15 February 2014

[REVIEW]Sony MW1 Smart Bluetooth Stereo Headset

Bagi anda yang ultramobile, sering menerima telepon/mendengarkan musik kapanpun dimanapun, tentu tidak ingin terganggu dengan kabel panjang yang mengganggu aktivitas. Disinilah anda mendambakan sebuah perangkat yang bernama bluetooth headset. Dia menggunakan seminim mungkin kabel, sehingga mau menelepon, mau mengganti track musik, atau mau cek SMS masuk, semua tinggal tekan tombol, tidak perlu keluar-masukin handphone dari saku.

Ingin tampil beda dengan bluetooth headset yang sudah ada di pasaran, pada produk flagshipnya Sony menggabungkan fungsi bluetooth headset dengan DAP (Digital Audio Player), sehingga lahirlah Sony MW1.
Nilai jual MW1 ini adalah Anda bisa mendengarkan musik melalui dua sumber, yaitu handphone via bluetooth A2DP dan melalui microSD yang bisa disisipkan di MW1. Adanya opsi play dari microSD ini membuat Anda bisa menghemat baterai handphone secara signifikan, tanpa menghilangkan fungsi bluetooth headset ketika bertelepon.
Ditambah lagi MW1 ini akan bekerja maksimal di lingkungan Android, sehingga bisa disisipkan aplikasi-aplikasi untuk menambah fitur baru. Terdengar sangat menjanjikan bukan? Seperti apa produk yang dibanderol seharga satu juta rupiah ini? (Februari 2014)

Fitur dan Spesifikasi

menuju website

Fitur utama :
Built-in MP3 player
Built-in FM radio
Superior stereo sound
Call handling
Call log
Apps available
2-row OLED display
Music remote
Wireless audio streaming
Works with: Bluetooth™ enabled smartphones, tablets and computers
Paket Penjualan
LiveSound™ headset earpiece (Sony Ericsson MH1a)
Smart Wireless Headset pro main unit
CCR80: SD card reader (full version only)
EC300: Short USB cable (full version only)
Micro USB wall charger
2GB SD card (full version only)
User guide + warranty leaflet
Eartips in different sizes (4 size)
Unit yang saya miliki adalah MW1 lite version. Bedanya dengan full version, lite version ini tidak dilengkapi dengan microSD 2GB dan card reader.

Desain
Dimensi with clip 6x2,5x1,2 cm dengan berat plus earphone yang hanya 30g membuat MW1 ini sangat kompak dan ringan.
Hanya tersedia dalam warna glossy black, tentu sedikit mengecewakan penggemar trend warna 2014, yaitu putih
Bagian depan hanya terdapat sebuah tombol bulat besar yang fungsinya untuk call handling dan sebuah layar OLED 2 baris yang tidak terlihat jika tidak sedang menyala. Keseluruhan material terbuat dari plastik rigid glossy, sangat terlihat elegan dan juga sangat fingerprint magnet, sehingga Anda yang memiliki masalah dengan kelebihan minyak harus sering membersihkan MW1 Anda dari sidik jari. Kualitas layar OLEDnya TOP, tidak sulit melihatnya dibawah matahari dengan pengaturan brightness 50%, sayang hanya 2 baris, namun sudah sangat informatif dalam menampilkan berbagai menu dan informasi.

Bagian belakang ada clip bertuliskan SONY, yang sayangnya jepitannya kurang menggigit karena bidang jepit ke bajunya kecil. Solusinya adalah posisikan secara vertikal.
Namun saya belum pernah mengalami hal buruk semisal MW1 terjatuh ketika beraktivitas.

Di sisi kanan-kiri terdapat tombol-tombol kontrol. Sisi kiri terdapat kontrol lagu (play/pause, previous, next) yang akan bertindak juga sebagai tombol navigasi. Terdapat juga tombol back untuk kembali ke menu sebelumnya. Sisi berlainan ada kontrol volume. Tombol-tombol ini sangat ergonomis, baik itu posisi, respon tekanan, dan tingkat keempukan ketika ditekan, membuatnya tidak sulit dioperasikan.

Bagian atas terdapat lubang jack 3,5mm yang diapit tombol power dan lubang mic. Tombol power ini sebenarnya maksud peletakannya bagus, agar tidak mudah tertekan ketika beraktivitas ataupun ketika disimpan di tas, namun terkadang sedikit menyebalkan. Apa itu? Lihat di bawah di bagian UI dan penggunaan.
Bagian silver dibawah bisa ditarik, muncullah slot microUSB untuk charging dan slot microSD yg support hingga 32GB.

UI, Navigasi, Penggunaan
Pertama, tentu kita harus mempairnya dengan handphone/gadget lainnya. Dalam review ini saya menggunakan Samsung Galaxy S2 dan Nokia E52. Proses pairing cukup mudah, tinggal masuk ke menu settings > bluetooth device > pairing. Ini membuat MW1 berada di mode pairing, mencari perangkat yang akan terkoneksi.
Dari handphone, scan device sampai muncul "Smart Wireles Headset". Klik dan biarkan proses pairing berlangsung hingga selesai. 
Setelah pairing selesai, anda akan diminta memilih multipoint mode dan primary device. Multipoint membuat anda bisa terhubung ke dua sumber perangkat sekaligus.

Setelah terhubung, Anda akan diminta menginstall LiveWare Manager dan Smart Wireless Headset dari android market. Fungsi keduanya adalah untuk menjalankan fitur android agar tertampil di layar MW1 misal message, call log, dan text to speech. Jika sudah install, akan selalu muncul status Smart Wireless Headset connected pada notification panel Anda. Dua aplikasi ini WAJIB DIINSTALL bagi pengguna android agar MW1 berfungsi maksimal.
Biasanya setelah itu handphone Anda akan tiba-tiba terhubung ke internet untuk mencari update terbaru firmware MW1. Biarkanlah, karena firmware terbaru biasanya untuk membetulkan bugs. Anda akan diminta mencolokkan MW1 ke charger dan jangan biarkan handphone maupun MW1 mati selama proses upgrade firmware berlangsung.

Setelah seluruh proses pairing selesai, tampilan home seperti ini. Di paling kiri adalah status device yang terhubung, saya menghubungkan dengan Galaxy S2 dan E52 sekaligus. Di tengah ada jam digital besar, dan paling kanan ada indikator baterai. 
Tekan tombol back untuk masuk ke menu utama. Jika dari market anda langsung menginstall seluruh aplikasi dasar (message&call smart extension), maka menu yang akan tertampil seperti berikut :


Dari kiri ke kanan : radio FM, events (ini biasanya klo ada message angka 0 berubah jadi 1), music, call log, application (aplikasi tambahan untuk MW1 dari market bisa diakses dari sini) dan ada satu menu lagi yg tidak tertampil yaitu setting.

Secara keseluruhan, tampilan elegan dan mudah dimengerti, sangat simpel. Namun saya menemukan dua kekurangan :
1. tidak ada tulisan nama menu, hanya ada icon tanpa nama. Oke lah kalau kita sudah terbiasa dengan gadget terkini, tentu tidak asing dengan icon diatas. Namun tentu tidak semua orang langsung paham, apalagi buat yg baru punya gadget canggih model seperti ini.
2. Interaksi tombol dan layar
Misal ketika sedang mendengarkan musik dalam posisi layar MW1 mati, dan kita ingin melihat track apa yang sedang diputar ataupun melihat SMS yang masuk, tentu harus menekan salahsatu tombol agar layar menyala bukan? Disinilah letak permasalahannya. Misal kita menekan tombol pause, maka layar akan menyala sekaligus musik akan berhenti. Begitupun jika kita tekan back, layar menyala sekaligus kembali ke menu sebelumnya. Kalau tekan tombol call handling, layar menyala sekaligus akan terdengar suara bip-bip yang menjengkelkan. Lalu tekan apa dong agar layar menyala tp MW1 tidak merespon tombol yang kita tekan sebagai perintah eksekusi, alias hanya untuk menyalakan layar saja? Jawabannya adalah menekan tombol power! Dan diatas udah diperlihatkan bukan, gimana sulitnya menjangkau tombol power yang begitu mungil?

Fitur
1. Telepon
Sebuah bluetooth headset, apa yang paling terlintas di benak Anda? tentu bertelepon tanpa kabel bukan?
Sony MW1 disini tampil superior, karena menyajikan kualitas suara bening baik itu earphonenya maupun mic nya. Anda tidak perlu lebay mendekatkan mulut ke mic agar suara anda terdengar jelas dan minim noise di lawan bicara. Di layar tertampil nomor yang memanggil beserta namanya jika sudah disimpan di kontak.
MW1 kan bisa terhubung dengan 2 perangkat, nah bagaimana call handlingnya ketika ada telepon yang masuk bersamaan ke kedua perangkat tsb? Saya test dengan menelepon galaxy S2 dan E52 saya yang keduanya terhubung dengan MW1 secara bersamaan, tentu dengan nomor telepon yg berbeda.
Pada earphone terdengar ringtone, dan di layar muncul 2 icon telepon dengan nomor yg agak bertumpuk di belakangnya. Kita bisa memilih, mana yang akan diangkat terlebih dahulu, dan yg lainnya akan diabaikan jika kita sudah memilih. Andai saja bisa switch layaknya samsung dual ON high end, akan semakin sempurna.. 

Gambar pertama adalah posisi ketika ada dua telepon masuk secara bersamaan ke Galaxy S2 dan E52 saya, sedangkan gambar kedua hanya  satu telepon saja. Terlihat perbedaannya bukan? Lihat gambar pertama di ujung kanan, ada icon telepon lagi beserta nomor yg terpotong layar. Di gambar 2 tidak ada bukan?
Kita juga bisa membuka call log dan melakukan panggilan dengan menekan tombol call handling jika sudah menginstall aplikasi telepon dan log. Asyik bukan?

2. message viewer
Maaf sebelumnya, saya lupa foto :D
Message yg diterima, akan ditampilkan dalam 2 baris. baris pertama informasi sender, baris kedua isi pesan yang akan autoscroll dari kiri ke kanan. Mungkin tidak ideal untuk membaca pesan panjang, namun sangat membantu bagi anda yang memiliki operator yang hobbynya SMS promo. Pernahkah Anda begitu jengkel ketika anda sedang menyetir menunggu SMS penting, namun ketika ada alert dan bersusah payah mengeluarkan handphone, yg muncul promo operator? Kesal bukan? 
Dengan MW1, jika di layar muncul SMS promo, anda bisa langsung abaikan tanpa merogoh handphone dulu.
Simpel but very useful. Dengan tambahan aplikasi di playstore Android, kita juga bisa melihat pesan dari aplikasi pihak ketiga, misalnya Whatsapp.

3. FM radio
Anda harus menancapkan earphone karena itulah antenanya. Ketika dinyalakan, radio akan mencari frekuensi terdekat yang bisa ditangkap. Tidak ada fungsi penyimpanan channel pada radio ini. Anda hanya diberi opsi search channel terdekat dengan menahan tombol forward atau backward hingga stasiun tertangkap atau maju/mundur manual satu step 0,1 Mhz. Tampilan radio sendiri sangat simpel, hanya menampilkan frekuensi saja, dan icon search ketika kita sedang mencari frekuensi.

4. Musik
Apa yang Anda harapkan dari produk sony? Tentu saja kualitas suara yang diatas rata-rata bukan? dan Sony tidaklah mengecewakan Anda.
Ada dua metode dalam bermain musik, dari perangkat bluetooth dan dari microSD.
Petama, dari perangkat bluetooth dulu.
Anda bisa memilih, mau dari perangkat 1 atau 2, tentu saja Anda tidak bisa memainkan dari dua perangkat bluetooth sekaligus :D
Saya menemukan kelemahan bagi Anda pengguna smartphone non Android, karena tampilan tag file musiknya tidak sempurna, seperti yang terjadi pada Nokia E52 saya :
Terlihat pada handphone bisa menampilkan artist dan judul lagi, sedangkan di MW1 statusnya "no info". Namun jangan khawatir ketika anda mengkoneksikannya dengan smartphone Android, semua tag lengkap tertampil.
Apa yang ditampilkan di handphone juga ditampilkan dengan baik oleh MW1, baik judul lagu maupun artistnya. Tentu saja minus album art.

Hal yang patut diacungi jempol adalah hampir tidak terdeteksi adanya degradasi kualitas suara akibat transmisi bluetooth yang biasa ditemukan pada perangkat headset bluetooth murahan. Suara terdengar jernih, noise latar tidak terdengar, dan tidak ada hiss alias deadsilent. Untuk kualitas bermusik lewat earphonenya, akan dibahas lengkap dibawah nanti.

Oke jika tadi kita menguji kemampuan memainkan musik lewat bluetooth, sekarang kita coba memainkan musik dari microSD. Sony MW1 ini hanya mendukung format musik MP3 dan WAV. Tampilan awal pemutar musik bisa dilihat dibawah
Ada menu playlist, cara putar (shuffle/normal), dan sorting lagu berdasarkan artist, album, atau judul lagu. Sudah cukup lah untuk sebuah "tiny MP3 player". Namun sortingnya masih agak menyebalkan. Misal kita pilih menu album, maka ketika kita klik nama album, langsung diputarkan lagu pertama dari album tersebut. Kita tidak bisa langsung memilih judul lagu yang kita inginkan. Begitupun kalau kita memilih menu artist, ketika klik nama artist maka langsung diputarkan lagu pertama dari album pertama (album diurut berdasarkan abjad). Menjengkelkan bukan?

Tampilan ketika memutar lagu bisa dilihat dibawah. Tidak ada beda dengan tampilan ketika memutar musik lewat bluetooth, kecuali kini ada icon microSD card sebagai tanda kalau sekarang sedang play via microSD.

Kualitas MW1 sebagai perangkat pemutar musik bisa dibilang bagus sekali. Tidak ada noise, tone-tone ditampilkan dengan rapi. Nuansa warm cenderung dark dengan soundstage agak sempit mungkin membuat kesan kurang detail, namun sebenarnya detail bisa tertampil baik kalau kita berkonsentrasi. Kualitas ini saya bilang sedikit dibawah DAP beken kelas dibawah 1 juta : sandisk sansa clip. Dibanding sansa clip, MW1 hanya kalah di soundstage yang lebih sempit, sisanya saya bilang mirip. WOW sekali bukan?

Oke kita masuk ke poin kritis : kualitas musik via earphone.
MW1 memaketkan Sony MH1a sebagai tandem bermusiknya, sebuah earphone berbentuk IEM (In Ear Monitor). Kabel IEM ini cukup pendek, tidak sampai 1 meter, mungkin mengoptimalkan MW1 yg biasa dicantolkan di kerah/saku baju.
Disediakan 4 pasang eartips berbagai ukuran agar fitting lebih nyaman. Build quality top notch, berbentuk silinder seperti peluru dengan bahan metal dan sentuhan plastik keras warna hitam dibelakang. Kabel pipih sebenarnya baik, tidak mudah kusut, sayang menjadi sangat microphonic.

MH1a ini nuansa warm cenderung dark dengan kuantitas bass yang besar dan dalam menghantam. Low bass dan sub-bassnya mantap, bergetar ke seluruh penjuru telinga, yang doyan bass pasti ketagihan. Kualitas bass pun baik, tidak terlalu meleber kemana-mana, speednya medium,  dan detilnya cukup baik.

Mid MH1a terdengar warm, lack of detail, namun bodynya bagus sehingga vokal terasa berbobot dan cukup sweet. Presentasinya smooth sekali, tidak ada peak maupun sibilance. Hanya itu saja, microdetail kurang terdengar. Suara-suara gitar terdengar tidak crisp, cenderung tumpul.

High tidak tersaji banyak, cenderung ngumpet, namun ekstensinya patut diacungi jempol. Lepas keatas dan ringan. Suara simbal kurang crisp, cenderung apa adanya.

Detail cukup, tidak superior, bahkan khususnya di area mid detail banyak yang hilang. Namun detail segini sudah lebih dari cukup untuk mendengarkan musik. Untuk analytical listening baru terasa kurang sekali.
Staging cukup lebar dan kesan 3D cukup terasa. Atas-bawah-depan-belakang-kanan-kiri terasa proporsional meski tidak terlalu luas.

MH1a ini asyik untuk genre musik yang butuh bass jedug-jedug, misalnya trance, hip-hop, dugem, club, dll. Pop dan slow juga enak. Rock masih acceptable asal classic rock dan yang tidak terlalu keras. Metal, jazz, akustik terasa kurang greget karena kurang detail dan crisp.

Jika dibandingkan dengan earphone bawaan samsung galaxy, iPhone 5, bahkan sony xperia, kualitas MH1a ini masih diatas mereka semua. Kurang baik apa coba Sony?

Baterai
menggunakan baterai internal rechargeable, MW1 ini saat uji coba pemakaian normal daya tahan batrenya terbilang memuaskan. Saya charge MW1 tiap 3 hari sekali, dengan pemakaian setiap ke kampus selalu terkoneksi bluetooth (sekitar 6 jam/hari) dan mendengarkan musik sekitar 2 jam/hari.
Jika digunakan untuk mendengarkan musik via bluetooth terus menerus, tercatat kemampuan baterainya sekitar 6 jam. 

Android
Dioptimalkan untuk android, kita bisa mengupgrade fitur MW1 ini dengan memasang aplikasi android di handphone kita. Saat ini baru sedikit aplikasi yang tersedia di market, misal find my phone (ketika lupa nyimpen HP, kita bisa "misscall" HP kita lewat MW1 asal terhubung ke bluetoothnya), whatsapp notifier (notify dan menampilkan pesan whatsapp), dll. Mungkin semakin banyak developer yang terlibat, semakin banyak pula fitur MW1 ini.

Kesimpulan
Terobosan Sony yang satu ini patut mendapat jempol. Menggabungkan bluetooth headset dan pemutar musik portable dalam sebuah perangkat seperti ingin memberi kebebasan pada pengguna bahwa musik bisa dari mana saja tanpa takut bayang-bayang baterai gadget yang semakin hari semakin cepat habis. Baterai handphone habis? Masukkan microSDnya ke MW1!
MW1 bisa diandalkan dalam menghandling telepon masuk, menampilkan pesan dan alert lainnya. Kualitas suara baik dalam call maupun musik sangat baik, apalagi didongkrak dengan IEM kualitas baik (FYI MH1c dibanderol 600-700rb, anggaplah MH1a yang merupakan MH1c tanpa remote ini setara dengan 500rb).

Tidak ada gading yang tak retak, lemahnya grip clip pada MW1 menjadi kekurangan paling besar dari MW1, terkadang ada rasa takut jatuh ketika MW1 dijepitkan di baju.

Kelebihan :
- ringan dan elegan
- baterai tahan lama
- kualitas musik bagus sekali
- bisa meningkatkan fitur dengan menambahkan aplikasi yang kompatibel

Kekurangan :
- clip kurang menggigit, mudah bergeser ketika diselipkan di baju

02 February 2014

REVIEW Goldring DR150

Goldring DR150, seri teratas dalam kelas headphone for music dari goldring yang masuk ke Indonesia.
Headphone yang dijual 1 juta ini tidak kalah mentereng dengan adik-adiknya, banyak mendapat award bintang 5 diluar sana. Bagaimana performanya?

Spesifikasi
Type : Dynamic open back design 
Impedance: 32 Ohm 
Frequency Response :18Hz – 20kHz 
Total Harmonic Distortion: (1Vrms @ 1kHz) lessthan 0.2% 
Sensitivity (1Vrms @ 1kHz) :110dB 
Weight (with cable): 330g 3 Metre Cable with 3.5mm/6.5mm 

Packing dan Asesoris



Packing DR150 sama persis dengan DR50, hanya kali ini warnanya abu-abu. Box besar dan tebal cukup menjamin keamanan isinya. Di dalam ada sebuah headphone, kabel 3m, dan konverter jack 3,5-6,3mm. Kabel ini berdasarkan spesifikasi berbahan silver si bagian signal, so terdengar lebih menjanjikan dari kabelnya DR50. Desain single-ended cable dengan jack female 3,5mm sebagai interfacenya masih dipertahankan, dan tentu berharap semua headphone bisa seperti ini mengingat user level advanced tentu senang bereksperimen dengan kabel, sehingga bisa diganti dengan kabel aftermarket yang lebih berkualitas ataupun custom cable yang sesuai dengan selera.

Build Quality dan Kenyamanan
Bentuk yang persis dengan DR50 (hanya kini berwarna abu-abu), begitu modis dan kece, namun membuat saya trauma dengan bulid DR50 yang begitu ringkih, apakah hal serupa akan terjadi di DR150?
Jawabannya adalaha IYA :(
Untungnya, meski terdengar banyak crack, bahan dan konstruksi DR150 terasa lebih kokoh, masih ada kesan ringkih namun tidak seringkih DR50. Ya bisa menahan napas lebih panjang laah..
Pad adalah perbedaan paling mendasar dan paling besar dari segi build, dimana DR150 dibekali velour pad. Sayangnya, busa di dalamnya masih sejenis dengan punyanya DR50, sehingga cukup keras dan terasa tidak menempel mengikuti kontur sekitar telinga.
Kenyamanan sendiri mirip DR50, pad yang full mengelilingi telinga dan kali ini dengan velour pad membuatnya tidak sepanas DR50, dan sangat comfort digunakan berlama-lama.


Suara
Seperti biasa, burn-in 100 jam telah dilalui, dan kali ini source menggunakan laptop, fiio E10 DAC, dan Objective O2 amplifier. DR150 meski memiliki impedansi 32 ohm, namun ternyata cukup berat untuk didrive langsung dari DAP, butuh volume 80% di iPod saya.

Quick impression :
Signature DR150 ini cukup berbeda dengan DR50. Masih beraroma sedikit bright khas goldring, namun jika dibandingkan dengan DR50 dan DR100, DR150 ini paling warm. 
DR150 memiliki bass yang besar, dengan impact mantap dan deep. Mid yang laidback, serta high yang present dan peaky, membuat DR150 ini bisa dibilang DR50 with more bass and laidback mid. Soundstage DR150 sangatlah istimewa, layeringnya luar biasa, dan tetap mempertahankan kesan airy dan wide khas headphone open.

Detail impression :
Bass DR150 ini kuantitasnya besar, 3x lebih besar dibanding DR50, basshead pun saya rasa tidak banyak komplain meski masih merasa kurang besar sedikit. Impactnya bulat, empuk, dan deep. Bassnya banyak main di lowbass daripada midbass, diiringi ekor bass yang agak panjang, membuat DR150 terkesan lambat. Namun ekor bass ini tidak sampai menutupi mid alias tidak beleberan. Untuk nyetel lagu metal seperti slipknot, terdengar berantakan, namun jika hanya sekelas slow rock seperti paramore/avril lavigne, atau the used dan muse, DR150 masih sangat mumpuni. Detail bass dirasa kurang oke, pun begitu dengan tekstur bass. Sepertinya goldring lebih ingin menciptakan karakter yang easy and funny to listen, dengan sedikit mengabaikan aspek teknis dan memperkuat karakter deep, besar dengan impact kuat, dan juga empuk


Mid dan vokal DR150 terdengar laidback, posisinya jelas terasa dibawah bass dan treble. Anehnya di beberapa recording mid dan vokal bisa terasa lebih maju. Karakter seperti ini mengingatkan dengan rata-rata headphone beyerdynamic DT series yang memiliki kemampuan "bunglon". Vokal sendiri sangat baik, tekstur dan detilnya oke sekali, tidak tebal namun warm dan lush, dengan sedikit bumbu sibilance khas goldring. Tidak banyak komplain di sisi mid, sudah oke, tidak superior namun tidak memiliki fatal weakness. Clarity di mid super sekali, semua terdengar jelas meski nuansanya warm, tidak ada yang tertutup. Pun begitu dengan detail, microdetail terdengar jauh di belakang namun presensinya begitu terasa.



High DR150 terdengar banyak, tebal, dengan ekor yang panjang. Suara simbal beruntun terasa tanpa jeda, sehingga detilnya agak kurang. Disini pun masih terasa sedikit tajam, ada peak-peak menyakitkan. Anda yang merasa terganggu harus menurunkan treble di equalizer.



Separasi bagus sekali, begitupun staging. Kredit tersendiri untuk staging. Begitu indah dan berbentuk ruangan. Soundstage wide yang bagus diimbangi dengan depth yang luar biasa dengan layering sangat-sangat bagus. Terciptalah soundstage yang benar-benar 3D, posisi instrumen begitu menyebar dan jelas posisinya. Layering bagus memberi kesan instrumen menempati ketinggian yang berbeda, meski ada suara instrumen yang dekat namun terasa sekali seperti di posisi yang berbeda sehingga tidak ada istilah bertumpuk pada DR150. Dan lagi desain open membuat kesan airy begitu kuat. Sungguh seperti mendengarkan di Hall atau ruangan besar. Nice job Goldring!



Bicara genre, DR150 ini cocok untuk lagu-lagu mainstream Indonesia, mulai dari Noah, gigi, padi, naif, dll semua enak! Lagu pop, jazz, hingga basshead terasa asik, meski bestnya di pop dan jazz.


Kesimpulan
Dengan karakter yang lebih mainstream, saya rasa jika bertanya headphone goldring mana yang paling recommended, maka saya akan menjawab DR150. Memiliki speed yang cenderung tidak secepat kedua adiknya, namun dibalas dengan karakter yang easy to listen dan bisa menyenangkan hampir semua genre yang tidak mementingkan speed bass. Vokal laidback namun lush dan warm, diiringi good clarity dan detail memberi kesenangan tersendiri. Sayang high masih cukup sering terdengar tajam dan peaky.
Soundstage yang near perfect menjadi jualan sekaligus senjata utama untuk bersaing di kelas 1 juta.
Kelemahan di sisi build masih menjadi masalah utama goldring. Jika anda memakain headphone ini, apik-apik lah memakainya, jangan jatuh, jangan terlalu diregangkan, dan jangan terlalu sering dikasari.

kelebihan :
- karakter easy to listen, bass besar dengan mid&vokal laidback dan lush
- near perfect soundstage
- good clarity and detail
- velour pad

kelemahan :
- build quality masih kurang rigid
- peaky high

Rating : 8/10*
Penjelasan rating
10/10 : excellent price to performance. Must buy!**
9/10 : recommended
8/10 : good
7/10 : average
6/10 : try another things first
5/10 : leave it, not worth to buy!
*perlun diingat, ini adalah rating price to performance, bukan rating untuk menempatkan posisi barang ini dalam jajaran gadget audio dari kualitas tertinggi sampai terendah. Contoh kasus misal earbud A seharga 50rb dapat rating 10/10 bukan berarti kualitasnya lebih baik dari earbud 10jt yang dapat rating 7/10, namun earbud A memiliki excellent price to performance di harga 50rb, sedangkang earbud B hanya average saja di kelas 10jt

**must buy maksudnya tentu jika karakternya cocok dengan preferensi Anda

REVIEW Hippo Pro One

Yap, kali ini yang akan saya review adalah flagshipnya hippo, hippo pro one, IEM berdriver BA (Balanced Armature) kelas Rp 1juta.
Driver BA biasanya memberikan detil yang luar biasa, namun lack of bass. Benarkah?

Spesifikasi
Driver - Single Balanced Armature
Style - Over the ear
Frequency Response - 20Hz - 18kHz
Sensitivity - 112dB/mW
Impedance - 16 Ohm
Cord Length - 1.2m

Packing dan Asesoris 
Hippo pro one dibalut dengan bungkus kardus yang "hippo banget", warna hitam tulisan orange. Di dalamnya terdapat sebuah IEM, dengan 3 pasang tips, sebuah pembersih tai kuping, dan sebuah hardcase. Cukup standar lah buat IEM 1jt.

Build Quality, Isolasi, dan Kenyamanan
Pro one ini berukuran kecil, sangat mungil bila dibandingkan dengan IEM over the ear lainnya. Terbuat dari plastik transparan sehingga kita bisa melihat kabel dan driver di dalamnya. Buildnya kuat, rigid, dan rapi.
Keluhan utama datang dari kabel, dia bahannya tipis dan lemes bgt. Bukan itu yg jadi masalah! Yang jadi masalah adalah kabelnya ditwist, dari jack sampai ke IEMnya. Akibatnya, kalo digulung sembarangan, twistnya suka kebongkar jadi longgar, menciptakan kesan uncomfortable to see padahal sebenarnya gak masalah.
Jack sendiri L-shape dan gold plated, standar lah.
Bicara isolasi dan kenyamanan, pro one ini hitungannya top bgt. Bodi yg kecil dan sangat ringan, ditambah tips berkualitas (paling beda dibanding hippo lainnya), di kuping serasa nyaman banget, hampir gak kerasa pake IEM. Impactnya, isolasi pun jadi bagus.
Microphonic ada, namun cukup kecil dan tidak mengganggu.

Suara
IEM BA berbeda dengan dynamic, dia tidak membutuhkan burn-in yang lama, diburn-in 100 jam pun perubahannya tidak sedahsyat dynamic driver. Tapi biar adil, gw nyalain 100 jam jg ini IEM, dan tidak banyak perubahan memang.

Quick impression : Buat yg belum pernah denger IEM single BA, denger pro one ini terasa tipis-agak kering-tajam. Biasakanlah beberapa jam, dan ente baru bakal tau gimana enaknya ini IEM.
Pro one ini suaranya banyak main di mid, dimana agak forward dan transparans dengan clarity top. Bass sendiri kuantitasnya kecil bin pelit, namun sebenarnya bisa mencapai low bgt. High presence nya bagus, agak tajam tapi asik. Unggulan pro one ini di speed, detail, dan clarity yang top bgt

Detail impression : Bass seperti dibilang sebelumnya, kuantitasnya kecil namun deep. Kasih bass boost deh di amplifier kalian, atau di software pemutar musiknya naikin bassnya, langsung deh muncul itu bass yang punch, tight, very-very clean, kontrol luar biasa baik, dan speed yang cepat. Denger drum dobel pedal, batas gebukan sangat jelas sekali, transientnya begitu cepat. Bass memang tidak memiliki impact yang menggetarkan pun tekstur yang baik layaknya dynamic driver, namun untuk ukuran BA di harga 1jt, pro one sudah sangat baik di bidang bass.

Mid pro one termasuk one of the best di harga 1 juta. Buat yang baru pake IEM single BA, sekali lagi cobalah biasakan dulu beberapa jam baru koar-koar, karena emang beda sensasinya BA sama dynamic. Mid agak forward dan agresif, yang luar biasa adalah claritynya yang aduhai sekali. Semua detil keluar, suara instrumen tidak ada yang menutupi. Vokal cowok maupun cewek sama baiknya, cukup lush dengan sedikit bumbu sibilance, tp dikiiit kok. Desahan napas tidak terdengar dekat, namun begitu terasa dan terdengar.

High pro one memiliki presence yang baik, lepas namun tidak mencapai atas sekali. Disini ada bumbu-bumbu tajam, tapi tajamnya masih dalam taraf enak, dan justru jadi ciri khas dan bumbu yang bikin eargasm. Suara-suara seperti senar gitar dan simbal semuanya begitu crisp. Detail high juga luar biasa baik.

Separasi pro one top notch, sangat baik di harga 1,1 juta. Semuanya terlepas, semuanya terpisah, semua berdiri sendiri. Staging juga bagus sekali, tidak luas banget (above average lah), namun wide nya diimbangi dengan sangat baik oleh depth, sehingga kesan 3D dan positioning instrumen menjadi sangat baik. Akurasinya yang jadi nilai jual utama disisi soundstage dibanding luas soundstage.

Bicara genre, pro one adalah musuh para basshead. So, yang suka trance/hip-hop/dll gak usah beli ini yah. Penyuka rock/metal saya rasa akan sangat suka IEM ini, diluar suara yang cenderung tipis kalau belum biasa, namun speed, agresivitas, clarity, dan highnya sangat memanjakan deh, seribet dan seriuh apapun suara instrumen, bisa dijabarkan dengan luar biasa. Penikmat jazz, akustik, instrumental gak usah ditanya, ini salahsatu alternatif terbaik. Penikmat pop masih oke lah, lack of bass bisa diboost by amplifier atau by software.

Kesimpulan
Untuk ukuran IEM BA 1,1juta, pro one ini jadi salahsatu kandidat kuat yang sangat layak masuk daftar belanja anda yang bukan basshead. Clarity, detail, akurasi, kualitas mid, kualitas high, dan speed bass nya top banget. Ada bumbu tajam mungkin mengganggu, dan buat yang belum pernah pakai single BA bakal merasa tipis kering, tapi itu hanya masalah kebiasaan saja. Kalau sudah suka, sulit mencari clarity seperti ini. Hanya anda temukan di hifiman RE0/RE-Zero (discontinued) atau another BA IEM, Final Audio heaven II (lebih mahal dikit)

Kelebihan :
- Clarity dan detail top banget
- sangat nyaman digunakan
- less fatiguing bila dibandingkan dengan IEM BA generasi sebelumnya

Kekurangan :
- twist kabel mudah terurai
- kalau belum terbiasa suara single BA harga sejutaan, akan terasa kering, tipis, dan pedes di telinga

Rating : 9/10

REVIEW Hippo VB

Hippo, pabrikan asal korea yang bermain di kelas low end. Produk flagshipnya sejauh ini baru hippo pro one yang dijual 1,1jt. Dibawah itu baru ada hippo VB seharga Rp 700.000. Sisanya dibawah Rp 500.000 sampai 100.000.
Produk hippo terkenal dengan price to performance nya yang baik. Benarkah?
Saya akan coba mengupas hippo VB, IEM unik karena bassnya bisa diatur sesuai selera.
Hippo VB ini sampai saat ini sudah ada 3 batch. Punya saya batch 2, bukan yang terbaru, tapi suaranya masih satu jenis. nanti akan saya paparkan perbedaan tiap batch.

Packing dan Paket Penjualan
Terbungkus kardus yang cukup tipis, packing hippo VB terlihat low end. Sangat standar. Box hitam kombinasi orange sudah jadi warna kebesarannya hippo. Ketika dibuka, muncullah sebuah IEM, dengan 3 pasang eartips (pada batch 3 dapat tambahan sepasang tips biflange), sebuah hardcase, dan 3 pasang bassport. Bass port inilah yang akan menghasilkan suara bass yang berbeda. Itu foam tips punya saya, bukan bawaan :D

Build Quality, Isolasi, dan Kenyamanan
Housing hippo VB tergolong kecil, terbuat dari metal rigid warna hitam yang bertekstur agak kasar, tanpa ada ornamen macem-macem, membuatnya begitu low profile.
Nah, pada batch 1, di ujung nozzlenya tidak ada filter, sedangkan di batch 2 dan 3 sudah ada filter.
Pada batch 3, jacknya berbentuk lebih besar dan banyak strain relief (bentuk bergerigi agar kabel ketika ditekuk tidak patah), dan Y-splitter yg mengikuti bentuk jack. Pihak hippo menyebutnya "industrial grade jack".

Tips sendiri cukup nyaman digunakan dan memberikan isolasi yang bagus. Kalah jauh dibanding dengan nyamannya tips phonak, namun saya tidak ada keluhan fatiguing ketika menggunakan IEM ini. Kabel sangat microphonic, jadi disarankan selalu pakai shirt clipnya.

Suara
Seperti biasa, saya burn-in 100 jam. Source yang digunakan adalah iPod touch 3rd gen dengan hippo amp amplifier, kabel mini to mini bawaan amplinya.

Disebutkan diatas, hippo VB ini memiliki 3 pasang plate yang bisa digonta-ganti. Terlihat ada yang tanpa dot (titik) putih, ada yg memiliki 2 dot putih, dan ada yg memiliki 3 dot putih. Cukup memutar bagian belakang dari housing untuk menggantinya. Jenis plate tersebut :
1. tanpa dot : bass paling besar
2. 2 dot : bass sedang
3. 3 dot : bass paling kecil

Karena ada 3 karakter suara, maka saya akan mereviewnya secara terpisah
1. plate tanpa dot
Disini, hippo VB menjadi benar-benar bass monster. Bass yang punch, bulat, pukulannya sangat kuat, sayang agak beleberan dan menutupi mid. Soundstage terasa luas, namun berasa penuh karena bass yang kemana-mana. Mid menjadi tidak impresif karena menjadi dark dan banyak tertutup bass. High pun demikian, menjadi agak tertahan namun masih terdengar ekstensinya. Separasi terasa sangat lengket, antar instrumen bertumpuk. Uniknya detil kecil bisa terdengar diantara jeduman bass. WOW. Disini hippo VB cocok untuk musik dance, dugem, trance, dan basshead lainnya

2. plate 2 dot
Kali ini hippo VB berubah menjadi lebih balance, warm, bass tidak semengerikan pas pakai plate tanpa dot. Hitungannya masih basshead, bass besar namun kali ini tidak beleberan kemana-mana. Mengejutkan karena kontrolnya jadi baik sekali disini. Deep, punch, tight, tidak beleberan, tidak keteteran untuk speed cepat. Mid pun menjadi lebih enak didengar, ada kesan kasar dan sibilance, namun masih bisa ditoleransi, yg penting bebas dari serangan bass. Mid posisinya nice, tidak maju dan tidak laidback, vokal seperti berdisi sendiri diantara instrumen lainnya. Nice! High pun lebih presence, sedikit sparkling alias ngecring, lepas dengan indah, namun kadang agak menyakitkan kalau di volume supertinggi. Separasi meningkat drastis dari yang asalnya lengket menjadi saling lepas meski belum terlalu baik. Soundstage saya merasa tidak selebar sebelumnya, tapi kali ini tidak penuh sesak oleh bass sehingga lebih relax, dengan layering yang bagus banget sehingga imajinasi posisi lebih terlihat jelas. Detil cukup, tidak begitu impresif namun detil kecil bisa ditampilkan dengan baik. Disini hippo VB bisa dibilang menjadi basshead allrounder, buat basshead yg pengen detil dan high yg lebih ngecring ini adalah pilihan tepat, begitupun dengan basshead yg suka musik rock, ini IEM terbaik dibawah 1jt untuk basshead rock menurut saya.

3. plate 3 dot
Hippo VB berubah menjadi agak bright, dengan bass yang cenderung tipis. Impact dan punch menjadi kurang terasa. Mid menjadi forward, agak grainy, sibilance mulai ditemukan namun tidak banyak. Vokal terasa bright dan agak kasar. Sangat disayangkan. High menjadi sangat present, kuantitasnya banyak sayang agak kasar dan terkadang tajam. Detil tidak bertambah jelas dari dot 2, namun karena pembawaan bright membuat detil kecil lebih mudah tertangkap. Anehnya kok saya merasa staging menjadi lebih narrow ya di plate dot 3 ini? Jujur saya terganggu dengan kasarnya suara di plate dot 3 ini. Lebih cocok ke genre akustik menurut saya. Tidak baik untuk vokal.

Yang paling mengganggu dari hippo VB adalah kolorasi suara yg kuat, jadi terdengar agak kurang natural. Suara alat musik tuh terdengar tidak seperti aslinya, ada kolorasi yang sulit diucapkan dengan kata-kata. Kolorasi ini menjadi enak kalau ente nyetel musik electro, namun klo nyetel musik pop/jazz terasa agak aneh. Ini masalah selera. Ditambah lagi soundstage yang seperti hollow (bergaung), terutama di antara bass dan mid seperti ada ruang kosong yang sangat besar memisahkan keduanya. Ini masalah selera, saya terbiasa mendengarkan timbre instrumen yang natural dan kurang suka yang banyak terkolorasi seperti ini.

Nah, sekarang apa perbedaan suara batch 1, 2, dan 3?
Sebenarnya soundsignaturenya sama persis, hanya ada perbedaan minor saja.
Batch 1 terdengar paling kasar, paling tajam, dan paling sibilance diantara semuanya. Ini pengaruh ketiadaan filter di ujung nozzle layaknya batch 2 dan 3.
Batch 2 dan 3 sendiri tidak banyak berubah, di batch 3 terasa semuanya lebih tight saja.

Simpulan
Pengaturan kuantitas bass inilah yang jadi senjata hippo VB dalam merebut pasar under 1jt. Cukup unik, karena IEM yang bisa diatur suaranya itu rata-rata diatas 1jt, misal phonak yang bisa gonta-ganti filter, atau sennheiser IE8 yang mengontrol kuantias bassnya via baut putaran khusus dengan indikator level bass. Hippo VB menjadi solusi murah bagi anda yang suka plin-plan, kadang pengen bass gede, kadang pengen bass kecil.
Namun, saya rasa best soundingnya ada di plate dot 2, karena semuanya terasa seimbang. Bassnya besar, tapi tidak menutupi frekuensi lain. Aspek teknis seperti detail, separasi, dan soundstage terbaik pun hadir di plate ini. Mid dan high pun enak didengar. Dan saya rasa anda bakal jarang menggunakan plate lainnya. Mungkin plate tanpa dot akan anda gunakan jika ingin dance dugem dengan superheavy bass. Plate 3 saya rasa akan jarang sekali digunakan, karena brightnya aneh, kurang enak didengar.

kelebihan :
- adjustable bass quantity
- SQ (Sound Quality) di plate dot 2 bagus
- housing metal rigid

kekurangan :
- distributor sangat terbatas, di Indonesia merk hippo didistribusikan oleh Jaben saja atau perorangan import sendiri
- kolorasi suara tidak semua orang suka, soundstage seperti hollow

Rating : 8.5/10*
Penjelasan rating
10/10 : excellent price to performance. Must buy!**
9/10 : recommended
8/10 : good
7/10 : average
6/10 : try another things first
5/10 : leave it, not worth to buy!
*perlun diingat, ini adalah rating price to performance, bukan rating untuk menempatkan posisi barang ini dalam jajaran gadget audio dari kualitas tertinggi sampai terendah. Contoh kasus misal earbud A seharga 50rb dapat rating 10/10 bukan berarti kualitasnya lebih baik dari earbud 10jt yang dapat rating 7/10, namun earbud A memiliki excellent price to performance di harga 50rb, sedangkang earbud B hanya average saja di kelas 10jt
**must buy maksudnya tentu jika karakternya cocok dengan preferensi Anda

REVIEW Goldring DR50

Goldring..
Sebenarnya line-up Goldring ini sudah ada sejak 2007, dan baru masuk Indonesia kiasaran 2010.
Diluar sudah banyak mendapat award sebagai hi-fi headphone.
Ada 3 seri yang masuk ke Indonesia, yaitu DR50, DR100, dan DR150
Saya akan coba seri yang paling murah dan yang paling mahal, dimulai dari DR50 dulu yang dijual seharga Rp 500.000.
Seperti apa sih kualitasnya?

Spesifikasi
Type : openback circumaural dynamic headphone
impedansi : 32 Ohm
Frequency respnse : 32-20.000hz
THD : < 0,2%
SPL : 110dB @1kHz
Cord length : 3m
Weight : 330g

Paket Penjualan
Maaf sebelumnya karena box tidak saya foto karena bentuknya tidak layak foto setelah terkena sedikit musibah. Silakan googling aja yah foto box nya.
DR50 ini dibekali box kardus yang didepannya plastik mika. Box berukuran besar dan tebal, cukup aman kah buat kirim-kirim.

Build Quality dan Kenyamanan


Berbalut plastik hitam dan bentuk yang cukup modis, dari foto headphone ini terlihat sangat menggoda. Namun ketika dipegang, langsung terasa plastiknya agak ringkih dan desainnya tidak rigid, bobotnya sangat ringan. Banyak terdengar crack ketika headphone direnggangkan dan dipakai. Sesuai dugaan, suara crack yang banyak datang dari sambungan pengatur level panjang headband, menandakan bagian ini begitu ringkih. Terbukti gak sampe 6 bulan pake, terdapat retak yang cukup parah dan harus dilem agar clamping tetap kuat.

Pad pleather sendiri berbentuk oval dengan ukurannya sangat besar dan tebal, melingkupi dengan sempurna seluruh telinga, sehingga tidak panas maupun nyeri bahkan jika harus dipakai 6 jam sekalipun. Sangat disayangkan, bahannya terbuat dari pleather keras dengan busa yang tidak kalah keras. Meskipun nyaman dipakai namun agak risih karena ada perasaan pad tidak menempel mengikuti kontur sekeliling telinga.

Suara
Seperti biasa, burn-in 100 jam dulu, dan langsung colok ke headphone outnya fiio E10.

Quick impression :
Suara DR50 ini sangat bright sekali, tipis dan ringan kurang berbobot, treble sangat mendominasi dan sangat lepas. Soundstage wide dengan kesan airy menjadi salahsatu kekuatan dari desain open back DR50 ini.

Detail impression :
Sisi bass ditampilkan dengan sangat irit, motor h*nda atau y*maha aja kalah irit sepertinya. Bass yang tipis, sangat tight, dengan impact yang light sekali adalah musuh terbesar basshead. Yang bukan basshead saja bakal merasa DR50 ini bassnya tipis dan ringan sekali. Tekstur bass kurang, karena hanya bisa menampilkan midbass saja dan itupun sangat tight. Cuman kerasa "duk" doang, kemudian menghilang. Speed bass juga fast. Sisi positifnya, suara-suara low frequency selain gebukan drum menjadi terdengar jelas, seperti bass gitar misalnya. Saya harus selalu menyalakan bass boost di fiio E10. Jika bass boost dinyalakan, bassnya jadi tebal dan berimpact, tekstur pun lebih berasa, tidak keburu hilang akibat tightnya bass..

Mid cendrung bright dan tipis, kesan ringan dan tidak berbobot sangat terasa disini. Vokal pria benar-benar kehilangan bobot, sedangkan vokal wanita menjadi agak tajam namun vibranya sangat terasa dan suaranya menusuk batin yang terdalam, desahan napas terasa sangat dekat dengan telinga, sayang terdeteksi sibilance cukup banyak. Disini clarity dan detil sangat gila-gilaan, suara senar gitar sangat detil dan crisp sekali, sampai gesekan tangan ke tekstur senar gitar yang kasar terasa sekali. Suara-suara terompet sampai seperti ada udara keluar niup-niup ke telinga, lengkingan saxophone meski ringan dan kurang tebal namun benar-benar real dan lepas bikin merinding. Real dan sangat natural meski seperti sedikit diboost. Sekali lagi, clarity dan detil sangat gila-gilaan disini.

High adalah bintang dan kekuatan utama DR50. Inilah Headphone bright terbaik kelas 500rb. Highnya begitu present, mendominasi, tajam pedas terkadang menyakitkan namun justru itu yang bikin emosi dan merinding. High begitu indah, ringan, sangat lepas, terbang ke seluruh penjuru ruangan dengan kesan airy yang tidak terkalahkan di kelasnya. Suara simbal begitu real dan menusuk sampe terdengar kalo simbalnya masih goyang-goyang setelah dipukul. Claritynya gila-gilaan disini.

Separasi superb, instrumen terpisah satu sama lain dengan sense of space yang terasa berjauhan. Staging luas, headphone open gitu loh, terasa sangat airy dan menyebar placing dan ekstensinya. Namun yang agak aneh adalah memberi kesan mengambang, jadi posisi instrumen tuh seperti tidak mantap di tempatnya. Urusan detil dan clarity sudah dibahas, detil di mid dan high gila-gilaan, semua kedengeran, semua clear tidak tertutup.

Bicara genre, DR50 ini sangat spesifik. Jauhkan dari genre yang butuh bass besar atau anda akan kecewa. Sebaliknya, penyuka akustik pasti seneng dengan clarity dan crisp gitarnya yg benar-benar bikin merinding, penyuka jazz dan instrumental seperti kenny G pun akan eargasm, telinga kayak ditiup-tiup bikin merinding. Buat penyuka rock/metal agak tanggung antara cocok atau enggak, bukan karena tidak lincah dan agresif, namun persentasinya yang cenderung relax membuat energi ngerock berkurang.

Satu lagi, headphone ini kabelnya bisa dengan mudah digonta ganti, karena interface di body headphonenya berupa jack female 3,5mm, sama seperti di DAP/laptop.
So, saya bereksperimen dengan mengganti kabel bawaan dengan kabel mogami W2534 dengan jack neutrik yongsheng. Hasilnya sangat luar biasa, bass lebih ada impact, soundstage tidak terlalu ngambang lagi, dan suara keseluruhan lebih berbobot. Tajamnya high pun diredam oleh W2534 ini.
Saya sangat merekomendasikan mengganti kabel bawaan dengan kabel yang karakternya warm, contoh kabel warm berharga miring adalah mogami W2534 ini.

Simpulan
Goldring cukup berani bermain di segmen ini dengan mengeluarkan tipikal headphone bright pedes seperti ini, dimana di segmen ini kebanyakan orang suka suara yang cenderung memiliki warm dan bass yang sedang sampai besar..
Tidak selamanya salah, karena penyuka jazz, akustik, dan instrumental menjadi punya pilihan spesifik yang benar-benar menyenangkan untuk membawakan genre lagunya.
Clarity dan detil yang cakep gila menjadi jualan utama, selain nuansa bright naturalnya.
Di kelas 500.000, tidak banyak yang berkarakter seperti ini.

Kelebihan :
- clarity dan detil baik sekali
- nuansa bright yang natural dan sangat berkualitas

Kelemahan :
- soundsignature bright dan pedas tidak semua orang bisa menerimanya dan membatasi genre yang cocok
- build quality keren sayang kualitasnya payah, banyak crack dan ringkih, pad keras dan kaku

Rating : 8/10*
Penjelasan rating
10/10 : excellent price to performance. Must buy!**
9/10 : recommended
8/10 : good
7/10 : average
6/10 : try another things first
5/10 : leave it, not worth to buy!
*perlun diingat, ini adalah rating price to performance, bukan rating untuk menempatkan posisi barang ini dalam jajaran gadget audio dari kualitas tertinggi sampai terendah. Contoh kasus misal earbud A seharga 50rb dapat rating 10/10 bukan berarti kualitasnya lebih baik dari earbud 10jt yang dapat rating 7/10, namun earbud A memiliki excellent price to performance di harga 50rb, sedangkang earbud B hanya average saja di kelas 10jt
**must buy maksudnya tentu jika karakternya cocok dengan preferensi Anda

REVIEW Superlux HD660

Superlux..
Merk audio asal Taiwan, yang line-up nya sudah dikenal memiliki harga miring tapi kualitas ajojing sekali.
Sayang, superlux juga terkenal dengan headphone yang bentuknya jelek, tidak modis, dan panas kalau dipakai lama.
Sekarang Superlux tengah berbenah. Diawali seri HD661, dilanjutkan HD651, superlux kini tampil lebih modis dan lebih nyaman dipakai.
Menjadi modis bukan berarti superlux melupakan kodratnya sebagai produsen headphone "studio grade". Maka lahirlah seri HD330-HD440-HD660, dimana HD330 dan HD660 memiliki sound signature yg sama persis hanya HD330 desain semi open sedangkan HD660 closed back. HD440 memiliki soundsignature yang berbeda sendiri, cenderung laidback dan relax.
Saya tertarik untuk mereview superlux HD660.. Why HD660? Karena housingnya sangat mirip dengan beyerdynamic DT770 series, si headphone monitor sejuta umat yang kualitasnya sudah terbukti luar biasa. Apakah HD660 ini memberi kualitas yang serupa di harga Rp 550.000-an?

Spesifikasi
Type : closedback circumaural monitoring headphone
Transducer type : dynamic
Frequency response : 10-30.000Hz
Impedance : 150 Ohm
SPL : 96dB
THD : <0,002
Max input power : 100mW
Weight  250g

Paket Penjualan
HD660 menghadirkan konsep yang mainstream namun sangat safety. Diluar terlihat box kardus biasa, warna merah-putih bergambar headphone HD660. Namun ketika dibuka kita akan menemukan lagi box plastik, yang di dalamnya terdapat HD660 berbungkus bubble wrap. Sangat aman untuk dikirim-kirim, meski ditindih kulkas sekalipun di mobil kurirnya.
Asesoris bawaan sendiri tidak istimwa, hanya dibekali konverter jack 3,5-6,3mm berupa screw jack. Standar headphone studio monitoring lah. Nah, gw sekalian beli pad bahan velour (beludru) secara terpisah, dimana bahan ini lebih nyaman dipakai.

Build Quality dan Kenyamanan
Seperti disebutkan diatas, body superlux HD660 ini bentuknya sangat mirip dengan beyerdynamic DT770, jadi asesoris untuk DT770 bisa dipakai pula di HD660. Namun ditinjau dari segi ekonomis sih gak worth, masa headphonenya 500rb, dipasangin pad DT770 seharga 400rb? Mending beli headphone sejuta sekalian aja.. Engsel-engsel sangat kokoh, housing terlihat sangat rigid, headband pun terlihat tebal dan kuat.
Kenyamanan selalu jadi momok utama sebelum Anda membeli headphone superlux, apalagi bila sudah punya pengalaman sebelumnya. Bahkan pihak ketiga sampai membuatkan velour pad untuk superlux, karena banyak sekali permintaannya. Namun kali ini gw acungin jempol  buat superlux, karena kini kenyamanannya jauh lebih baik, jauh lebih manusiawi dari seri sebelumnya. Pad pleathernya berbentuk lingkaran sudah lebih empuk dan ukurannya lebih bisa masuk melingkari telinga. Namun clamping (kekuatan jepitan headphone di kepala) dan bahan pad pleather ditambah desain closed back sudah tentu akan panas jika digunakan lama. Saya cukup berkeringat ketika digunakan di ruangan non AC.
Kabel berbentuk seperti kabel gagang telepon (spiral) sepanjang 1 meter, dan bisa melar hingga 3 meter. Jacknya menggunakan 3,5mm, dengan adapter 6,3mm berbentuk screw, untuk memasangkannya diputar, bukan dicolok.



Suara
Seperti biasa, saya burn-in HD660 ini 100 jam. Source yang digunakan dari fiio E10 saja. Impedansi ratusan ohm ternyata cukup ringan diangkat, hanya butuh volume 3 dari 8 level pada fiio E10 (high gain). Namun jika tidak menggunakan amplifier alias langsung colok ke DAP, suaranya tidak maksimal, cenderung tipis kering. Impedansi tinggi ini bukan tanpa alasan, untuk headphone yang dipakai di studio, impedansi tinggi mengurangi efek hiss akibat peralatan studio yang rata-rata arus listriknya tinggi dibanding dengan DAP/laptop. So, jika anda pengguna rumahan dan belum memiliki headphone amplifier, tidak disarankan membeli HD660 ini.

Quick impression :
Karakter dari HD660 ini warm dengan pembawaan forward-agresif, akurat, dan good balance di semua frekuensi. Headphone monitoring gitu loh, gak monitoring klo gak akurat dan balance di semua frekuensi.

Detail impression :
Bass HD660 ini punch dan tight, kuantitas sedang dengan kontrol yang luar biasa baik dan akurat. Speed yang cepat dengan proporsi midbass dan lowbass yang seimbang membuat HD660 ini terasa begitu akurat, smeua jenis bass bisa dikeluarkan dengan baik, terutama di musik rock/metal yang butuh kelincahan dan kontrol bass yang baik. Tekstur dan detil bass sedikit kurang, namun jika hanya untuk membedakan mana suara gitar bass dibanding suara lainnya sih sudah sangat mumpuni.

Mid agak forward, suara vokal terdengar agak dekat ke telinga. Vokal sendiri terdengar berat dan berbobot, namun kurang begitu lepas. Yang jelas jika sudah burn-in 100 jam, tidak ada sibilance maupun hars disini. Forward-agresif namun tetap fun to listen. Good job superlux!

High HD660 cenderung agresif, sangat responsif dalam menanggapi suara simbal sehingga terdengar berbobot dengan kuantitas yang cukup banyak, crisp dan lincah, namun tetap lepas dan tidak mendem. Tidak ada peak menyakitkan disini, tidak juga ditemukan suara yang grainy.

Separasi yang ditawarkan HD660 termasuk baik, bukan yang terbaik namun sudah sangat bisa memilah-milah suara instrumen, tidak ada yang bertumpuk. Staging sendiri average, cukup lah untuk ukuran closed headphone. Tidak terlalu luas, namun akurat placing instrumennya. Yap, faktor ini lebih dbutuhkan oleh sebuah studio-grade headphone. Bicara detail, HD660 yang pembawaannya warm-agresif ternyata secara keseluruhan bisa menampilkan detail dengan baik, terutama detail di mid dan high. Detail di bass sedikit kurang memuaskan, namun tidaklah buruk. Clarity sangat baik, semua instrumen tidak tertutup, semua bersuara lantang tanpa ada yang menghalangi.
Layaknya headphone monitoring, HD660 ini begitu revealing terhadap source. DAC yang digunakan jelek, suaranya bakal terasa jelek. File yg digunakan lossy, bakal terasa loss nya. So, pikirkan dulu source Anda sebelum beli HD660 ini.

Bicara aplikasi monitoring, kolorasi yang diberikan HD660 tidaklah merusak keakuratan suara. Detil tetap terjaga, semua frekuensi tetap ditampilkan dengan baik tidak ada yang recessed maupun forward berlebihan. Ini bisa jadi best deal buat studio recording/monitoring Anda. Let down nya hanya panas bila dipakai lama.

Bicara soal velour pad, pad ini memberi perubahan yang cukup signifikan terhadap karakter HD660. Dengan velour pad, suara terasa menjadi serba tipis, bass menjadi sangat tipis, mid tidak seforward sebelumnya, dan high menjadi sangat lepas dan airy.

Bicara soal genre, Anda bisa mendengarkan hampir segala jenis musik disini. Dengan pembawaan forward-agresif tentu spesialnya di rock/metal, dan say hello to the best closed headphoe for rock/metal di kelas 500.000. Satu-satunya saingan hanya grado SR60i, itupun harganya kisaran 650rb-700rb. Untuk genre slow seperti jazz dan pop, warm dan clarity yang diberikan sudah cukup menyenangkan, begitu pula dengan akustik yang butuh suara crisp bisa terakomodasi dengan baik. Yang sedikit kurang terakomodasi adalah dubstep dan trance, meski kuantitas bass sedang namun masih dirasa kurang jedug-jedug untuk genre ini, saya harus menyalakan bass boost di Fiio E10 ini agar efek fun didapat.

Simpulan
Karakter warm-balance di semua frekuensi, dibumbui dengan nuansa agresif dan forward, membuat HD660 ini sangat baik digunakan untuk aplikasi monitoring dan juga tidak garing ketika diajak bermusik layaknya headphone monitoring lainnya. Kolorasi yang diberikan tidaklah merusak keakuratan suaranya. Di harga yang ditawarkan, saya tidak bisa memberi komplain terhadap sound quality yang ditawarkan, asalkan Anda tidak lupa mencolokkannya ke headphone amplifier.

kelebihan :
- forward-agresif dan funny sound dalam sebuah headphone monitoring
- akurat dan balance di semua frekuensi
- price to performance bagus sekali

kekurangan :
- panas dan membuat berkeringat jika digunakan dalam waktu yang lama
- buat aplikasi rumahan, butuh headphone amplifier untuk mengeluarkan kualitas yang sebenarnya

Rating : 8.9/10

01 February 2014

REVIEW Phrodi 007 Jimbon (Basic IE-70HD)

Phrodi? Apaan tuh?
Yap..
Saya yakin sebagian besar orang Indonesia sekarang belum banyak yang tahu merk yang satu ini, kecuali audio enthusiast.
Brand asal China ini sekarang sedang jadi perbincangan hangat diantara audio enthusiast, khususnya di level kantong cekak. Lewat seri POD 007 yang akrab dipanggil JIMBON oleh audio enthusiast, Phrodi menawarkan sesuatu yang WOW pada kita dengan harga yang sangat miring, Rp 125.000 saja.
Kini, phrodi POD 007 hadir dalam kemasan rebrand, yaitu basic IE-70HD. Kualitas dan suaranya sama, namun memiliki keunggulan kemudahan dalam garansi, karena basic hadir secara resmi di Indonesia.

Spesifikasi
Type : In Ear Monitor
Driver : dynamic 10,6mm
Frequency response : 15-24.000 Hz
Sensitivity : 103db/mW
Max input power : 100 mW
Impedance : 16 Ohm

Paket Penjualan


Sebagian besar dari anda pasti terkejut melihat foto diatas..
Yap, phrodi bisa dibilang sangat unik dalam mengemas produknya yang satu ini. Bentuknya seperti buku harry potter.
Jangan tertipu dulu karena saya tidak memberi objek pembanding. Dimensi sebenarnya cukup mungil, hanya sebesar telapak tangan dengan tebal kurang lebih 4 cm. Dibandingkan dengan panjang mostly HP android masa kini pun, box ini masih lebih pendek
Box yang terbuat dari bahan plastik keras dan berbentuk buku sungguh keputusan jenius, karena selain unik juga aman jika dikirim-kirim menggunakan kurir.
Cara membukanya bukan seperti buku, melainkan di salahsatu sisi terdapat pintu geser. Kalau cara membukanya seperti buku tentu keunikannya semakin sempurna.
Ketika dibuka, muncullah sebuah IEM dalam pouch beludru hitam, ditemani dengan 3 pasang tips. Terdapat secarik kertas tulisan China yang saya tidak mengerti maksudnya.




Fisik, Isolasi, Kenyamanan

Bentuk "semi IEM", housing besar dengan nozzle bengkok, berbalut pilihan warna hitam, emas, ungu, hijau yang kesemuanya glossy, IEM ini memberi kesan "murah", terutama untuk yang warna cerah seperti hijau dan ungu.
[update]Pada model basic IE-70HD, terdapat pilihan warna putih, warna favorit 2014.
Housingnya dari plastik glossy, ringan dan kokoh, tidak ada keluhan crack atau ketidakrapihan build.
Meski dituliskan R dan L pada tiap channel, namun dengan desain seperti ini IEM ini bisa dibilang ketika dipakai tidak akan tertukar kanan-kirinya, kecuali anda maksa.
Tips karetnya cukup lembut, bukan yang terbaik, namun sudah sangat nyaman dipakai berlama-lama. Tidak ada keluhan perih atau gatal. Saya coba jimbon yg batch akhir-akhir ini, jujur aja tipsnya beda sama yang saya coba dulu. Yang sekarang jadi lebih keras dan kasar, tidak senyaman yang dulu.
Bentuk seperti ini tidak memungkinkan isolasi maksimal apalagi deep insertion. Namun isolasinya sendiri lebih baik dari earbud tentunya. Sisi positifnya, kita gak terlalu budek dan bisa mendengar kalau ada orang manggil.
Kabel cukup microphonic karena tidak adanya clip baju, namun masih bisa ditoleransi.
Jack straight dengan gold plated disediakan POD 007 ini, dimana sudah menjadi syarat minimal untuk IEM "audiophile-grade"


Suara
POD 007 ini sudah diburn-in selama 100 jam. Salahsatu kekurangan IEM ini adalah kondisi out of box suaranya sangat buruk. Saya tidak akan menceritakan suara sebelum burn-in. Yang pasti jangan kecewa dulu, anda hanya butuh memburn-in nya minimal 50 jam, maka anda akan merasakan apa yang akan saya jabarkan di bagian review dibawah.

Setup yang digunakan
- handphone samsung galaxy S2+viper
- laptop lenovo G460, windows 8
- fiio E10 DAC+Objective O2 amplifier

Bass yang diberikan kuantitasnya cukup besar. Bassnya deep, terasa nendang ke belakang telinga. Selain deep, pukulannya terasa empuk dan bulat, dan terkadang sedikit lepas kontrol. Lepas kontrolnya masih bisa ditoleransi kok, jarang sampai menimpa frekuensi mid secara berlebihan.
Jika bass yg perfect itu suaranya "DUG", bass yg kurang baik dan terkontrol itu "DUUNGGG", nah si POD 007 ini bassnya "DUNG". Ada sedikit gema di bassnya, yang terkadang membuat impact menjadi kurang fokus terutama di genre metal. Tapi di genre lainnya, bass seperti ini sangat membuat fun. Karakter seperti ini bisa dibilang favorit bagi orang awam.

Mid POD 007 ini pas, tidak maju tidak mundur, tidak tebal tidak tipis. Thanks to deep bass, membuat mid seolah-olah jauh posisinya dengan bass. Mid sendiri kualitasnya standar, tidak ada desahan emosional yang luar biasa dari penyanyi. Vokal berasa agak ringan, bebas sibilance, sangat lepas namun kurang berbobot.
Tiap lagu terasa halus lembut, tidak ada suara-suara aneh, tidak ada peak-peak tajam menyakitkan. Tipikal IEM yang enak untuk didengarkan berlama-lama, bukan untuk analitical listening.

High POD 007 ini cukup banyak kuantitasnya, lepas, dan ringan. Berkesan airy, tidak banyak ditemukan di IEM harga segini. Kesain airy ini membuat suara menjadi relax. Tidak ada suara tajam disini, termasuk centrengan gitar akustik yg cenderung lembut kurang crisp.

Separasi cukup baik, sudah bisa membedakan suara antarinstrumen tanpa lengket-lengket, namun spasi antarinstrumennya masih berasa dekat. Soundstage sendiri average, jauh dari luas namun tidak terlalu sempit banget juga (di harga segini masih banyak yang lebih sempit). Jangan tertipu oleh kesan airy dan high yg lepas yg membuat berasa luas, sebenarnya posisi instrumen tidak terasa jauh. Detail sudah cukup baik, tidak terlalu detil tapi sudah sangat memadai untuk kenikmatan bermusik.

Kesimpulan
Well, apa yang anda harapkan dari barang Rp 125.000? Berharap detail luar biasa? berharap Staging 3D? Berharap separasi superb? Jangan mimpi deh, duit sedikit minta selangit.

Setidaknya, POD007 ini memenuhi kebutuhan mayoritas pasar entry level yang biasaya mencari IEM yang ngebass dan allrounder, alias IEM yang ngebass tapi tidak terlalu merusak sisi lainnya. Suara yang sangat musikal membuat lagu apapun yang anda dengar terasa enak. Mau lagu slow sampai cadas terdengar enak-enak saja.

Kelebihan :
- very musical
- very good allrounder
- very high price to performance ratio
- very unique retail box, jarang ada, dan sangat kuat. Aman untuk kirim-kirim meski ditindih meja sekalipun
- default dapat pouch beludru, biasanya di brand lain ini berupa bonus dari seller

kekurangan :
- out of box rada berantakan suaranya
- bass terkadang kurang terkontrol
- isolasi kurang
- barang tidak umum ada di pasaran/mall, hanya ada di pejual online/toko khusus audio