Kali ini kedatangan earbud-earbud dari 52Ve : Zen, Asura Beta, dan Monk. Model teratas, Zen, di Indonesia dihargai sekitar 1.750.000 juta. Adiknya Zen, Asura Beta dihargai sekitar Rp 650.000. Seri entry level, Monk, dihargai sekitar Rp 150.000 [update] Dengar-dengar Monk dijual sekitar Rp 100.000.
Spesifikasi
Wearing styles: earbudPlug Diameter: 3.5mm straightplug
Cable length: 1.2m
Sensitivity: 108db
Impedance: 150 ohms
Frequency range: 10-25000
52VE Zen
Wearing styles : earbud
Plug Diameter: 3.5mm straightplug
Impedance: 320 Ohm
Frequency range: 20hz-20khz
Cable length: 1.2m
Sensitivity: 125dB
Impedance: 32 Ohm
Frequency range: 18-22000Hz
Packing dan Aksesoris
Desain, Build Quality, dan Penggunaan
52Ve memberikan Zen dan Asura Beta packing kotak karton dengan hadrcase dan tiga pasang sponge di dalamnya. Terlalu sederhana untuk sebuah earbud high-end, terutama Zen.
Sepertinya sudah tidak perlu dibahas lagi soal desain, karena saya yakin Anda semua sudah sangat hafal dengan bentuk seperti ini. Yap, para pembuat earbud sepertinya sudah malas mendesain ulang earbud-earbudnya, sehingga desain yang digunakan lagi-lagi desain sejuta umat.
Agar terlihat sebagai dua produk yang berbeda, 52VE memberi Asura Beta dan Monk warna hitam, bedanya pada warna label merk, Asura Beta putih sedangkan Monk merah. Zen beda sendiri, dia diberi warna putih.
Asura Beta diberi kabel braided, sedangkan Zen dan monk kabel biasa.
Bahan pembungkus kabel Asura Beta dan Zen keduanya tebal, lentur, dan tidak meninggalkan bekas lipatan ketika sering digulung. Saya pribadi lebih suka kabelnya Zen, karena kabel pada Asura Beta mudah terurai, terutama kabel yang ditwist setelah Y-splitter menuju earbud kanan dan kiri. Paling mengecewakan adalah kabelnya Monk, terasa kaku dan sangat meninggalkan bekas lipatan/gulungan. Bahannya pun "mentul-mentul" ketika ditekuk.
Jack ketiganya berbentuk straight plug gold plated, profilnya ramping sehingga tidak menyusahkan bagi Anda yang suka menggunakan case tambahan pada gadget. Asura Beta tampil lebih mewah dengan aksen metal silver pada jack dan Y-splitter.
Bicara kenyamanan, yaa sama lah dengan earbud-earbud lainnya yang menggunakan desain seperti ini. Terasa sedikit besar di telinga, tapi masih nyaman
Suara
Ketiganya sudah burn-in 200 jam, mungkin lebih.
Setup yg digunakan :
Setup 1 : laptop > centrance dacport
Setup 2 : laptop > centrance dacport > fiio L16 mini to mini > DIY tubehybrid amp
Setup 2 : laptop > centrance dacport > fiio L16 mini to mini > DIY tubehybrid amp
DAP pinjaman : iPod Video 5.5th Gen
Baik Zen, Asura Beta, hingga Monk memiliki soundsignature yang benar-benar mirip. Suara keseluruhan cenderung warm, dengan bass impact yang oke, vokal tebal dan penempatannya ditengah, serta high yang smooth (tidak mendem!)
Saat pertama mendengarkan keduanya, saya tidak langsung terkesima. Di dalam hati sempat berkata, "Ini earbud harga lumayan mahal, tapi kok gini doang?"
Namun setelah menenangkan kondisi psikologis, mendengarkan lebih dari 15 menit, gonta-ganti beberapa lagu, baru saya bisa merasakan "bagusnya" earbud ini.
Zen
Mari kita coba seri tertinggi terlebih dahulu, yaitu Zen. Hal yang pertama membuat saya terkesima dengan Zen adalah bassnya. Untuk ukuran earbud, bass Zen ini terbilang besar dan impactnya kuat dengan punch yang mantap menghantam. Ketika nyetel musik yang banyak beat bassnya, tendangan bass baik midbass maupun lowbass begitu mantap, sangat menyenangkan. Cukup terkejut, biasanya bass model seperti ini didapat dari headphone fullsize. Bass pun memiliki kontrol dan speed yang baik, tidak bleberan dan terasa sangat lincah, tidak keteteran ketika nyetel musik tempo cepat dan energik. Untuk musik-musik yang suara drumsetnya rusuh dan banyak memainkan dobel pedal, meski terasa lincah mengikuti tiap gebukan namun bassnya sedikit kurang tight sehingga batas dobel pedal kurang detil. Bukan berarti jelek loh ya.
Midrange dan vokal dari zen terasa "biasa saja", maksudnya untuk ukuran earbud 1,7 juta tidak ada sesuatu yang bikin saya takjub di sisi ini. Posisi vokal cenderung ditengah, tidak terasa forward intim. Vokal terasa warm dan tebal, tidak terlalu sweet namun tidak terasa kering membosankan. Penggunaan tube amplifier sangat membantu vokal menjadi lebih tebal dan lebih maju lagi, juga lebih mengayun manis. Hebatnya sih samasekali tidak ada sibilance, benar-benar bersih dan halus. Vokal pun tidak tertutup atau terserang oleh bass yang besar di bawah sana, begitupun dengan suara instrumen di midrange yang bersih.
High pada zen "just right", terkadang kurang terasa sparkling dan airy, namun jauh dari kata mendem. High memiliki detail dan ekstensi yang baik, sayang kurang crisp untuk selera saya. High tidak pernah terasa tajam meski di volume tinggi bahkan di file yang dicompres secara berlebihan sekalipun. Benar-benar nyaman didengar untuk waktu yang lama, tidak bikin cepat lelah.
Soundstage Zen terasa "besar" tapi tidak terlalu "lebar" dan airy. Secara width mungkin tidak terlalu wow, yaa hanya sedikit di atas rata-rata lah, namun keunggulan Zen di telinga saya adalah memiliki proporsi yang sangat berimbang antara width, height, dan depth dengan center imaging yang baik sekali. Dalam imajinasi saya, terasa besar dan megah, seperti mendengarkan melalui headphone, bukan earbud.
Separasi terasa mantap, tiap instrumen terasa terpisah, tidak ada yang menumpuk. Begitupun dengan detail, terasa baik meski mungkin kita butuh usaha lebih jika sengaja mencari-cari detail yang sangat kecil.
Asura Beta
Asura Beta memiliki suara yang benar-benar mirip dengan Zen dengan impedansi hanya 150 Ohm, lebih bersahabat bagi Anda yang kurang suka menggunakan amplifier untuk portable setup. Jika Anda tidak terlalu sensitif dan mencoba Zen dan Asura Beta di kesempatan yang berbeda (misal jeda seminggu), mungkin Anda akan sedikit sulit menemukan perbedaan diantara keduanya. 150 ohm pada Asura Beta bukan momok yang menakutkan kok, colok iPod video 5.5 gen sudah bernyanyi dengan baik, meski jika diberi amplifier akan lebih baik lagi.
Jika dibandingkan secara langsung, Anda akan merasakan perbedaan kualitas suara antara Asura Beta dengan Zen. Pertama dan yang paling terasa, Asura Beta suaranya tidak sedinamis Zen, dimana Zen tiap tone yang keluar terasa lebih memiliki energi. Zen pun memiliki punch bass impact yang lebih baik dari Asura Beta, meski tidak signifikan.
Kedua, vokal Asura Beta terasa tidak sehalus Zen, namun bukan berarti Asura Beta vokalnya kasar yah jika dibandigkan dengan pesaing yang harganya mirip. Asura Beta tetap memiliki penempatan vokal di tengah dan tebal, namun jika nyetel lagu-lagu jenis power vokal, pada lengkingan-lengkingan panjang dan vokal nada tinggi, Asura Beta terasa tidak sehalus Zen.
Ketiga, meski Asura Beta masih mempertahankan kesan megah pada soundstagenya, namun terasa tidak se"besar" Zen, terutama pada depth dimana Asura Beta kesan jarak jauh/dekatnya instrumen terasa lebih pendek, kesannya seperti dimensi imajinasi ruangan sedikit dipersempit.
Secara keseluruhan, membandingkan Zen dan Asura Beta itu bagaikan membandingkan MP3 320 kbps dengan 192 kbps, karakter suara bisa dibilang sama, namun ada "something missing".
Jika dibandingkan secara langsung, Anda akan merasakan perbedaan kualitas suara antara Asura Beta dengan Zen. Pertama dan yang paling terasa, Asura Beta suaranya tidak sedinamis Zen, dimana Zen tiap tone yang keluar terasa lebih memiliki energi. Zen pun memiliki punch bass impact yang lebih baik dari Asura Beta, meski tidak signifikan.
Kedua, vokal Asura Beta terasa tidak sehalus Zen, namun bukan berarti Asura Beta vokalnya kasar yah jika dibandigkan dengan pesaing yang harganya mirip. Asura Beta tetap memiliki penempatan vokal di tengah dan tebal, namun jika nyetel lagu-lagu jenis power vokal, pada lengkingan-lengkingan panjang dan vokal nada tinggi, Asura Beta terasa tidak sehalus Zen.
Ketiga, meski Asura Beta masih mempertahankan kesan megah pada soundstagenya, namun terasa tidak se"besar" Zen, terutama pada depth dimana Asura Beta kesan jarak jauh/dekatnya instrumen terasa lebih pendek, kesannya seperti dimensi imajinasi ruangan sedikit dipersempit.
Secara keseluruhan, membandingkan Zen dan Asura Beta itu bagaikan membandingkan MP3 320 kbps dengan 192 kbps, karakter suara bisa dibilang sama, namun ada "something missing".
Monk
Monk juga masih mempertahankan soundsignature yang sama, yaitu bass cukup besar, vokal tebal dan penempatannya di tengah, serta high yang smooth. Namun dengan harga yang hanya 1/10nya Zen dan 1/5nya Asura Beta, Monk terasa sangat inferior jika dibandingkan dengan kedua kakaknya, jadi saya tidak akan menjadikan kedua kakaknya sebagai benchmark dalam impresi kali ini.
Monk memiliki bass yang kuantitasnya cukup besar, terasa sedikit boomy namun tidak sampai bleberan kemana-mana. Penempatan vokal cenderung di tengah dan masih terasa tebal, namun terkesan flat dan kurang emosional. High halus, terasa kurang airy dan crisp, tidak ada suara-suara tajam. Separasi bagus, tidak terasa bertumpuk. Soundstage standar, tidak luas ataupun sempit, jelas kalah megah dengan kedua kakaknya. Detail cukupan saja, tidak kurang namun tidak istimewa juga, detail kecil masih mudah ditangkap dengan usaha extra.
Monk juga masih mempertahankan soundsignature yang sama, yaitu bass cukup besar, vokal tebal dan penempatannya di tengah, serta high yang smooth. Namun dengan harga yang hanya 1/10nya Zen dan 1/5nya Asura Beta, Monk terasa sangat inferior jika dibandingkan dengan kedua kakaknya, jadi saya tidak akan menjadikan kedua kakaknya sebagai benchmark dalam impresi kali ini.
Monk memiliki bass yang kuantitasnya cukup besar, terasa sedikit boomy namun tidak sampai bleberan kemana-mana. Penempatan vokal cenderung di tengah dan masih terasa tebal, namun terkesan flat dan kurang emosional. High halus, terasa kurang airy dan crisp, tidak ada suara-suara tajam. Separasi bagus, tidak terasa bertumpuk. Soundstage standar, tidak luas ataupun sempit, jelas kalah megah dengan kedua kakaknya. Detail cukupan saja, tidak kurang namun tidak istimewa juga, detail kecil masih mudah ditangkap dengan usaha extra.
Genre
Baik Zen, Asura Beta, maupun Monk bisa dibilang siap melahap berbagai genre musik, istilah kerennya cukup allrounder. Bagi saya, bestnya sih untuk musik-musik yang banyak beat bassnya, misalnya EDM (Electro Dance Music). Mendengarkan lagu-lagu pop pun terasa nikmat sekali. Zen dan Asura Beta masih bisa dibawa nge-Jazz dan Blues, namun pada Monk terasa agak kurang.
Zen dan Asura Beta jika diajak nyetel musik-musik rock, emo, metal, dan kawan-kawan masih terasa asyik, namun Monk terasa kurang rapi untuk genre tersebut.
Untuk akustik, Zen dan Asura Beta masih cukup mumpuni, tapi tidak terlalu baik. Kadang terasa terlalu tebal sehingga detail-detail petikan senar gitar kurang menggigit dan menggairahkan.
Zen dan Asura Beta jika diajak nyetel musik-musik rock, emo, metal, dan kawan-kawan masih terasa asyik, namun Monk terasa kurang rapi untuk genre tersebut.
Untuk akustik, Zen dan Asura Beta masih cukup mumpuni, tapi tidak terlalu baik. Kadang terasa terlalu tebal sehingga detail-detail petikan senar gitar kurang menggigit dan menggairahkan.
Kesimpulan
Zen, Asura Beta, dan Monk adalah earbud-earbud tipikal fun bass lovers. Cocok bagi Anda tipikal yang gemar bermusik santai atau yang suka beat-beat bass, kurang cocok bagi Anda yang gemar sweet vocal ataupun detail lovers.
Zen yang dihargai Rp 1.750.000 memang terasa cukup memberatkan, terutama bagi Anda yang kurang suka bermain amplifier. Namun jika Anda memiliki amplifier berkualitas oke dan sinerginya dapet, Zen akan bersuara mantap. Tidak banyak high-end earbud yang menawarkan impact bass seperti Zen, dan suara keseluruhan yang headphone-like.
Asura Beta adalah versi ekonomis dari Zen, suaranya mirip namun kalah dinamis, kalah halus di vokal, dan soundstage tidak semegah Zen. Asura Beta pun lebih ramah bagi Anda direct lovers, meski tanpa amplilfier saja suaranya sudah oke, namun jika ditambah amplifier lagi suaranya masih bisa lebih bagus lagi. Dengan harga Rp 650.000, saya rasa pilihan yang baik bagi Anda yang gemar menggunakan earbud untuk musik-musik nge-beat. Pesaing berat mungkin datang dari Blox M2c dan PK1 DIY, namun mereka karakternya sedikit berbeda dengan apa yang ditawarkan Asura Beta.
Bagaimana dengan Monk? Dengan hargaRp 150.000, posisi harga maupun karakter benar-benar berada di antara edifier H180 dan H185. Jika Anda suka earbud yang bassnya oke namun tidak terlalu basshead, merasa H180 bassnya kegedean namun H185 kekecilan, Monk bisa jadi alternatif yang pas. Namun jika Anda tidak keberatan menambah budget Rp 60.000 lagi, saya pribadi lebih memilih Musa SP1 untuk earbud berkarakter demikian. Tapi yah Rp 60.000 bukan jumlah yang sedikit bukan?
[update]Dengar-dengar Monk dijual kisaran Rp 100.000, kalau begitu sih sangat worth to buy yah
Satu kekurangan yang kadang sedikit mengganggu bagi saya, desain earbud-earbud ini terlalu biasa saja, bosan saya melihat desain seperti ini. Jika Monk okelah mengingat dia bermain di pasar entry level, namun untuk earbud high end seperti Zen tentu akan lebih menarik lagi jika diberi housing yang lebih "mewah", sehingga baik tidak hanya suaranya saja yang mahal, tapi tampilannya juga.
Zen yang dihargai Rp 1.750.000 memang terasa cukup memberatkan, terutama bagi Anda yang kurang suka bermain amplifier. Namun jika Anda memiliki amplifier berkualitas oke dan sinerginya dapet, Zen akan bersuara mantap. Tidak banyak high-end earbud yang menawarkan impact bass seperti Zen, dan suara keseluruhan yang headphone-like.
Asura Beta adalah versi ekonomis dari Zen, suaranya mirip namun kalah dinamis, kalah halus di vokal, dan soundstage tidak semegah Zen. Asura Beta pun lebih ramah bagi Anda direct lovers, meski tanpa amplilfier saja suaranya sudah oke, namun jika ditambah amplifier lagi suaranya masih bisa lebih bagus lagi. Dengan harga Rp 650.000, saya rasa pilihan yang baik bagi Anda yang gemar menggunakan earbud untuk musik-musik nge-beat. Pesaing berat mungkin datang dari Blox M2c dan PK1 DIY, namun mereka karakternya sedikit berbeda dengan apa yang ditawarkan Asura Beta.
Bagaimana dengan Monk? Dengan harga
[update]Dengar-dengar Monk dijual kisaran Rp 100.000, kalau begitu sih sangat worth to buy yah
Satu kekurangan yang kadang sedikit mengganggu bagi saya, desain earbud-earbud ini terlalu biasa saja, bosan saya melihat desain seperti ini. Jika Monk okelah mengingat dia bermain di pasar entry level, namun untuk earbud high end seperti Zen tentu akan lebih menarik lagi jika diberi housing yang lebih "mewah", sehingga baik tidak hanya suaranya saja yang mahal, tapi tampilannya juga.
~Ini impresi pribadi saya, tiap orang bisa berbeda. Dicoba secara langsung oleh telinga Anda tetap menjadi pilihan terbaik~