02 February 2018

REVIEW KOMPARASI ABnormal Duotres vs Elibuds Sabia Pro v2


Sudah lama rasanya saya tidak main earbud lagi.
Kini earbud lokal banyak membanjiri pasar tanah air, dengan kualitas yang tidak main-main, bahkan sudah bisa membuat earbud buatan pabrikan ternama menjadi terasa overpriced!
Masih ingat Elibuds Sabia V1 yang begitu tenar di tanah air dan juga mengharumkan nama Indonesia di pasar earbud luar negri? Atau Edimun yang sempat sangat diapresiasi bule-bule dan ngehits di pasar lokal? Dan masih banyak lagi builder-builder lokal yang tidak bisa disebutkan satu-satu yang kerap melahirkan earbud dengan kualitas mencengangkan.

Waktu pun berlalu, produk datang silih berganti membanjiri pasar. Beberapa earbud ternama tinggal legenda saja. Beberapa generasi penerus ada yang berhasil merebut pasar yang lebih luas, namun ada juga yang kehilangan penggemar.

Saat ini, ada 2 yang cukup menarik perhatian saya. Pertama adalah abnormal duotres, saya langsung jatuh cinta saat pertama kali mendengar. Tak afdol rasanya jika hanya berlari sendiri, saya coba mencari pesaing di harga yang sama. Muncullah elibuds sabia v2, masih anget dari oven. Meski saya belum nyoba, tapi membawa nama tenar "elibuds", saya tidak ragu membawanya dalam komparasi kali ini

Paket Penjualan
Tidak seperti sabia v1, jajaran elibuds kini datang dengan packing yang lebih sederhana dan low profile, tidak terkecuali sabia pro v2. Kurang wow jika dibandingkan dengan generasi awal, namun jika dibandingkan dengan Ve monk atau Ty-hiz tentu saja elibuds terlihat lebih "niat jualan" . Singkat cerita, di dalam kotaknya terdapat earbud, zipper case, dan beberapa pasang foam termasuk donut foam.
Abnormal duotres datang dengan packing yang tidak kalah sederhana. Namun tidak seperti produk lokal lainnya, kotaknya tersegel bertuliskan "don't accept if seal broken" memberi kesan "wow, ini builder serius juga yah". Dan bagusnya, di dalamnya terdapat case metal yang sudah pasti lebih durable dan memberi perlindungan lebih daripada zipper case. Tak lupa, beberapa pasang foam terselip di dalam, namun tanpa opsi donut foam seperti sabia pro v2.
So, tanpa diragukan lagi, Abnormal Duotres unggul di sisi ini
*Maaf kotak sabia pro v2 dan duotres tertukar*


Desain, Build Quality, dan Fitur
Keduanya berbagi platform yang sama, yaitu housing earbud sejuta umat. So, tidak perlu dibahas lagi seperti apa fitting dan kenyamanannya. Tidak ada perbedaan diatara keduanya ketika dipakai. Perbedaan datang dari sisi kosmetik dan build quality.
Sabia pro v2 tampil apa adanya, putih polos dengan logo kebanggaannya. Duotres berusaha tampil lebih mewah dengan aksen emas pada logonya, dan itu berhasil membuatnya lebih terlihat mahal. Duotres pun unggul dari segi build quality, di mana sabia pro v2 ada ketidakrapihan pada penutup housing, lemnya tidak lurus. Memang mungkin ini hanya saya saja yang sial dapat batch jelek, namun melihat masalah yang sama tidak hadir pada duotres menggambarkan Abnormal lebih ketat dalam soal QC dan build quality.

Beralih ke kabel dan jack, keduanya sangat memuaskan dalam hal kualitas pembuatan, terasa mantap dan tidak ada kesan ringkih atau mudah putus. Sabia pro v2 kabelnya sedikit lebih tipis namun lebih lentur dibandingkan duotres yang lebih tebal, sedikit kaku, dan lebih bouncy. Jack meski keduanya terlihat besar, namun ujungnya melancip sehingga tidak menyulitkan bagi pengguna smartphone yang menggunakan case tambahan. Sedikit catatan, jack duotres yang lebih ramping membuat dia lebih fleksibel terhadap berbagai jenis case.
Sabia pro v2 memiliki mic yang tidak dimiliki oleh duotres. Meski tanpa music control, namun ini tentu membuat pengguna smartphone lebih bahagia.

Suara
Tibalah kita pada sisi yang ditunggu-tunggu, yaitu bagaimana kualitas suaranya? Saya langsung menggunakan dacport sebagai sourcenya dan mengesampingkan penggunaan hape. Selain hemat waktu mereview, juga agar tidak ada kata-kata "ah sourcenya sampah", "ah nanti underpower", dan berbagai cacian lainnya.
Keduanya tanpa ragu saya katakan sangat worthed di harganya, kere hore banget! Tidak bisa protes terhadap sound quality yang ditawarkan keduanya. Namun keduanya meski sama-sama menawarkan suasana yang sama : neutral slighty warm, ternyata memiliki karakter dasar yang sangat berbeda. Duotres mengandalkan karakter slighty V-shaped, sedangkan sabia pro v2 justru kebalikannya, seperti mangkok terbalik kalau respon frekuensinya digambarkan secara general. Mari kita simak detilnya.

Low
Urusan ini tanpa diragukan lagi, Duotres juaranya. Punchy dan impactful, dengan ekor bass yang pendek sehingga tidak bleberan kemana-mana. Bass terasa dinamis, empuk, dan deep. Lagu-lagu dengan bass cepat dilahap dengan sangat baik, tidak ada yang namanya kedodoran. Detail bass ditampikan dengan baik, begitupun ekstensinya yang baik, tidak terasa roll off untuk ukuran earbud.
Sabia pro v2 memberi pendekatan berbeda. Meski gebukan bassnya tetap mantap, namun tidak se-punchy, impactful, dan dinamis duotres. Sabia pro v2 juga kerap bermasalah dengan lagu-lagu cepat, bassnya kedodoran, terasa lebih "malas". Ekstensi bass tidak sebaik duotres, diperparah dengan kesan agak muffled sehingga beberapa detail kecil tidak sejelas di duotres.

Mid
Jika urusan bass sabia pro v2 dihajar habis oleh duotres, maka di sisi ini gantian duotres yang dihajar habis. Mengedepankan karakter seperti mangkok terbalik, mid sabia pro v2 terasa lebih linear dengan vokal yang sedikit maju. Timbre instrumen midrange terasa natural, tidak seperti duotres yang kadang ada rasa kurang sip karena lower dan upper midrangenya agak berlebihan meledak-ledak yang sedikit mengganggu. Vokal sabia pro v2 terasa lembut, intim, dan sweet. Setel lagu mendayu-dayu sangat nikmat rasanya, lembut dan sangat relaxing. Karakter "malas" sabia pro v2 di sini justru menjadi kekuatannya, membuat anda menjadi malas dan hanya ingin berbaring mendengarkan kelembutan sabia pro v2. Bandingkan dengan duotres, bukan karena lebih mundur vokalnya, namun vokalnya lebih terasa "kaku", dan kerap terserang oleh upper dan lower mid yang galak. Instrumen midrange pun jadinya tidak senatural sabia pro v2 akibat serangan ini.
Sisi positif dari karakter meledak-ledaknya duotres adalah ketika nyetel lagu yang energik atau brutal, terasa full of energy dibanding sabia pro v2 yang lemah lembut. Genjrengan gitar lebih terasa crisp di duotres, namun timbrenya saya lebih suka sabia pro v2 yang lebih natural, tanpa ada kesan diboost.

High
Duotres tampil dengan high yang lebih airy dan sparkling tanpa ada rasa tajam. Ekstensi high cukup baik, dengan detail dan timbre yang mantap jiwa. Sabia pro v2 lebih mengedepankan presentasi smooth, kalem, tidak terlalu sparkling, namun ekstensinya tetap baik. Detail high dimenangkan oleh duotres, suara-suara cymbal terasa lebih oke detail dan timbrenya dibanding sabia pro v2 yang kadang sedikit muffled.

Separasi, Soundstage, dan Detail
Separasi dan detail keduanya berimbang, sama-sama mantap jiwa pokoknya. Memang sih sabia pro v2 kadang sedikit muffled sehingga ada detail yang tampak samar terutama di low dan high dibandingkan dengan duotres. Namun detail di midrange justru sebaliknya sabia pro v2 terasa tidak kalah mantap bahkan dengan presentasi yang lebih natural. Kalau disuruh memilih, saya akan berkata keduanya sama-sama oke.
Soundstage sama-sama cukup luas, dengan kesain airy dan space of instrumen sedikit lebih terasa di duotres. Sabia pro v2 memiliki width yang sedikit lebih baik, namun heightnya kalah oleh duotres. Namun ada satu hal yang sangat berbeda di antara keduanya, yaitu persepsi bentuk stage. Duotres terasa lebih "immersive", anda seperti berada di tengah-tengah musik dan bermain di dalamnya. Sabia pro lebih terasa pull back, seperti ada panggung konser musik di depan anda.

Genre Musik
Duotres sangat bersahabat dengan genre-genre energik dan keras, karena karakternya yang lebih impactful dan agresif. Pop modern hingga rock terasa mantap sekali di duotres. Sabia pro v2 lebih ke musik-musik yang kalem atau vokal, keintiman dan kelembutannya adalah inti dari kuatnya sabia pro v2 di genre ini. Keduanya bukan berarti tidak bisa memainkan musik yang diluar zona nyaman mereka kok. Duotres sedikit unggul di sini, karena dia terasa lebih allrounder, nyetel musik slow dan intim pun masih terasa nikmat meski upper dan lower midrangenya kerap mengganggu, dibanding si pemalas sabia v2 disuruh nyetel musik energik jadinya tidak semangat dan membosankan.

Kesimpulan
Ketika mendengarkan keduanya, anda akan diberikan nuansa neutral to warm, namun dengan pembawaan yang berbeda. Jika keduanya adalah manusia, maka duotres akan berkata pada anda, "let's sing and dance together", sedangkan sabia pro v2 akan berkata, "let me sing a song for you, just relax and enjoy".
Karakter agak V-shapednya duotres menjadikan dia great allrounder, meski di musik-musik yang kalem jadinya seperti "overpower". Sebaliknya, sabia pro v2 begitu nikmat di musik-musik santai, namun dia begitu malas untuk mengajak anda dance di musik-musik energik.

Jika disuruh memilih di antara keduanya, maka saya akan lebih memilih menabung lagi untuk membeli keduanya karena keduanya menawarkan sesuatu yang berbeda, saling melengkapi.