yang underrated, tidak banyak yang tahu. Headphone ini keluaran 2010 dan sekarang sudah discontinue. Bersama DT770, DT880, T1, DT250 ini adalah beyerdynamic yang pembuatannya hanya dilakukan di Jerman, tidak di China. Tahun 2010, DT250 ini sempat nge-hype di beberapa forum audio, namun seiring berjalannya waktu dan discontinue, DT770 mengambil alih posisi DT250.
Pada review ini, saya akan membahas DT250 versi 250 ohm, dalam keadaan original maupun telah direcable dan reterminate. Kenapa harus dimodif? Anda akan tahu jawabannya nanti :)

Build Quality
Tidak seperti beyerdynamic terkini yang kekar kokoh, DT250 termasuk biasa saja. Plastik hitam dimana-mana, dengan kesan sangat low profile. Untungnya tidak ada suara crack ketika digunakan. Clamping tercatat mantap, mencengkram lembut namun stabil di kepala.
Bahan headband dan pad berlapis velour. Pad sendiri bentuknya circmaural, sayang tidak 100% melingkari telinga, masih ada bagian yang menempel di daun telinga yang membuat fatigue jika digunakan diatas 2 jam. Namun pad ini hitungannya masih nyaman, apalagi kalau dibandingkan dengan pad ATH M50. Bahkan pengguna ATH M50 sering mengganti pad nya dengan pad DT250 ini yang dijual bebas seharga Rp 250.000.


Kabel standar berbahan full copper, berbentuk spring (seperti kabel gagang telepon) dengan panjang 1,3m dan bisa melar hingga 3m. Jack standar adalah gold plated 3,5mm, dengan konverter ke jack 6,3mm bermekanisme ulir, sehingga Anda tidak bisa menggunakan konverter jack 6,3mm ini di sembarang headphone.
Kabel DT250 ini detachable, tapi sepertinya beyerdynamic agak takut, sehingga pada pin sambungan ke housing headphone ditambahkan sekrup lagi. Penambahan sekrup ini membuat Anda tidak bisa seenaknya melepas kabel, harus melepas sekrup dulu. Padahal tanpa sekrup sekalipun, pin lebih dari cukup untuk menjaga kabel tetap menancap dengan tepat. Pin sendiri propietary beyerdynamic, dimana tidak banyak dijual di pasaran. Konfigurasinya 1 left, 1 right, dan 2 ground, alias 4 strands.
Modifikasi yang saya lakukan adalah mengganti kabel dan jack ini, karena banyak yang mengeluhkan bottleneck performance dari DT250 karena kabel originalnya yang jelek. Saya mengganti dengan kabel silvercoated bella audio 1,5m, dengan jack oyaide rhodium. Pembuatan kabel dan jack ini menghabiskan dana Rp 480.000.
Kabel dibraid untuk mengurangi interferensi elektromagnet. Seluruh pengerjaan kabel ini saya serahkan pada mitra saya, om AtenXL. Pengerjaannya sangat rapi, tidak kalah dengan kabel branded sekalipun.

Suara
Setup yang digunakan :
Laptop Lenovo G460, windows 8.
Player foobar 2000
ASIO out
DAC menggunakan centrance dacport



Impresi mendetail
Bass
Bass DT250 kuantitasnya sedang, dengan impact yang sedang juga. Sudah disebutkan diatas, respon bass mengikuti lagu, jadi dia bisa menjadi cepat dan gesit (walaupun bukan yang tercepat dan tergesit) ataupun kalem namun impactfull. Yang disayangkan adalah bassnya ada cut off, alias terpotong di frekuensi yang sangat rendah. Efeknya, DT250 tidak bisa mengeluarkan getaran subbass.
After mod : yang paling terasa adalah bass bertambah rapi dan tight, ekor bass yang tidak perlu seperti dihilangkan, namun kuantitasnya tidak berkurang. Detail dan tekstur bass menjadi luar biasa, bass seperti ada layer-layernya. Subbass tetap tidak bisa dikeluarkan dengan baik.

Mid
Mid DT250 terasa pas di tengah, tidak forward maupun laidback. Mid terasa sangat smooth, vokal tidak intim namun terasa sekali emosinya. Tebal dan bobot vokal pas, tidak tipis maupun tebal. Sangat minim kolorasi, terasa sangat natural. Tarikan napas terasa cukup, begitupun dengan suara saxophone cukup tebal berbobot. Samasekali tidak sibilance dan suara tajam. Clarity dan detail masuk jajaran top notch di kelasnya.
After mod : Mid bertambah emosional, terutama di tarikan napas yang lebih terasa dekat dan emosional. Sama seperti bass, mid semakin jelas layer-layernya. Detail bertambah sangat signifikan, banyak suara yang sebelumnya terasa jauh di belakang kini menjadi dekat dan nyata.

High
DT250 memiliki high yang sangat smooth, presensinya sangat jelas, dan uncoloured. Suara simbal sangat real, apa adanya, tidak crisp berlebihan layaknya grado atau saudaranya, DT770/250 dan T1. Smooth namun tetap detail, tidak ada yang bersuara veiled. Tidak ada suara tajam. Tidak ada kekurangan detail. Tidak ada gejala cut off seperti di bass. Everything right.
After mod : high bertambah clear secara signifikan, sedikit lebih crisp namun tetap tidak muncul suara tajam. High menjadi benar-benar lepas, tidak seperti sebelumnya yang terdengar dekat. Kali ini terasa melayang jauh diatas.

Separasi, detail, soundstage
DT250 sebagai sebuah headphone monitoring, sudah selayaknya excellent dalam tiga aspek tersebut, dan DT250 melakukannya dengan baik. Separasi top, semua terpisah, serumit apapun instrumen semua terasa saling lepas namun tetap sangat koheren. Memang inilah keahlian beyerdynamic yang wajib diakui pabrikan lainnya, semua headphonenya terutama DT series, memiliki separasi juara satu di kelasnya. 
Detail juga mantap, bukan yang termantap, namun semua detail tampil natural. Semua gemerincing, semua gesekan, pokoknya semua microdetail terdengar namun dengan komposisi yang pas dan smooth, nyaman didengar tidak bikin capek.
Mungkin kelemahan terbesar DT250 adalah di soundstage, baik wide maupun depthnya terasa biasa saja, banyak yang bisa menyamai di kelasnya. Padahal DT series lainnya bisa dibilang selalu juara untuk urusan staging. Sisi baiknya, meski tidak terlalu luas, namun akurasi stagingnya bukan main-main, sangat baik dan jelas.
After mod : 3 aspek inilah yang peningkatannya gila-gilaan setelah dilakukan mod. Kenaikan pada 3 aspek ini membuat kesan real menjadi sangat terasa. Detail meningkat jauh, diiringi dengan soundstage yang meningkat drastis secara akurasi, sayang wide dan depth peningkatannya sedikit sekali. Penempatan dan penyebaran instrumen luar biasa rapi dan akurat, terasa darimana arah datang suara. Sekali lagi, pengaruh paling besar dari mod ini adalah kesan realnya. Sangat-sangat terasa..

Scalability and Availability
Scalability (kenaikan performa headphone jika diberi source yang mumpuni) DT250 ini relatif kecil, tidak butuh amplifier mahal untuk mendapat perfoma terbaik, padahal impedansinya 250 Ohm. DT250 pun terasa sangat forgiving, file MP3 terasa nyaman, tidak ada kesan tajam dan lifeless, namun tentu jika menggunakan file lossless suara akan meningkat jauh, terutama di placing dan kesan real.
Soal availability, headphone yang pada tahun 2010 ini dihargai Rp 3jt, sekarang bisa didapat secondnya seharga Rp 1,5jt. Berhadapan langsung dengan ATH M50, takstar pro 80, dan fostex T50RP.

Kesimpulan
DT250 ini membawa kesan sangat natural dan uncoloured. Perfect for monitoring. Biasanya headphone monitoring yang dipakai bermusik suaranya cenderung bikin kuping capek karena detail yang berlebihan dan suaranya yang kering. Tidak bagi DT250/250, detail tampil sesuai kebutuhan, dan suaranya smooth sekali, sehingga untuk musik sangat-sangat nyaman. Belum lagi kemampuan "bunglon"nya, membuat DT250 ini bisa melahap berbagai macam genre.
Mengganti kabel dan jack DT250 pengaruhnya signifikan, bahkan dibandingkan dengan gonta-ganti source, ganti kabel dan jack pengaruhnya lebih besar. Lebih baik habiskan dana untuk ganti kabel dan jack, baru cari DAC dan ampli mid-high end.
Dengan harga second 1,5jt, DT250 ini masih bisa berdiri gagah di tengah headphone baru seharga 1,5jt yang masih diproduksi.

Plus
+ Suara smooth dan sangat natural
+ kenyamanan memadai jika dibanding beberapa headphone seperti ATH M50, fostex T50RP, atau takstar pro 80
+ velour pad yang juga dijual terpisah
+ tidak perlu amplifier kelas bagus untuk mengeluarkan potensinya
+ sangat forgiving, file MP3 128kbps pun terdengar nyaman
+ genre musik luas, dan merupakan beyerdynamic terbaik untuk musik rock setelah T1

Minus
- Kualitas kabel bawaan buruk, wajib recable
- pad tidak 100% melingkari telinga, fatigue jika digunakan diatas 2 jam untuk yang berkuping lebar
- discontinue and rare
- staging kurang perfect

Should I buy this? Headphone ini pasti Anda temukan dalam kondisi second. akan terasa worth to buy jika harganya di bawah 1,5juta. Jika di atas itu? Pikir-pikir lagi, karena sekarang sudah bermunculan headphone yang lebih oke sound qualitynya

11 April 2014

REVIEW Logitech Z200

Pada saat pameran di Bandung, mata saya cukup tertarik dengan speaker yang sepertinya baru sampai di pasar Indonesia, yaitu Logitech Z200. Speaker 2.0 yang ramping namun tingginya terbilang "raksasa" untuk ukuran speaker yang lebih diposisikan untuk menemani PC, yaitu setinggi laptop 14" yang layarnya terbuka. Saat itu speaker sedang dinyalakan, dan saya cukup terkejut dengan produksi bassnya yang bulat berkualitas bahkan mengalahkan speaker 2.1 berukuran kecil yang saat itu sedang dinyalakan juga. Penjualnya bilang ini belum dijual, namun dengan sedikit memaksa akhirnya saya dapatkan Z200 ini dengan harga Rp 400.000.
Di harga Rp 400rb ini, pesaing hanya ada T&V Zwei dan edifier R900T. R900T ini sudah diakui bersuara "excellent" untuk kelas Rp 400rb, apakah Z200 bisa mengimbangi?
Oh ya, Z200 akhrinya dijual seharga Rp 350.000

Spesifikasi
Silakan lihat di kardusnya saja

Paket Penjualan
Sebuah kotak berukuran besar berwarna hijau dan putih, warna kebanggaan Logitech, langsung menyapa Anda ketika Anda memutuskan meminang speaker ini. Bobotnya cukup berat juga ternyata.
Kardus pun dibuka, muncullah sepasang Logitech Z200 yang terbungkus dalam plastik, terlindung dibalik konstruksi pengaman kardus. Kelengkapan yang ditawarkan hanya speaker, adaptor, dan sedikit kertas manual.

Build Quality
Menilik power yang dikeluarkan hanya 10W, maka bisa saya simpulkan speaker ini cocoknya untuk di depan PC atau di ruangan kecil, kalau untuk ruangan keluarga yang besar power segini tidak cukup kuat untuk mengisi ruangan.
Nah, sebagai speaker yang dioptimalkan untuk digunakan di depan PC, ukuran Z200 ini terhitung raksasa, setinggi laptop 14" yang layarnya terbuka!
Terlihat dBe NS77 menjadi mungil sekali dibelakang sana. Ukuran besar ini cukup memberi kesan serius dan meyakinkan, apalagi dual speaker di depan yang dikelilingi lis putih terlihat elegan. Sekujur badannya berwarna hitam doff yang sangat fingerprint magnet, jadi bagi Anda yang bermasalah dengan minyak di tangan, jangan sering-sering menyentuh badan speaker yah, kecuali Anda rajin membersihkannya juga.
Kalau speaker dihimpitkan seperti itu memang terlihat aneh sih, dual speaker lebarnya agak kurang enak dilhat. Namun jika sudah dipasang sebagaimana mestinya, terlihat gagah kok. Di bagian depan ini terdapat tombol volume yang merangkap sebagai tombol ON/OFF, jack headphone, dan aux-in. Tak lupa ada lampu mungil berwarna kuning sebagai indikator.
Z200 ini menggunakan jack male 3,5mm sebagai inputannya. Apa dong fungsi aux-in? Ternyata Z200 bisa mengakomodasi 2 source sekaligus, jadi Anda bisa mencolokkan jack 3,5mm nya ke PC, kemudian handphone Anda disambungkan ke speaker melalui aux-in, lalu Anda memainkannya secara bergantian. Yap bergantian, tentu tidak keduanya dimainkan bermasaan. Memang agak useless sih fitur aux-in ini, apalagi tidak diberi kabel interkonek untuk menghubungkan aux dengan handphone/gadget Anda.

Beralih ke samping, ada sebuah knob putar bertuliskan "tone". 
Sampai rumah saya coba putar-putar, dan itu adalah pengatur bass! Kenapa tidak ditulis "bass" saja? Meski ada pengatur bass, saya yakin 99% dari Anda akan memutarnya ke arah maksimal demi mendapatkan bass yang nyaman. Soal ini lanjut di bagian suara dibawah ya.

Beralih ke belakang, ada kabel penghubung 2 satelit sepanjang 1,5 meter. Yap, 1,5 meter, panjang sekali bukan? Anda dijamin tidak akan pusing memasang speaker ini jika ingin digunakan di ruang tamu kecil, tidak seperti NS77 yang pendek dan membuatnya hanya bisa jadi sahabat laptop/PC saja. Kabel sepanjang ini juga menguntungkan dalam pencarian sweet spot (posisi terbaik speaker agar suara yang tersampaikan maksimal) yang mantap. Selain itu, terdapat pula input listrik.
Input bertuliskan DC 5V 1.5A, mungkin itu sebabnya logitech memberikan adaptor untuk Z200 ini, tidak USB powered, mengingat USB hanya mengeluarkan arus hingga 1A saja.

Masih di belakang, ada konstruksi kokoh penyangga speaker ini, berwarna putih sama seperti lis yang mengelilingi driver speaker.
Penyangga ini permanen, artinya kita tidak bisa mengatur kemiringan speaker. Ah, lagian buat apa mengatur kemiringan speaker? Logitech pasti sudah memperhitungkan kemiringan sedemikian agar suaranya maksimal.

Penasaran, saya mencoba membongkar speaker ini. Dan hasilnya...
Hanya ada satu speaker aktif pada tiap kanal Z200 ini, yaitu speaker yang atas. Yang satu lagi dibawah hanya speaker saja tanpa driver magnet alias pasif, sebagai bass radiator.

Suara
Speaker ini sudah burn-in selama 50 jam, dan akan saya gunakan terus hingga 100 jam. Kalau ada perubahan suara, akan saya update. Tapi pasti tidak akan banyak, biasanya paling hanya tambah rapi saja suaranya, karena burn-in 50 jam tidak bisa dibilang sebentar dan sudah cukup untuk mengeluarkan potensi speaker.
Pertama, pastikan Anda mendapat sweet spot (posisi terbaik untuk mendapat suara terbaik). Z200 ini bagi saya sweet spotnya adalah jarak antar spaker 120 cm, dan jarak speaker dengan pendengar 60cm, lalu atur sudut speaker sedemikian agar menghadap ke badan kita, tidak tegak lurus ke depan saja.
Jika Anda ingin menjauhkan jarak speaker dengan pendengar, atur saja sudut speaker terhadap Anda, jarak antar speaker saya rasa optimal di 120 cm, karena lebih dari itu saya sudah merasa suara tidak koheren lagi antar speaker kanan dan kiri. Pastikan juga speaker yang memiliki tombol volume ada di kanan Anda, karena setelah saya cek ternyata itu adalah right channel dari Z200. Anda mungkin sudah mengetahui bahwa telinga kanan dan kiri kita itu menangkap suara yang berbeda, itulah yang dimanfaatkan produsek speaker dan gadget audio lainnya untuk membuat kesan soundstage nyata. Sering lihat kan di earphone ada tulisan L dan R, padahal dipakai terbalik pun tidak masalah? Jadi, demi mendapatkan soundstage terbaik, jangan terbalik ya kanan dan kirinya.

Pada gambar diatas sudah cukup jelas rig yang saya gunakan untuk test, yaitu laptop lenovo windows 8, dan DAC menggunakan Centrance DACport. Player menggunakan foobar dengan ASIO out.

Keseluruhan, Z200 ini bernuansa warm, dengan respon frekuensi yang flat. Bass surprisingly cukup kuat dan sangat bulat serta empuk. Mid terdengar tebal dan warm, berbobot dan juga jernih. Treble terdengar ringan dan lepas, kuantitasnya cukup banyak alias tidak mendem, cass cess simbal sangat terasa lincah.

Impresi mendalam :
Bass
Sudah disinggung sebelumnya, untuk ukuran speaker 2.0 dibawah 500rb, Z200 bersama dBe NS77 memiliki kuantitas bass yang besar dibanding speaker 2.0 lainnya. Bass terdengar bertenaga, punch, bulat, dan empuk. Tidak ada kata boomy disini. Anda yang sudah suka dengan bass NS77, inilah upgrade speaker yang tepat jika tidak ingin kehilangan sensasi bassnya. Terdapat pengaturan kuantitas bass, namun saya yakin 99% dari Anda pasti menset ke full agar bass lebih terasa.
Dibanding speaker 2.1 ukuran edifier R101v, dBe SP66N, dan beberapa simbadda, tentu bass Z200 ini terdengar kecil, karena mereka semua memiliki power subwoofer yang kuat.
Detail bass terasa mantap, meski testur bass terasa kurang. Suara bass drum dan bass gitar terdengar terpisah. Speed bass diatas rata-rata, jauh lebih lincah dari dBe NS77 dalam melahap lagu rock hingga metal. Masih agak keteteran sih, tapi dibanding dengan speaker lainnya, Z200 ini sudah sangat baik.

Mid
Mid Z200 terdengar clear dan halus dengan nuansa warm. Vokal terasa berbobot dan cukup tebal dengan nuansa warm yang sangat kental. Lengkingan-lengkingan vokalis terasa sangat lembut dan clear namun kurang menggigit dan emosional. Detail mid sendiri terdengar pas-pasan, namun sudah cukup lah kalau digunakan untuk bermusik, bukan untuk monitoring. Suara gitar terdengar crisp dan centrengannya berbodi, dengar lagu-lagu depapepe terasa sekali riuh senar gitarnya mengisi ruangan. Tidak ditemukan sibilance sedikitpun, memang sebelum 50 jam penggunaan ada sibilance, namun setelah 50 jam hilang kok.
Overall, mid Z200 ini terasa pas-pasan, namun jauh dari jelek. Yang jelas bukan lawan sepadan bagi edifier R900T, dimana R900T sangat spesial midnya, jauh lebih spesial dari Z200.

High
Presensi high pada Z200 cukup banyak, meski bernuansa warm namun detailnya baik sekali. Suara simbal terdengar crisp dan lepas, suara-suara gemerincing kecil terasa sekali presensinya. dBe NS77 yang bernuansa bright, urusan high kalah telak dari Z200. Banyak sekali detail high di dBe NS77 yang tidak keluar, dan baru terasa setelah saya pakai Z200. Ekstensi high Z200 baik sekali, tidak terasa roll off seperti NS77, Z200 terasa begitu lepas melayang indah.

Separasi
Bagus, semua terasa terpisah, semua terasa lepas berjauhan. Tidak ada yang bertumpuk, semua terdengar rapi.

Detail
Z200 memberi detil yang cukup, tidak kaya ataupun miskin. Buat bermusik sudah sangat cukup, namun untuk monitoring sangat-sangat kurang.

Staging
Disini ada plus dan minus. Plusnya, staging terasa luas sekali, terasa memenuhi ruangan, melebar jauh ke kanan-kiri-atas. Pastikan Anda sudah mendapat sweet spot ya untuk merasakan indahnya staging Z200. Suara terdengar full, memberi kesan besar dan megah, sesuai dengan promo dari Logitech : rich stereo sound.
Nah minusnya, saya merasa stagingnya "hollow" alias ada pantulan-pantulan yang membuatnya terdengar seperti bernyanyi di dalam gua. Efek hollow ini paling mengganggu di mid dan bass sih, vokal seperti ada efek memantul, tidak lepas sepenuhnya ke udara. Bukan sebuah masalah besar sih, namun bagi Anda yang kerap memperhatikan soundstage pasti sedikit terganggu.

Power
10W itu bukan angka yang banyak. Untuk mendapat suara optimal, dacport saya harus diset 50%, begitupun dengan volume di Z200. Untuk di depan komputer dan kosan 5x4 sudah cukup sih, namun untuk ruang keluarga besar terbuka akan terasa kurang.

Movie
Untuk menonton film, Z200 ini terbilang mantap di kelas 2.0 harga dibawah Rp 500rb. Kesan full dan impact bass yang bagus adalah kuncinya. Ledakan-ledakan secara mengejutkan bisa diproduksi dengan baik, tidak ada kesan pecah, namun tentu kuantitasnya kalah jauh dengan speaker 2.1 yang memiliki subwoofer besar. Percakapan sangat jelas terdengar, tidak tertutup suara-suara lainnya. Soundstage luas diiringi kesan suara full membuat kesan megah dan besar.

Kesimpulan
Z200 ini sebuah speaker yang cukup baik untuk Anda yang gemar mendengarkan musik, namun tidak untuk monitoring. Suara yang lembut, clear, luas, berbodi, dan bass yang memiliki impact bagus, membuat Z200 tidak akan kesulitan merebut pasar awam-mainstream, apalagi pesaing di harga segini sangat sedikit.
Detail yang pas-pasan dan kesan hollow memang menjadi ganjalan bagi Z200 dalam menarik peminat, diperparah dengan harga di Indonesia yang terlalu mahal jika dibanding dengan harga aslinya.

Plus
+ kuantitas bass yang cukup dan impact bass yang bagus dan bulat di kelas speaker 2.0 harga dibawah Rp 500.000
+ suara clear, terdengar full, luas, dan megah
+ kabel pemisah speaker panjang
+ disediakan adaptor, tidak memakan jatah slot USB komputer

Minus
- hollow soundstage

Should I buy this? Yes, jika harganya masih kepala 3. Jika sudah 400.000 keatas, sebaiknya berpikir ulang. Namun, memang sedikit sih saingan di pasar speaker 2.0 murah.

06 April 2014

REVIEW Centrance DACport

Di zaman modern ini semua barang dibuat serba kompak namun tetap mempertahankan fungsi yang maksimal, mulai dari mobil yg bentuknya kompak namun tetap luas interiornya, handphone yang tipis kompak namun bisa segala hal, dan DAC kompak namun Sound Qualitynya juara. Tak mau ketinggalan, centrance merilis juga sebuah DAC/amp berbentuk seperti rokok, kompak dan simpel, namun apakah SQnya juara?

Spesifikasi
silakan lihat disini
spek umum :
Digital spec : USB 2.0 driverless 24/96 DAC
Dimensi : 4.5" (11.4cm) L, 1" (2.5cm) W, 1" (2.5cm) H
Audio output : 1/4" (6,3mm) jack with adapter to 1/8" (3,5mm) jack

Packing dan Aksesoris
Mencanangkan tema minimalis, berimbas ke paket penjualan yang minim gimmick. Hanya dus kecil biasa, yang di dalamnya terdapat dacport, pouch kain, kabel USB 1,8m, adapter 3,5 to 6,3mm, clip holder, dan kartu serba-serbi produk centrance. Tidak banyak buku-buku tentang produk, padahal saya suka sekali membaca yang seperti itu.
Pemberian clip holder ini yang cukup aneh, karena DACport ini tidak mungkin digunakan diselipkan di kantong baju. Ditaruh diatas meja pun terasa licin sekali. Ada baiknya mekanisme clip diganti dengan kaki karet saja.
Pemberian sarung bludru sangat berguna jika DAC ini ingin dibawa bepergian, so menghindari dari lecet-lecet akibat gesekan dengan benda lain di tas Anda.

Build Quality
Ukuran dacport sangatlah kompak, lihat size comparisonnya di bawah. Bentuknya menyerupai rokok (rokok ukuran jumbo tentunya).
Hal ini membuat tidak banyak fitur yang bisa disematkan. Input berupa mini USB, output berupa jack 1/4"  (6,3mm) dengan adapter ke 1/8" (3,5mm). Hanya itu saja fitur yang dimiliki dacport, tidak ada out RCA, coax, atau setidaknya sebuah line out. Bagian atas tidak kalah mengenaskan, hanya terdapat sebuah tombol volume putar mini, membuat DACport ini benar-benar "meragukan" untuk barang yang dihargai 3 jutaan.


Hal yang cukup menghibur adalah keseluruhan body terbuat dari metal yang kokoh, kombinasi warna silver di selubung dan hitam di kedua ujung, tidak ada celah untuk crack, seningga begitu rigid dan elegan.

Suara
Test kali ini menggunakan laptop windows 8, ASIO out, foobar player, dan headphone beyerdynamic DT250/250.
Catatan pertama adalah suhu pengoperasian yang sangat tinggi alias panas sekali ketika beroperasi. Cukup membuat panik, namun pihak centrance sendiri telah menjamin suhu tersebut adalah normal, tidak merusak komponen karena memang didesain seperti itu.

Overall, dacport ini suaranya flat, balance di semua frekuensi dengan komposisi mid yang full dan soundstage accuracy yang baik. Asik diajak musik agresif karena transientnya yang cepat dan tidak banyak kolorasi berlebihan. Separasi sangat mantap, begitupun dengan detail.

Impresi mendalam :
Bass
dacport memberi bass yang impactnya sangat baik, punch, kuat, dan cepat. Kuantitas bass sendiri sedang-sedang saja, tidak besar maupun kecil. Kualitas bass top notch, tekstur terasa nyata, mid bass maupun low bass tersaji apik, detail bass begitu jelas. Diajak musik metal, bass samasekali tidak keteteran, justru terasa sekali pemisahan dobel pedal yang sangat mantap. Diajak musik slow pun, bass tidak kehilangan punch namun tetap terkontrol.

Mid
Sudah disinggung sebelumnya, dacport membuat mid terasa lebih full dan berbobot. Vokal tersaji di tengah, tidak forward maupun laidback. Vokal sendiri cukup nikmat, tidak sweet mendayu namun tidak kering juga. Clarity dan detail sangat baik, semua terdengar jelas, lantang, dan tegas. Detail yang perlu muncul ke depan terasa maju kedepan, dan yang seharusnya ada di belakang tetap di belakang. Senar gitar terdengar crisp tanpa membuat sakit telinga.

High
High tampil prima, tidak banyak komentar disini. Tidak ada peak tajam, high terasa menusuk namun tetap lembut. Hi-hat simbal terasa lincah sekali, dan suara simbal sangat real. Kesan airy tidak terlalu kuat, namun sudah cukup untuk menghilangkan kesan blanketed. Tidak ada gejala roll off di frekuensi tinggi

Separasi
TOP. dah itu saja. Semua lepas, semua terpisah, seribet apapun lagunya tidak ada yang bertumpuk

Staging
Wide dan depth standar saja, banyak di harga segini yang lebih luas. Namun yang patut diapresiasi adalah akurasi stagingnya. Terasa sekali letak intstrumen ada dimana, tataannya rapi sekali. Kanan-tengah-kiri-depan-belakang terasa sekali pemisahan penempatannya, cuman kesan atas-bawah memang tidak begitu impresif.

Detail
Detail sampai micro detail terdengar jelas, tidak ada yang hilang. Di harga segini bukan yang terbaik, tapi masuk jajaran paling atas. Detail terasa rapi, dan keluar ketika memang dibutuhkan, sehingga membuang jauh kesan analytical dan fatiguing.

Confusion : dacport (dac/amp) vs dacport LX (dac only)
Keluarnya dacport LX yang berfungsi sebagai DAC only cukup membuat pasar bingung. Pasalnya, owner centarnce menyatakan dacport bisa dijadikan DAC only kalau volume diputar maksimal. Lah kalah dacport bisa jadi DAC only, buat apa centrance mengeluarkan dacport LX?
Kalau saya bandingkan dacport dengan dacport LX, saya menarik kesimpulan dacport LX sebenarnya tidak pure DAC, seperti ada rangkaian integrated amplifiernya. Buktinya, bisa dengan baik mendrive sennheiser HD650 dan headphone high impedance lainnya. Dan bukan main, output dacport LX itu mirip dengan dacport yang volumenya diputar habis!
Namun jika ditinjau secara sound quality, dacport LX memang memberi suara yang lebih grainless, serta lebih clean. Sisanya sama persis dengan dacport.
So, ambil dacport atau dacport LX? Kalau sudah punya amplifier, mending dacport LX, kalau belum punya, mending dacport. Lah katanya dacport bisa jadi dac only, dan dacport LX output suaranya cukup keras? Memang betul, tapi seperti yang kita ketahui, cara mendapatkan output maksimal dari PC adalah dengan mendapatkan bit perfect (jika dipakai untuk aplikasi musik, aplikasi lain soundnya disable) dan membypass mixer sound windows. Jika membypass mixer windows, artinya volume control tidak berfungsi, seperti selalu 100%. Disinilah letak kegunaan port volume pada dacport bagi pengguna yang tidak memakai amplifier lagi, soalnya kalau colok dacport LX akan terasa terlalu kencang, tidak bisa mengecilkan volume.

Simpulan
Dihargai seharga Rp 3 juta, dacport menjelema menjadi salahsatu DAC "benchmarker", dimana dacport kerap dijadikan standar kualitas dan referensi bagi para audiophile. Suara yang tidak banyak kolorasi, namun dengan kualitas teknis yang bagus luar biasa menjadi faktor gemilangnya performa dacport.
Minimnya fitur memberi sedikit keraguan, terutama untuk orang yang baru masuk dunia audiophile. Kok 3 juta hanya bentuk batangan, tidak ada bass/treble adjuster, atau minimal opsi output lain selain headphone out? Apalagi bagi non audio enthusiast, kok mahal-mahal tapi cuman berasa lebih clear doang, tidak tambah ngebass maupun tambah cring treblenya?
Yap, DAC makin high-end justru semakin netral suaranya, tidak ada boost di bass, mid, maupun treble, namun kualitas teknisnya yang superior. Biasanya para audiophilers mencari kolorasi suara dengan main di sektor amplifier.

Plus
+ superb sound quality
+ ringkas, simpel, elegan
+ best price to performance

Minus
- Minim fitur
- Panas ketika beroperasi
- Power output besar namun masih terbatas, untuk drive headphone seperti Hifiman HE500 terasa kurang baik

REVIEW NOKIA Bluetooth Headset BH-111, decent sound on decent price

Saya kembali mencoba mereview sebuah bluetooth headset, kali ini datang di kelas low end, yaitu Nokia BH-111 seharga Rp 250.000-300.000. Bluetooth headset ini dapat dengan mudah didapatkan di nokia center atau di toko aksesoris. Untuk pembelian online, harap berhati-hati dengan barang non original yang biasa dijual dibawah Rp 200.000. Always trust the original, setuju??

Spesifikasi
Saya sedang malas copas, silakan lihat di situs nokia saja : Spesifikasi BH-111
Spesifikasi kuncinya :
- baterai : 6 jam musik, 5 hari standby
- ukuran fisik : 48x37.6x12.8mm, berat 15.5g
- konektor : jack 3.5mm earphone, 2.0mm nokia charger jack
- versi bluetooth : 2.1+EDR

Paket Penjualan
Terbungkus dalam kardus yang cukup besar, bahkan lebih besar daripada dus galaxy S4 sekalipun, membuat produk ini terasa menjanjikan. Ketika dibuka, ternyata yang membuat kardus menjadi besar adalah konstruksi bagian pengaman dalam yang besar sehingga aman dalam pengiriman sekaligus mudah untuk dikeluar-masukkan. Cukup menggembirakan, dimana saat ini packing produk seperti yang 1x pakai, dalam artian jika sudah dibuka, kadang kita kesulitan untuk memasukan produk beserta asesorisnya kembali ke dalam dus dengan rapi.
Kelengkapan yang didapat :
1. earphone bertipe IEM (In ear monitor) dengan 3 ukuran tips silikon.
2. charger nokia 2.0 mm (jack kecil), jack charger model ini sangat mudah ditemukan dalam handphone nokia maupun paket powerbank berbagai merk, so tidak perlu khawatir kesulitan mencari alternatif charger.
3. Modul bluetooth nokia BH-111
4. Manual book yang sangat banyak dan tebal, dan ada berbagai bahasa
5. Kartu garansi 6 bulan

Build Quality
Nokia terlihat menyasar kalangan muda energik ketimbang kalangan elegan, terlihat dari pilihan warna cerah yang energik. Ada hijau muda, pink, putih, hitam, dan biru muda. Saya asalnya ingin membeli yang warna hitam, sayangnya saat itu hanya terdapat warna pink dan biru muda. Dengan alasan kurang suka warna yang berkesan terlalu girly (saya cowok), dengan berat hati saya ambil yang biru muda.
Ukuran dari BH-111 ini sangat kompak dan ringan, dengan berat hanya 15 gram membuat BH-111 ini sangat tidak mengganjal ketika diselipkan di baju, ditambah sistem clip yang menjepit dengan sangat kuat membuat BH-111 ini aman digunakan untuk olahraga ekstrem sekalipun. Ya, sistem clipnya menyatu dengan body, bukan sistem pegas seperti sony MW1 misalnya. Yaa terkadang clip yang sangat kuat ini akan membuat Anda sedikit kesulitan ketika menyelipkannya ke baju yang agak tebal.

Bagian depan terdapat 4 tombol, play/pause, previous, next, dan multifunction button.
Multifunction button ini selain sebagai tombol call handling dan tombol power, juga sebagai menu akses, misal untuk masuk ke pairing mode. Bagian muka ini berbahan karet kesat yang datar dan rata, sehingga mantap ketika diraba. Tombol play/stop, next, previous semuanya dibuat bertekstur menonjol, sedangkan tombol multifungsi dibuat cekung kedalam. Sebuah desain yang cerdas karena tanpa melihat pun dengan ini kita tidak kesulitan menentukan mana bagian atas dan bawah dengan meraba mana bagian yang cekung/menonjol, juga meminimalisir salah tekan tombol, mengingat BH-111 tidak dibekali layar.

Beralih ke bagian atas terdapat tombol volume dan lubang mic.Tombol volume ini mekanismenya putar "infinity", maksudnya, tidak seperti knob analog pada umumnya yang memiliki batas atas dan bawah, BH-111 ini ketika sudah mencapai volume tertinggi, kita hanya diperingatkan dengan suara "bip" dari earphone saja sedangkan knob masih bisa diputar. Hal yang sama berlaku untuk batas volume bawah, yang membedakan adalah suara "bip" di batas volume atas nadanya tinggi, sedangkan di batas volume bawah nada rendah. Yap, bisa dibilang pengatur volume ini adalah pengatur model digital namun berdesain analog, biasanya model digital kan berupa tombol atas/bawah. 

Maksud nokia baik, jika menggunakan knob volume analog tentu tidak bisa dibuat kecil dan juga banyak isu channel imbalance, belum lagi persoalan suara "kresek-kresek" yang kerap ditemui pada knob analog. Namun kelemahan desain yang dibuat nokia ini adalah kita jadi tidak tahu seberapa level volume yang sedang kita setel, 25%, 75%, 100%, atau berapa? Hal yang paling bahaya adalah jika tangan kita kerap jahil, misal ketika sedang standby volume iseng diputar-putar, dan ketika mendengarkan musik kita terkejut karena volume tiba-tiba tinggi.
Di tengah tombol volume putar ini terdapat lampu kecil sebagai indikator, bisa berwarna merah atau hijau, bisa menyala konstan ataupun berkedip. Silakan baca buku manual tentang arti dari indikator ini.

Bagian belakang terdapat clip yang sudah dibahas sebelumnya, gigitannya sangat kuat karena menyatu dengan body, bukan menggunakan pegas 
Bagian belakang ini terdapat informasu produk, seperti serial number, model number, spesifikasi kelistrikan, sampai beberapa peringatan. Sayangnya dicetak dalam tinta hitam yang mudah luntur jika sering bergesekan dengan tangan/baju

Bagian bawah hanya terdapat jack 3,5mm. Gigitan jack ini cukup kuat, memasukkannya perlu sedikit tenaga namun terasa smooth dan mantap. Dengan kata lain, earphone dan modul bluetooth tidak mudah terpisah jika tidak sengaja tertarik, misal ketika berolahraga.
Pada foto diatas terlihat jelas apa yang saya maksud model clip menyatu dengan body dan mengapa jepitannya sangat kuat.

Sampng kanan dan kiri sangat minim tombol, hanya ada lubang charger di sisi kiri
 Sisi kanan tidak ada apapun, yaa tentu memang seharusnya tidak diisi apapun karena sisi ini adalah bagian muka ketika BH-111 akan dijepitkan ke baju.

IEM bawaan tidak jelas apa kodenya, yang jelas cukup nyaman dipakai di telinga. Warnanya pun disesuaikan dengan body, tidak hanya housing, tapi sampai ke karet tipsnya pun warnanya sama. Berakibat negatif jika tips ini hilang, karena sulit mencari tips warna seperti ini, paling banyak warna hitam atau putih.
Jack berbentuk straight plug gold plated, standar lah. Kabel IEM ini cukup panjang jika dibandingkan dengan Sony MW1, jadi kita sedikit lebih leluasa menjepitkan modul bluetooth pada bagian baju manapun.

Keseluruhan, desain BH-111 ini sangat menarik, ergonomik, dan tepat fungsi. Hanya ada dua komplain dari saya, yaitu soal mekanisme knob volume yang sudah dibahas diatas, dan satu lagi masalah lapisan karet yang melapisi sekujur tubuh BH-111 ini. Bahan karetnya oke, terasa kesat, namun juga terasa agak lengket sehingga tidak bersahabat dengan debu dan lingkungan kotor misalnya ditaruh di meja tanpa pelindung, atau disentuh dengan tangan berminyak yang kotor. Lama kelamaan, warnanya yang cerah berubah menjadi kusam, menjadi kehitaman. Tentu ini tidak berlaku untuk BH-111 warna hitam, dan mungkin ini juga alasan kenapa warna hitam cepat sold out.

Setup dan Penggunaan
Tanpa didukung layar, hal yang pertama harus diperhatikan adalah kenali semua indikator, baik itu suara maupun lampu. Bacalah buku manual dengan seksama.
Untuk menyalakan, tekan tombol multifungsi selama 3 detik, kemudian akan terdengar suara BIP di earphone. Hal yang sama berlaku untuk mematikan BH-111.
Jika pertama kali beli, Anda harus masuk ke pairing mode. Caranya, dari keadaan modul mati, tekan tombol multifungsi selama 9 detik. Pada detik ke 3, indikator lampu akan menyala hijau, tetap tekan terus tombol hingga indikator lampu menyala hijau-merah bergantian. Pada saat ini, silakan cari nokia BH-111 dari handphone/gadget Anda, setelah BH-111 dikenali dan diizinkan untuk pairing oleh handphone/gadget Anda, maka selesailah proses pairing. Lampu indikator akan berkedip hijau secara singkat setiap 2 detik sekali.

Kualitas suara
Saya menggunakan samsung galaxy S2 untuk test ini. Tidak ada kesulitan berarti dalam pairing, dan semua fungsi berjalan sempurna. So, bagi Anda yang menganggap bluetooth headset buatan pabrikan satu tidak kompatibel dengan handphone buatan pabrik lainnya tidak perlu cemas.

Sebelum melangkah lebih jauh, jika Anda belum mengetahui kosakata dalam dunia audio, silakan buka kosakata audio dulu, agar tidak bingung
kosa kata audio

Kualitas telepon
Kualitas suara untuk bertelepon standar, tidak ada noise mengganggu, suara dari kita maupun lawan bicara terdengar jelas. Jika digunakan bertelepon sambil bergerak kecepatan tinggi semisal sambil naik motor, noise angin terdengar cukup jelas tapi jauh lebih kecil jika dibanding dengan menggunakan earphone berkabel bawaan kebanyakan handphone.

Kualitas musik
Keseluruhan, IEM bawaan BH-111 ini menyajikan suara yang seimbang di semua frekuensi, tidak ada boost atau frekuensi tertentu yang ditonjolkan. Karakter kolorasi suara BH-111 ini sangat mirip dengan phrodi 007 jimbon , namun dengan kualitas teknis suara dibawah jimbon, terutama di clarity, treble, dan detail.

impresi mendalam
bass
Bass terdengar deep dan cukup rapi. Punch terasa mantap, tidak boomy sama sekali. Cukup menggembirakan tentunya untuk yang benci bass bleberan. Detail bass terasa kurang, begitupun tekstur bass terasa datar. Speed bass medium, cukup lincah untuk trance/hip-hop, namun tidak cukup cepat untuk memproduksi suara dobel pedal cepat di musik metal.

Mid
Mid terdengar pas di tengah, tidak laidback pun forward. Kesan agak dry sangat terasa, vokalis terdengar lifeless, terdengar datar. Detail mid standar, centerngan gitar sudah terasa cukup crisp, begitupun dengan gesekan-gesekan senar dengan jari. Suara rumit alat elektronik musik kpop bisa dijabarkan dengan baik. Clarity adalah sektor paling payah disini, suara seperti tidak lepas dan kurang jernih.

High
High presensinya sangat terasa, tidak bisa dibilang mendem, namun tidak begitu clear. Suara simbal cukup crisp dan natural. Tidak ada suara-suara tajam disini. Seperti ada roll off di frekuensi diatas 12khz, ini membuat high tidak terlalu lepas dan ekstend.

Separasi, staging, detail, clarity
Separasi sudah cukup baik, namun untuk audio enthusiast seperti saya masih terasa agak kurang. Memang suara instrumen yang ribet misal di musik kpop bisa dijabarkan dengan baik, namun seperti masih kurang terpisah. Staging tercatat agak sempit, kanan-kiri tidak terasa berjauhan, depth nol. Detail dan clarity adalah hal terburuk dari BH-111 ini, agak payah kalau saya bilang.
Saya melakukan riset dengan tiga kondisi :
1. dengan menggunakan source yang berbeda, yaitu sony MW1 namun IEMnya tetap bawaan BH-111
2. langsung colok IEM bawaan BH-111 ke jack galaxy S2
3. Menggunakan IEM hippo pro one untuk menggantikan bawaan BH-111 dicolok ke modul bluetoothnya, dan membandingkannya dengan jika colok langsung ke jack galaxy S2 dan sony MW1.

Jika menggunakan sony MW1 dan IEM bawaan BH-111, terasa peningkatan di sisi detail, clarity, dan kerapihan suara. Hal yang sama bila IEM BH-111 dicolok langsung ke jack samsung galaxy S2.
Menggunakan pro one untuk menggantikan IEM BH-111 dicolok ke modul bluetooth, degradasi suara terasa sangat besar jika dibandingkan dengan colok langsung ke jack maupun ke sony MW1, clarity menurun drastis, begitupun dengan detail.

Saya menarik kesimpulan buruknya clarity dan detaik bukan kesalahan di IEM bawaan BH-111, tapi ada di kualitas modul bluetoothnya. Degradasi akibat transmisi bluetoth terasa cukup besar, paling besar efeknya di mid dan high, membuat terasa banyak roll off dan tidak clear, serta detail kecil banyak yang hilang.

Baterai
Tercatat untuk memutar musik non stop, BH-111 bertahan selama 5 jam 20 menit. Jika tidak digunakan untuk musik secara terus menerus, misalnya hanya digunakan untuk bermusik menemani perjalanan pulang pergi kota Jakarta yang kemacetannya luar biasa dan menemani jam istirahat di kantor, serta sesekali bertelepon, BH-111 ini bertahan full 1 hari dari pagi sampai sore, dan malamnya Anda harus mencharge untuk kegiatan esok hari.
Ketahanan seperti ini terhitung standar, kalah jauh dibanding sony MW1, namun sudah cukup lah setidaknya Anda tidak dibuat kesal dengan low batt di tengah hari saat sibuk-sibuknya kegiatan.

Simpulan
BH-111 menawarkan konsep energik dan kemudahan dalam pengoperasian. Warna-warna nyentrik sangat menarik kaum muda yang dinamis. Tombol ergonomis dan kemudahan pengoperasian menjadi sangat penting bagi Anda yang aktif.
Namun jika berharap kualitas super dalam bermusik, BH-111 ini cukup membuat Anda cemberut. Mengganti IEM bawaan BH-111 dengan IEM merk ternama yang lebih mahal bukan keputusan bagus, mengingat masalah kurangnya kualitas suara ini lebih karena kualitas modul bluetoothnya, bukan IEMnya.

Jadi, untuk Anda yang sekedar ingin menikmati musik kualitas secukupnya, mengontrol handphone untuk bertelepon/musik tanpa diribetkan oleh kabel, BH-111 ini pilihan yang tepat di harganya. Daripada gambling beli merk tidak jelas kualitas dan nama besarnya, nama Nokia menjamin setidaknya kualitasnya tidak memalukan, untuk dipakai sendiri maupun dipamerkan ke rekan.
Namun jika Anda memang berharap tidak hanya bertelepon, namun berharap kualitas lebih prima untuk bermusik, saya sarankan beli bluetooth headset yang kelasnya diatas BH-111 ini.

Plus
+ Harga kompetitif, mudah didapat
+ Pengoperasian mudah, ergonomis, zero bugs
+ Ringan dan clipnya kuat mencengkram
+ Banyak pilihan warna

Minus
- Sistem knob volumenya tidak bisa menunjukkan level volume yang sedang diputar
- Kualitas musik sangat standar
- Hati-hati dengan barang palsu, sebaiknya beli di nokia center atau di mall ternama, dan tidak tergiur jika ditawarkan dengan harga sangat murah


Rating : 7.5/10*
Penjelasan rating
10/10 : excellent price to performance. Must buy!**
9/10 : recommended
8/10 : good
7/10 : average
6/10 : try another things first
below 5/10 : leave it, not worth to buy!
*perlun diingat, ini adalah rating price to performance, bukan rating untuk menempatkan posisi barang ini dalam jajaran gadget audio dari kualitas tertinggi sampai terendah. Contoh kasus misal earbud A seharga 50rb dapat rating 10/10 bukan berarti kualitasnya lebih baik dari earbud 10jt yang dapat rating 7/10, namun earbud A memiliki excellent price to performance di harga 50rb, sedangkang earbud B hanya average saja di kelas 10jt
**must buy maksudnya tentu jika karakternya cocok dengan preferensi Anda